Advertisement

Pemetaan Geng Sekolah untuk Cegah Klitih Sulit karena Tiap Tahun Siswa Lulus

Triyo Handoko
Senin, 27 Maret 2023 - 19:37 WIB
Budi Cahyana
Pemetaan Geng Sekolah untuk Cegah Klitih Sulit karena Tiap Tahun Siswa Lulus Ilustrasi kampanye menolak kekerasan terhadap anak. - Antara/Didik Suhartono

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) DIY menjelaskan pemetaan geng sekolah untuk mencegah kekerasan jalanan atau klitih sulit dilakukan karena tiap tahun siswa lulus. Pemetaan geng sekolah banyak disebut diperlukan untuk memutus rantai budaya kekerasan di kalangan pelajar Jogja.

Kepala Disdikpora DIY Didik Wardaya menjelaskan pemetaan sekolah sudah pernah direncanakan tetapi sulit dijalankan lantaran pembaharuan data. “Orang di gang sekolah itu juga tiap tahun ganti karena kelulusan, jadi sulit untuk terus memperbaikinya, jadi seperti wacana yang timbul tenggelam tiap tahun,” katanya, Senin (27/3/2023).

Advertisement

Didik menyebut setiap sekolah memiliki catatan masing-masing siswa melalui bimbingan konseling (BK). “Catatan itu [kenakalan siswa] ada tapi menghubungkannya dengan geng sekolah itu sulit, siswa juga tidak sepenuhnya terbuka,” jelasnya.

Lewat catatan masing-masing siswa, menurut Didik, sekolah sudah bisa mengantisipasi dan melakukan pembinaan. “Masalahnya klitih ini seringnya dilakukan di luar waktu dan di luar area sekolah, sehingga sekolah tak punya kontrol,” ujarnya.

Didik menjamin siswa yang terlibat klitih akan dijatuhi sanksi dengan berat oleh sekolah. "Berat tidaknya pelanggaran siswa ditentukan oleh proses hukum. Kalau sudah terbukti terlibat pasti akan dipindahkan agar komunikasi dengan siswa lain terputus dan mereka tidak saling mempengaruhi," katanya.

BACA JUGA: Pelaku Klitih Banyak dari Usia Anak, Bapas Jogja Jamin Tak Perlakukan Istimewa

Pemindahan sekolah siswa yang terlibat klitih, menurut Didik, juga sudah saling dikoordinasikan. "Misalnya kalau memang dihukum penjara itu, kami koordinasi dengan Lapas Anak untuk menyediakan pendidikan di sana, artinya hak anak untuk mengenyam pendidikan masih kami perhatikan," ucapanya.

Maraknya klitih pada Ramadan ini, lanjut Didik, juga kebanyakan dilakukan di luar jam sekolah. “Saya juga sudah berikan surat edaran untuk memperbanyak kegiatan di sekolah sepanjang Ramadan ini, misalnya pesantren kilat atau kegiatan yang mengasah religiusitas siswa juga untuk mengantisipasi klitih ini,” tegasnya.

Kegiatan Ramadan di sekolah akan membuat waktu dan tenaga sisiwa habis untuk aktivitas tersebut dan tidak melakukan klitih. “Itu usaha yang penting juga, sekarang juga perlu peran orang tua dalam pengawasan anak karena tidak sepenuhnya siswa di sekolah,” ucapnya.

Didik meminta orang tua DIY untuk mengawasi anak-anaknya terutama pada Ramadan ini. “Paling tidak dipastikan pukul 22.00 WIB anak sudah di rumah, tidak dibiarkan di luar. Kalau alasan tarawih itu maksimal jam sembilan malam harusnya udah selesai,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Pemda DIY Perkuat Komitmen Antikorupsi

Pemda DIY Perkuat Komitmen Antikorupsi

Jogjapolitan | 7 hours ago

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Cabuli Santri, Pengasuh Pesantren Divonis 15 Tahun Penjara dan Denda Rp1 Miliar

News
| Kamis, 18 April 2024, 23:47 WIB

Advertisement

alt

Sambut Lebaran 2024, Taman Pintar Tambah Wahana Baru

Wisata
| Minggu, 07 April 2024, 22:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement