Advertisement
Mahasiswa UNS Meninggal Dunia di Luweng Braholo, Jogoboyo: Aktivitas Susur Gua Wajib Izin

Advertisement
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Mahasiswa UNS ditemukan meninggal dunia setelah terjatuh saat hendak melakukan susur gua di Luweng Braholo, Kalurahan Purwodadi, Tepus.
Pemerintah Kalurahan Purwodadi, Tepus mengklaim aktivitas penyusuran luweng oleh mahasiswa pencinta alam merupakan hal yang biasa. Jelajah paling banyak dilaksanakan setiap kemarau karena hampir setiap bulannya ada penelurusan.
Jogoboyo Kalurahan Purwodadi, Tepus, Yanto mengatakan wilayahnya memiliki banyak luweng yang tersebar di berbagai tempat. Luweng-luweng ini banyak dikunjungi oleh mahasiswa maupun komunitas pencinta alam.
Menurut dia, kegiatan penyusuran tidak hanya untuk program kemahasiswaan, namun juga ada survei untuk pemenuhan air bersih. “Memang banyak disusuri seperti yang dilakukan di Luweng Braholo. Jadi, memang banyak kegiatan penyusuran,” kata Yanto saat dihubungi, Senin (27/3/2023).
BACA JUGA: Anggota Mapala FK UNS Tejatuh di Luweng Braholo
Dia menjelaskan, aktivitas penyusuran luweng banyak dilakukan pada saat musim hujan mulai reda. Intesitas akan meningkat pada saat kemarau karena dasar luweng dirasa aman untuk dijelajahi.
“Ya kalau musim hujan berbahaya karena potensi banjir. Makanya, jarang yang disusuri saat penghujan, tapi kalau kemarau sering ada penyusuran di luweng-luweng di Purwodadi,” katanya.
Yanto tidak mempermasalahkan adanya kegiatan penyusuran. Meski demikian, ia berharap pada saat melakukan kegiatan melampirkan izin terlebih dahulu ke pemerintah kalurahan. “Izin ini penting agar kegiatan yang dilakuakn bisa dimonitor dan dapat memberikan bantuan saat dibutuhkan,” katanya.
Selai itu, dia juga meminta agar para penjelajah atau mahasiswa pencinta alam izin kepada orang yang dituakan di wilayah setempat. Yanto mencontohkan, untuk penyusuran Luweng Braholo meminta kepada orang di Dusun Ngandong.
“Masing-masing luweng ada orang yang dituakan sebagai juru kunci. Jadi, harapannya izin terlebih dahulu agar penyusuran dapat berjalan lancar dan tanpa halangan,” katanya.
Ulu-Ulu Kalurahan Purwodadi, Suroyo menambahkan, selain Luweng Braholo, di Kalurahan Purwodadi ada delapan luweng lain yang dipergunakan untuj jelajah alam mapala. Kedelapan luweng ini meliputi Pelelen, Belik, Nglibeng, Gebyok, Cekelan, Jurug, Mbomo dan Tebasan. “Yang paling dalam, salah satunya Luweng Braholo. Kalau yang banyakk dikunjungi ada Luweng Nglibeng dan Pelelen,” katanya.
Menurut dia, aktivitas penyusuran paling banyak dilakukan saat kemarau tiba. Di musim ini hampir setiap bulannya ada aktivitas penyusuran di beberapa luweng. “Jadi memang sudah terbiasa. Kalau kemarau, setiap bulan sekali pasti ada kegiatan pelatihan turun luweng dari mapala,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Penerbangan Haji Sudah 15 Kali Delay, Kemenag Semprit Garuda dan Saudia Airlines
Advertisement

Pengin Nikmati Air Terjun Swiss dan Kebun Tulip ala Belanda, Objek Wisata Ini Cocok untuk Anda
Advertisement
Berita Populer
Advertisement
Advertisement