Advertisement

Pengukuhan Guru Besar UAJY, Batik Keramik & Sepatu Ortotik Antar Wisnu Jadi Profesor

Lajeng Padmaratri
Selasa, 25 April 2023 - 22:27 WIB
Maya Herawati
Pengukuhan Guru Besar UAJY, Batik Keramik & Sepatu Ortotik Antar Wisnu Jadi Profesor Dosen Teknik Industri FTI UAJY Paulus Wisnu Anggoro seusai menerima surat keputusan terkait kenaikan jabatan sebagai guru besar di Auditorium UAJY, Selasa (18/4). - Harian Jogja - Lajeng Padmaratri

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Sebagai pengajar di bidang teknik industri, Paulus Wisnu Anggoro telah banyak berkarya lewat publikasi ilmiah hingga diwujudkan dalam teknologi komersial. Sejumlah karyanya antara lain desain sepatu ortotik untuk penyandang disabilitas dan keramik dengan batik.

Paulus Wisnu Anggoro meyakini dosen tidak hanya harus pandai di depan kelas. Dosen harus lebih banyak turun ke lapangan untuk meneliti dan menulis.

Advertisement

Dengan begitu, setidaknya keberadaannya juga bisa memberikan manfaat kepada lebih banyak orang.

Baru-baru ini, dosen di Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik Industri Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY) itu menerima surat keputusan kenaikan jabatan dosen dari Kemendikbud. Pada Selasa (18/4) lalu, ia ditetapkan sebagai guru besar kedua belas di UAJY.

Kenaikan jabatan itu menjadi momentum baginya untuk masuk ke dunia pendidikan yang lebih dalam, yaitu penelitian dan riset.

BACA JUGA: Parkir Malioboro Jogja Penuh, Dishub Arahkan ke Tempat Alternatif

"Sebagai periset, saya banyak di lapangan. Saya bersyukur bertemu dengan banyak orang yang membantu memasuki rumah yang dinamakan jurnal bereputasi internasional," katanya dalam sambutannya, Selasa lalu.

Pria 51 tahun yang sudah menjadi dosen di UAJY sejak 1996 itu mengatakan bahwa meneliti dan menulis memang tidak mudah, banyak tantangannya, tetapi harus dilakukan.

Salah satu yang menantang ialah ketika ia melakukan riset dalam mendesain sepatu ortotik bagi penyandang disabilitas.

Pada 2020, ia dan timnya mendapatkan paten untuk desain sepatu bot khusus anak penderita clubfoot sejak lahir. Clubfoot atau kaki pengkor yang diderita pada anak kecil merupakan kelainan bentuk kaki yang membuat penyandangnya tidak bisa mengenakan sepatu yang beredar di pasaran dengan nyaman.

“Setiap 1.000 kelahiran anak normal, biasanya terdapat satu kelahiran anak dengan bentuk kaki pengkor. Kami buat desainnya agar dia bisa beraktivitas menggunakan sepatu dengan nyaman,” ujar peraih gelar doktoral dari Universitas Diponegoro Semarang itu.

Inovasi yang dia lakukan ialah membuat desain custom terkait insole dan shoe last sepatu bot ortotik yang benar-benar sesuai dengan model fisik kaki pasien anak–anak penderita clubfoot.

Desain ini dirancang untuk membantu anak penderita kelainan bentuk kaki clubfoot supaya dapat beraktivitas sehari-hari dengan nyaman, aman, dan cepat saat pemasangan kaki pada sepatu, sekaligus memberi kemudahan pasien mendapatkan bentuk dan ukuran sepatu sesuai kondisi kaki.

Sayangnya, desain yang bisa membantu penyandang disabilitas itu belum disambut baik oleh pasar. Wisnu mengakui jika belum ada pabrik yang mau memproduksi desain sepatu ortotiknya, karena desain sepatunya masih customize atau dibuat menurut pesanan. Saat ini ia masih berupaya mencari dana untuk pengembangan produknya. 

Kolaborasi Riset

Tak berhenti sampai di situ, Wisnu beralih topik riset dengan berkolaborasi bersama sejumlah dosen dalam pembuatan desain produk bermotif batik. Salah satunya  set alat makan keramik dengan tekstur batik.

“Saya merasa keramik merupakan salah satu produk di Indonesia yang tidak mau menggunakan teknologi modern, dan di situ saya memasukkan unsur budaya batik,” jelas Wisnu.

Selama ini, batik itu baru populer diterapkan di baju. Ia ingin memperluas implementasinya untuk tableware dengan tekstur batik. Inovasi tersebut sudah mendapatkan mitra produksi dan sudah dijual di pasaran.

“Yang terbaru lagi riset saya itu 3D print custom terkait dengan produk implan. Salah satunya berkaitan dengan limbah kerang hijau itu yang bisa menjadi material 3D print sebagai pengganti implan, karena komposisinya sama seperti konstruksi tulang manusia,” ujarnya.

Wisnu berharap semakin banyak dosen dan mahasiswa yang mau terlibat dalam kolaborasi untuk mendukung penghiliran riset.

“Bukan cuma bicara penghiliran terkait publikasi jurnal, tetapi juga berbasis produk komersial,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Kejagung Tetapkan 5 Tersangka Baru Kasus Korupsi Timah, Bos Maskapai Penerbangan Terlibat

News
| Sabtu, 27 April 2024, 07:47 WIB

Advertisement

alt

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement