Advertisement

ISI Gelar Pameran Desain Produk dari Limbah, Ada Sepeda dari Jin Bekas

Ujang Hasanudin
Senin, 10 Oktober 2022 - 20:37 WIB
Arief Junianto
ISI Gelar Pameran Desain Produk dari Limbah, Ada Sepeda dari Jin Bekas Pengunjung sedang melihat sepda yang rangkanya terbuat dari bahan celana dan baju jin bekas di Sewon Internasional Industrial Design Fair 2022 (SIIDEF) Exhibition, Senin (10/10/2022). - Harian Jogja/Ujang Hasanudin

Advertisement

Harianjogja.com, BANTUL — Program Studi Desain Produk, Fakultas Seni Rupa, Institut Seni Indonesia (ISI) Jogja menggelar pameran desain produk yang sebagian besar berbahan limbah industri.

Pameran bertajuk Sewon Internasional Industrial Design Fair 2022 (SIIDEF) Exhibition ini digelar mulai 10-22 Oktober mendatang di Galeri Sutopo, ISI Jogja.

Advertisement

Ketua panitia SIIDEF 2022, RA Sekartaji Suminto mengatakan ada 94 desain produk kontemporer karya dari dosen dan mahasiswa dipamerkan. Selain ISI Jogja, peserta pameran juga berasal Malaysia, Thailand dan Jerman.

Dia menjelaskan pameran tersebut sebagai upaya akademisi dalam mengidentifikasi perkembangan desain produk di tengah upaya pemulihan ekonomi dan perubahan gaya hidup pasca Covid-19.

“Desain produk masa kini seperti apa yang tengah berkembang. Lewat tema besar Contemporary Design Identity, kami ingin melihat cara pikir dan pandangan desainer dalam menghasilkan produknya,” kata Sekartaji, Senin (10/10/2022).

BACA JUGA: Waswas Gedung Ambruk, Siswa SDN di Bantul Ini Tetap Bersekolah

Perempuan yang akrab disapa Sekar ini mengatakan setiap desainer memiliki sudut pandang yang berbeda sehingga menghasilkan karya yang sangat beragam.

Dia berharap dalam pameran ini desain produk yang dipamerkan menjadi solusi atas masalah yang tengah dihadapi dunia terutama dalam hal isu lingkungan yang terkait sampah, perubahan iklim, maupun limbah dan polusi.

Sekar mencontohkan bagaimana karya mahasiswanya,Andika Muhammad Ramadhani dalam melihat permasalahan sampah tekstil yang tidak banyak diolah. Melalui tugas akhirnya, Andika mampu menghadirkan produk sepeda yang rangkanya terbuat dari lapisan limbah konveksi berbahan jin.

“Ada juga kursi yang didesain khusus untuk penderita penyakit tulang belakang atau limbah koran yang dimanfaatkan sebagai mebel,” ujarnya.

Ketua Aliansi Desainer Produk Industri Indonesia (ADPII) DIY-Jawa Tengah, Sekar Adita mengatakan SIIDEF menjadi ajang pamer dari para desainer produk yang selama ini kurang terekspos. Hal tersebut diakuinya menjadi tantangan bagaimana seharusnya para desainer produk diketahui khalayak umum.  

“Eksistensi ini harus ada karena di bidang ini mereka mampu menciptakan karya yang mengabungkan teknologi dan seni dalam satu produk yang fungsional,” katanya. Sekar mengatakan dari karya yang dipamerkan ada kemajuan dari para mahasiswa yang mulai melihat persoalan yang terjadi di sekitar untuk menjawab kebutuhan termasuk peduli lingkungan.

“Mahasiswa mulai peka terhadap lingkungan di sekitar. Bukan hanya visoner ke depan, tetapi mereka mulai melihat apa yang bisa dikembangkan dari lingkungannya. ADPII siap menjadi wadah mereka untuk berbagi ilmu dan pengalaman,” ucap Sekar.

BACA JUGA: Ekspor Gerabah Capai 1.500 Buah Per Bulan, Begini Asal Mula Kasongan

Desainaer rangka sepeda dari bahan limbah tekstil atau jin bekas, Andika Muhammad Ramadhani mengaku terinpirasi dari produksi sepeda carbon fiber yang saat ini digandrungi industri dan penggemar sepeda yang memiliki bobot ringan dan kekuatan seperti baja.

Hal itu kemudian ia aplikasikan ke frame atau rangka sepeda dari bahan denim dan limbah tekstil yang bobotnya hanya 2,5 kilogram, “Tetapi untuk kekuatan saya belum bisa menjamin karena belum ada tes uji,” katanya.

Namun, untuk bobot 75 kilogram, kata dia, masih kuat.

Dia menjelaskan, pembuatan rangka sepeda dari jin, ia awali dengan mengumpulkan celana dan baju jin bekas dari keluarga, tetangga dan bank sampah.

Kemudian bahan tersebut ia potong-potong sesuai kebutuhan. Untuk satu unit kerangka sepeda membutuhkan lima celana atau baju denim atau sekitar lima meter.

Bahan tersebut digulung-gulung, kemudian direkatkan mengunakan resin atau perekat dan hasilnya seperti besi. “Kalau saya kalkulasikan bahan frame sepeda ini sekitar 60 persen adalah celana atau pakaian jin bekas, 25 persen sisa garmen dan sisanya gabungkan resin atau perekat,” ucap dia.

Dia memilih bahan jin karena unik dan kain yang cukup serta digunakan sehari-hari. Pria berusia 22 tahun ini juga menilai sangat banyak pakaian jin bekas yang tentunya berimpilkasi terhadap lingkungan.  “Rangcang frame sepeda bisa menekan angka pencemaran yang dihasilkan pakaian bekas,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Pilgub Jakarta 2024, Demokrat Bakal Calonkan Dede Yusuf

News
| Jum'at, 19 April 2024, 15:47 WIB

Advertisement

alt

Sambut Lebaran 2024, Taman Pintar Tambah Wahana Baru

Wisata
| Minggu, 07 April 2024, 22:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement