Advertisement
Tekan Angka Stunting, BKKBN Libatkan Penyuluh Agama

Advertisement
SLEMAN — Sebagai upaya untuk terus menurunkan angka stunting, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) menggelar Sosialisasi dan Pembekalan bagi Penyuluh Agama dalam Percepatan Penurunan Stunting di DIY, Rabu (30/11/2022).
Sosialisasi yang digelar di Ballroom Sahid Jaya Hotel and Convention tersebut diikuti penyuluh agama dari seluruh KUA di DIY.
Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo dan Ustaz Wijayanto hadir menyampaikan materi dalam sosialisasi ini.
Hasto menjelaskan di Indonesia, setiap tahun ada 4,8 juta kelahiran. Sementara DIY termasuk daerah dengan stunting ketiga terendah di Indonesia, yakni sebesar 17,3%.
Orang yang mengalami stunting memiliki ciri tinggi badannya tergolong pendek, tingkat intelektualnya rendah dan mudah sakit-sakitan. Hal ini menyebabkan rendahnya produktivitas. “Di Asia Tenggara, IQ kita kalah dengan Vietnam, Filipina, oleh karena itu kita harus memperbaiki kualitas SDM,” ujarnya.
Untuk menekan angka stunting, penyuluh agama memiliki peran dalam mengedukasi pasangan muda yang akan menjadi orang tua dari anak-anaknya. “Membina orang tuanya kemudian akhirnya anaknya tidak terlantar,” katanya.
Kepala Pewakilan BKKBN DIY, Sodiqin, menuturkan BKKBN melakukan upaya penyiapan remaja sebagai calon keluarga, penyiapan kehamilan, dan pola pengasuhan pada setiap tahap periode Pengasuhan 1.000 hari pertama kehidupan (HPK), yaitu saat kehamilan sampai dengan anak berusia dua tahun.
Dalam pelaksanaan pendampingan keluarga berisiko stunting, diperlukan kolaborasi di tingkat lapangan yang terdiri dari bidan, kader Tim Penggerak Pemberdayaan, dan Kesejahteraan Keluarga serta kader Keluarga Berencana yang disebut dengan Tim Pendamping Keluarga (TPK).
BACA JUGA: Polda DIY Tiga Hari Amankan Pernikahan Kaesang Erina
BKKBN juga berkolaborasi dengan Kementerian Agama melalui para penyuluh agama dari enam agama yang ada di Indonesia.
Kolaborasi ini diharapkan dapat mengawal proses percepatan penurunan stunting dari hulu, terutama dalam pencegahan, mulai dari proses inkubasi hingga melakukan tindakan pencegahan lain dari faktor langsung penyebab stunting.
Sementara itu, Ustaz Wijayanto mengatakan bahwa problem umum bangsa Indonesia adalah rendahnya literasi, sistem sosial paternalistik, dan budaya lisan.
Dalam masyakat yang demikian, sistem panutan menjadi syarat perubahan. Itulah sebabnya, peran pemuka agama sangat penting untuk mengajak masyarakat pada perubahan ke arah yang lebih baik.
“Terlebih masyarakat kita punya tiga kelemahan, yaitu malas berfikir, tidak fokus, dan gampang terpengaruh. Maka generasi berikutnya akan sangat tergantung kepada pendahulu atau tokoh panutannya untuk bisa berubah,” kata dia.
BACA JUGA: Laptop Harga 6 Jutaan Terbaik, Mulai Axioo Mybook Hingga Acer Aspire
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Disindir Anies Soal Lari Pagi dan Adu Gagasan, Ini Jawaban Menohok Ganjar
Advertisement

Kuliner Unik, Restoran Ini Sajikan Ramen dengan Kutu Laut Raksasa
Advertisement
Berita Populer
- Begini Desain Erection Girder Tol Jogja Bawen untuk Selamatkan Aliran Selokan Mataram
- Pecahkan Rekor MURI, 1.000 Bibit Jintan Hitam Ditanam di Cangkringan
- Begini Akal Bulus Pelaku Mafia Tanah Kas Desa, Korban Dijanjikan Sertifikat HGB Bisa Diubah Jadi SHM
- Di DIY Ada 400 Penyintas Kanker Baru Setiap Tahun
- Cerita Kapolres Kulonprogo AKBP Nunuk Setiyowati, Tertarik Jadi Polisi Usai Lihat Polwan Amankan Karnaval
Advertisement
Advertisement