Ribuan Umat Hindu Gelar Tawur Agung di Prambanan

Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN—Ribuan umat hindu dari DIY, Jawa Tengah dan sekitarnya menggelar upcara Tawur Agung di Candi Prambanan, Selasa (21/3/2023). Upacara yang merupakan rangkaian peringatan Nyepi Tahun Saka 1945 ini baru kembali digelar setelah dua tahun absen akibat pandemi.
Upacara ini diawali dengan prosesi Mendak Tirta, yakni mengelilingi Candi Siwa, Wisnu dan Brahma sebanyak tiga kali. Sejumlah gunungan dan ogoh-ogoh turut diarak dalam prosesi ini. Ribuan umat Hindu yang mengikuti prosesi ini nampak begitu khidmat.
Advertisement
Hari Raya Nyepi tahun ini yang jatuh pada 22 Maret, mengangkat tema Melalui Dharma Agama dan Dharma Negara Kita Sukseskan Pesta Demokrasi Indonesia Dalam Bingkai Moderasi Beragama Menerapkan Transformasi Digital.
Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas, yang hadir dalam upacara ini, menuturkan pada momentum tahun baru saka ini, umat Hindu akan melaksanakan Catur Brata Penyepian. “Tahun ini sangat istimewa karena saudara umat Muslim akan melaksanakan ibadah bulan ramadan,” katanya.
Hadirnya hari suci yang secara berurutan bagi agama-agama di Indonesia, mengisyaratkan untuk pengendalian diri, menandakan umat manusia diingatkan oleh Penguasa Semesta Alam untuk menjaga perilaku agar tetap terkendali sesuai ajaran agama masing-masing.
“Tema ini jarang diambil dalam peringatan hari suci umat beragama lain, tapi umat Hindu sudah mendahului. Dari tema ini saya menangkap bahwa kita semua akan diajak menjalankan kewajiban sebagai umat beragama sekaligus warga negara mensukseskan pesta demokrasi 2024,” ujarnya.
Momen hari suci ini menjadi strategi umat Hindu. Dengan kontemplasi dalam Catur Brata Penyepian, umat Hindu mampu mengendalikan diri, sabar dan memiliki hati yang damai. “Dengan ini umat Hindu mampu berkontribusi menciptakan kedamaian dalam mewujudkan pesta demokrasi yang berkualitas,” kata dia.
Ia berpesan kepada seluruh masyarakat agar tidak menggunakan agama sebagai alat untuk memperjuangkan kepentingannya. “Tidak menjadikan agama sebagai politik identitas yang membuat agama yang suci terkotori kepentingan duniawi,” ungkapnya.
Catur Brata Penyepian ini diharapkan menjadi momen untuk instrospeksi diri terkati apa yang sudah dilakukan di tahun-tahun sebelumnya. “Meningkatkan kualitas diri kita baik dalam berhubungan dengan tuhan, dengan sesama manusia dan dengan alam semesta,” kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Sah! MK Tolak Gugatan Formil, Pemerintah Lanjutkan UU Cipta Kerja
Advertisement

Danau Toba Dikartu Kuning UNESCO, Sandiaga: Ini Jadi Alarm
Advertisement
Berita Populer
- Wayang Jogja Night Carnival Gabungkan Antara Tokoh dan Lakon Pewayangan
- Bazar Buku Jogja Book Fair Hadir Lagi Tahun Ini, Catat Tanggal dan Lokasinya!
- Strategi Pemerintah Kelurahan Sosromenduran Menata Potensi Wilayah
- Kokam DIY Dibekukan, Begini Sikap PW Muhammadiyah DIY
- Dorong Ekosistem Industri Kreatif, Ruang 412 dan Padukuhan Gandok Bikin Festival UMKM
Advertisement
Advertisement