Menyatu dengan Code, Pria Ini Bertekad Merawat Peradaban
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA — Bukan cuma soal kenangan masa kecil yang menjadi alasan Harris Syarif Usman merawat Kali Code selama puluhan tahun. Merawat sungai, bagi dia adalah sama halnya merawat peradaban manusia.
Rasa-rasanya, sesuatu yang lumrah ada di masa lalu, apabila diceritakan saat ini seperti dongeng belaka.
Advertisement
Kembali di era 1970-an, air di Kali Code masih bening. Air yang jernih memungkinkan siapa pun melihat dasar sungai yang berhulu di Gunung Merapi ini.
Harris Syarif Usman ingat betul saat dia masih duduk di sekolah dasar. Sepulang sekolah, dia nyaris selalu berenang di Kali Code.
Tidak lupa, Harris juga akan memancing untuk kemudian ia nikmati. Tidak perlu bingung, banyak jenis ikan yang berpotensi menambah gizinya. Ada ikan kutuk, sidat, tawes, wader, mujahir, cethol, udang, kepiting, tombro, lele lokal, belut, sampai gurameh. Aktivitas ini rutin dia lakukan. “Dulu ikannya masih gede-gede, dapet satu saja bisa buat makan seharian,” kata Harris saat ditemui di Hotel Harper, Jogja, Rabu (23/11/2022).
Tahun demi tahun berjalan. Kegiatan berenang dan memancing Harris di Kali Code tidak lagi bisa sesering dulu.
Hingga suatu hari, di saat dia sudah menjadi pelajar sekolah menengah atas, Harris kaget bukan main. Kondisi Kali Code era 1990-an membuatnya punya julukan baru, toilet terpanjang di dunia beserta atraksi tari payungnya.
“Kali Code menjadi tempat orang buang hajat. Saat buang hajat mereka menutupi prosesnya menggunakan payung. Saat ada orang lewat, payung itu diarahkan ke orang tersebut, agak tidak kelihatan. Seperti tari payung,” kata dia.
BACA JUGA: La Nina Diperkirakan Sampai Maret 2023, BMKG DIY: Waspada Bencana Hidrometeorologi di DIY
Parahnya kondisi Kali Code membuat Harris tergugah untuk mengajak teman-temannya bebersih sungai. Sayangnya tidak ada yang menanggapi ajakan itu.
Dia akhirnya terjun sendiri memungut sampah yang dia bawa ke rumahnya. Kegiatan itu membuat Harris mendapat julukan “gila” dari lingkungan di sekitarnya.
Mitos
Pernah ada mitos, apabila kamu ingin betah di Jogja, maka celupkan kakimu ke Kali Code. Mitos yang sepertinya hanya relevan beberapa puluh tahun ke belakang. Pasalnya, jika sekarang mencelupkan kaki ke Kali Code, yang muncul mungkin malah penyakit.
Berupaya mengembalikan Kali Code seperti dulu semakin gencar Harris lakukan saat menjadi mahasiswa.
Meski kuliah di Program Studi Ilmu Hukum Universitas Airlangga, Surabaya, dia masih sering bolak-balik ke Jogja. Terlebih dia menjadi pengurus beberapa organisasi remaja dan masyarakat di kelurahannya.
Tekad ini juga yang membuatnya terpikir membantuk Gerakan Cinta Code pada 2000 silam. “Gerakan cinta sungai seperti ini belum ada di Indonesia,” kata Harris. “Setelah itu komunitas atau gerakan cinta sungai di DIY semakin banyak di tahun-tahun berikutnya.”
Dengan menggandeng banyak pihak, langkah pertama menebar benih di sungai. Saat masyarakat tahu ada ikan di sungai dan hendak memancing, maka edukasi berikutnya jangan buang sampah di sungai agar ikan-ikan ini bisa tetap hidup dan berkembang besar.
Langkah yang lebih besar lagi, menghadapkan rumah ke arah sungai. Dengan begitu, maka kebersihan sungai menjadi perhatian, lantaran rumah menghadap ke sungai.
Setelahnya, imbauan membangun toilet di rumah masing-masing atau komunal. Termasuk juga pembangunan instalasi pengolahan air limbah komunal.
Semakin berkembang, gerakan ini juga mengenalkan program Munggang, Mundur, Madep Kali. Rumah-rumah yang ada di bantaran sungai di minta lahannya untuk dijadikan jalur pedestrian. Dibanding malebar, rumah dibuat tingkat.
Jalur pedestrian ini yang kemudian menjadikan sungai lebih tertata, bahkan bisa menjadi jalur ambuance dan damkar kecil apabila terjadi bencana.
Sekolah Sungai
Mungkin Harris bisa mati-matian menjaga sungai. Tetapi akan ada saatnya dia istirahat. Agar tongkat pemeliharaan Kali Code ini tetap berjalan, maka langkah selanjutnya berupa pembentukan Sekolah Sungai.
Bermula pada 2015, Sekolah Sungai ini merupakan wadah masyarakat dari siswa SD sampai mahasiswa, komunitas, serta organisasi pemerintah.
Harris sebagai edukator akan mengajak masyarakat mengenal sungai dengan segala seluk beluknya. Mulai dari manfaat sampai potensi mitigasinya.
Sekolah Sungai pula yang membuat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) kepincut mereplikasi program ini ke daerah-daerah lain. Dengan penyempurnaan kurikulum mitigasi sungai, Harris menjadi fasilitator nasional Sekolah Sungai.
Dia banyak berkunjung ke sungai-sungai di Indonesia untuk menularkan semangat merawat alam, termasuk di Nusa Tenggara Timur, Kalimantan, Sumatera, dan lainnya.
“Banyak anak-anak sekolah yang kemudian belajar di Sekolah Sungai ini. Bahkan kini mahasiswa dari luar negeri datang juga,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Bareskrim Polri Pulangkan DPO Judi Online Situs W88 dari Filipina
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Hasil Pemetaan dan Rekomendasi dari Bawaslu Bantul Terkait Potensi TPS Rawan di Pilkada Bantul 2024
- Puluhan Pengumpul Sampah Datangi Rumah Cabup Sleman Harda Kiswaya, Sampaikan Keluhan dan Harapan
- Rutin Melakukan CSR, Kali Ini The Phoenix Hotel, Grand Mercure dan Ibis Yogyakarta Adisucipto Mengunjungi PAUD Stroberi
- Kronologi Truk Box Tabrak Motor di Jalan Turi-Tempel yang Tewaskan Satu Orang
- Stok Darah dan Jadwal Donor Darah di Wilayah DIY Hari Ini, Kamis 21 November 2024
Advertisement
Advertisement