Advertisement
Salat Id di Gunungkidul Akan Digelar di 936 Lokasi

Advertisement
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Kantor Wilayah Kementerian Agama Gunungkidul mencatat ada 936 titik penyelenggaraan Salat Idulfitri. Sesuai dengan perkiraan awal pelaksanaan di Gunungkidul terbagi dalam dua gelombang.
BACA JUGA: Ini Perbedaan Lokasi Salat Id Muhammadiyah dan NU di Bantul
Advertisement
Kepala Seksi Bimbingan Masyarakat Islam, Kemenag Gunungkidul, Zuhdan Arif mengatakan, sudah melakukan pendaatan berkaitan dengan pelaksaan Salat Id di Gunungkidul. adapun prosesnya didata melalaui aplikasi google form yang disediakan oleh Kementerian Agama.
Adapun hasilnya ada sekitar 936 titik pelaksanaan Salat Id di Gunungkidul. Meski demikian, pelaksanaanya tidak bersamaan karena ada yang menyelenggarakan pada Jumat (21/4/2023) dan Sabtu (22/4/2023).
“Memang tahun ini diprediksi pelaksaan Lebarannya tidak bersama-sama,” kata Zuhdan, Rabu (19/4/2023).
Menurut dia, perbedaan perayaan terjadi karena metode penghitungan yang berbeda. Menurut Zuhdan, penetapan Pemerintah mengacu pada kesepakatan Menteri Agama Brunei Darusalam; Indonesia, Malaysia dan Singapura (MABIMS).
Berdasarkan keputusan ini maka disepakati untuk hilal penentuan bulan baru harus memiliki ketinggian minimal tiga derajat. Diperkirakan pada 21 April mendatang, ketinggian belum mencapai persyaratan tersebut sehingga ada kemungkinan perbedaan dalam perayaan Idulfitri.
Dia menambahkan, penentuan Idulfitri berbeda dengan saat penetuan awal puasa. Menurut Zuhdan, saat dilaksanakan sidang isbat ketinggian hilal sudah lebih dari enam derajat sehingga telah memenuhi persyaratan yang ditentukan MABIMS.
“Untuk kepastiannya, masih harus menunggu sidang isbat yang diselenggarakan oleh Kemenag,” katanya.
Terkait dengan pelaksanaan Salat, rencananya diselenggarakan di masjid maupun di tanah lapangan. “Saat pendataan sudah ada terperinci lokasi yang dipakai di setiap tempatnya. Di 18 kapanewon sudah melaporkan tentang penyelenggaraan Salat Id,” katanya.
Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Gunungkidul, Sya’ban Nuroni mengatakan ada potensi perbedaan dalam perayaan Idulfitri. Meski demikian, hal tersebut bukan menjadi hal yang harus dipersoalkan karena terpenting masyarakat bisa saling menghormati sehingga persatuan dan kesatuan tetap terjaga.
“Meski puasanya bersama, tapi potensi perbedaan perayaan Idulfitri memang ada,” kata Sya’ban.
Menurut dia, perbedaan terjadi dikarenakan belum ada kesepakatan bersama berkaitan dengan metode penghitungan dalam penanggalan. Oleh karenanya, pada saat ada perbedaan menjadi hal yang wajar karena setiap organisasi memiliki cara tersendiri dalam penghitungan.
“Yang jelas Idulfitri tetap sama di 1 Syawal, tapi untuk harinya [mengacu kalender masehi] bisa beda,” katanya.
Ia menambahkan, kemenag menghormati perbedaan tersebut dan sebisa mungkin akan memberikan fasilitas pelayanan. Selain itu, masyarakat dipersilahkan mengikuti keyakinannya masing-masing berkaitan dengan perayaan Idulfitri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Banjir di Kawasan Puncak Bogor, Satu Orang Meninggal Dunia dan 2 Masih Hilang
Advertisement

Jalur Hiking Merapi di Argobelah Klaten Kian Beragam dengan Panorama Menarik
Advertisement
Berita Populer
- Bencana Kekeringan Melanda Bantul, Sumber Air Mengering, Warga Trimurti Andalkan Bantuan Droping Air Setiap Hari
- Jadwal DAMRI Jogja ke Semarang Hari Ini
- Top Ten News Harianjogja.com, Minggu 6 Juli 2025: Kasus Mas-mas Pelayaran, Kapolda DIY Digugat hingga Sekolah Kekurangan Siswa
- Perizinan Penambangan di DIY Dibatasi Sebulan, Penggunaan Alat Disesuaikan dengan Lokasi Tambang
- Cek! Jadwal Bus Sinar Jaya dari Malioboro Jogja ke Pantai Parangtritis Bantul dan Pantai Baron Gunungkidul
Advertisement
Advertisement