Advertisement
Keterbatasan Petani Mengakses Benih dan Pupuk Jadi Penyebab Kerentanan Pangan

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Ketua ASEAN Business Advisory Council (ASEAN-BAC) Arsjad Rasjid menyatakan keterbatasan petani dalam mengakses benih dan pupuk yang berkualitas menjadi penyebab kerentanan pangan. Hal itu disampaikan saat menghadiri Forum Global Future Fellows (GFF): Food Security di Royal Ambarrukmo, Yogyakarta, Selasa (24/5/2023).
“Saat ini, sektor agrikultur Asia Tenggara berkembang pesat, namun tetap tidak lepas dari risiko krisis pangan. 20 persen populasi Asia Tenggara mengalami kerentanan pangan, dengan hasil panen di bawah rata-rata global,” kata Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) dalam keterangan tertulis, Selasa.
Advertisement
BACA JUGA : Hindari Gagal Panen, Petani di Lahan Rawan Kekeringan
Penyebabnya, kata dia, yaitu keterbatasan akses petani ke benih dan pupuk berkualitas, kurangnya infrastruktur dan teknologi yang kurang baik. Selain itu terbatasnya akses ke pembiayaan dan pasar petani, serta kurangnya pengetahuan serta keahlian petani.
Penyebab eksternal lainnya berupa krisis iklim dan geopolitik. Oleh karena itu ketahanan pangan tetap menjadi prioritas negara-negara Asean, khususnya Indonesia yang kini menduduki posisi sebagai pimpinan Asean.
“Pada ASEAN Summit kemarin, Indonesia dan negara ASEAN lainnya menekankan komitmen kita pada isu ini serta penguatan pangan sebagai prioritas utama bersama,” katanya.
Ia melihat perlunya adanya narasi tunggal dalam hilirisasi industri pangan sebagai basis strategi dan kebijakan terkait ketahanan pangan. ASEAN-BAC sendiri terus melanjutkan legacy program berupa inclusive closed loop for agricultural product yang bertujuan membantu petani dengan memberikan akses ke pemerintahan, pendanaan, pengetahuan, teknologi, dan peluang pasar serta membina kolaborasi antar pelaku sektor tersebut.
BACA JUGA : Agar Tak Gagal Panen, Petani di Bantul Diminta
“Program ini salah satunya telah dilaksanakan di Kupang, Nusa Tenggara Timur sejak 2018 dan berhasil meningkatkan produksi sekitar 30 ribu petani hingga 32 persen. Selain itu, pendekatan ini juga berhasil meningkatkan kontribusi petani perempuan serta membantu pencegahan stunting di Kupang,” katanya.
Semangat GFF dan pesan dari Arsjad Rasjid sejalan dengan yang disampaikan Direktur Kebijakan Publik Pijar Foundation, Cazadira F. Tamzil. Ia mendorong transformasi teknologi yang mendorong double effect pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan petani.
“Ada penurunan minat angkatan muda di sektor pertanian, antara lain karena stigma mengenai ketidaksejahteraan petani. Kerjasama antara regulator, bisnis, dan komunitas di bidang transformasi teknologi pangan adalah game changer,” ujar Cazadira.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
- 2 Pasar Jadi Pusat Oleh-Oleh Masjid Sheikh Zayed, Ini Sikap Komisi II DPRD Solo
- Laga Playoff Tidak Boleh Dihadiri Suporter Tim Tamu, Bali United Buka Suara
- Perayaan HUT ke-13 Car Free Day Solo, Pemkot Luncurkan Becak Wisata
- Peluang Menjanjikan! Kaus Sulam Karya Desainer Jogja Ini Laris Manis di Jepang
Berita Pilihan
Advertisement

Perang Rusia vs Ukraina: Miris, Jumlah Korban Lampaui 9 Tahun Perang Uni Soviet vs Afghanistan
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Ini Kisah Anak Muda, Punya Rumah di Jogja Seperti Jodoh, Kadang Sulit Dicari
- Komentar Jokowi Setelah Jajal Telur Krispi Kopi Klotok: Enak Sekali
- Jokowi Sarapan di Kopi Klotok, Warganet Berkelakar kok Enggak Antre
- Hari Sepeda Sedunia, Jogja Dulu Punya Sego Segawe yang Kini Tak Ada Lagi Kabarnya
- BPPD dan GIPI Promosikan Wisata Sehat agar Wisatawan Tinggal Lebih Lama
Advertisement
Advertisement