Advertisement
BMKG Gelar SLI di Prambanan, Dwikorita: Pranoto Wongso Porak-Poranda

Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN—Sekolah Lapang Iklim (SLI) Operasional 2023 kembali digelar di Prambanan, Sleman, Jumat (7/7/2023). SLI di Prambanan ini diikuti sekitar 50 petani untuk mengantisipasi perubahan musim saat ini.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati yang hadir membuka langsung kegiatan tersebut mengatakan pihaknya melihat lonjakan indikator kenaikan suhu dibandingkan 30 tahun lalu.
Advertisement
BACA JUGA: 20 Kapanewon di DIY Berstatus Siaga Kekeringan, Ini Lokasinya
"[Perubahan iklim] Ini nyata akan berdampak pada terjadinya cuaca ekstrem atau anomali iklim yang semakin sering terjadi. Intensitasnya semakin menguat terakhir bisa mencapai 377 milimeter dalam sehari, padahal sebelumnya hanya 200-300 milimeter," katanya di sela kegiatan.
Dampak anomali iklim tersebut, katanya, akan berdampak pada sektor pertanian. Seperti fenomena El Nino pada musim ini yang semakin kering dan panjang sehingga petani rentan terdampak. Cuaca menjadi tidak menentu dan sulit diprediksi.
"Ilmu titen ataupun pranoto mongso menjadi porak poranda dan tidak mengikuti musim. Nah para petani kami bekali pengetahuan bagaimana mengantisipasi perubahan iklim," katanya.
Tujuan SLI tersebut, lanjut Dwikorita, untuk menyiapkan petani agar mengantisipasi perubahan cuaca ekstreem agar mampu menyusun perencanaan 6 bulan ke depan. Misalnya, Pemerintah DIY menyiapkan irigasi agar musim kemarau yang akan berlangsung lebih lama tidak berdampak pada sektor pertanian.
"Jadi dengan kegiatan SLI ini kami bekali petani soal fenomena perubahan iklim agar petani bisa melakukan adaptasi dan mitigasi saat melakukan penanaman," katanya.
Menurut Dwikorita, saat ini Dunia terancam dengan perubahan cuaca ekstrem yang diprediksi suhu semakin melompat pada 2050 mendatang di mana dampaknya akan mengalami kekeringan ektrem di berbagai belahan dunia.
"Karena kering di mana-mana, maka Badan Pangan dan Pertanian Dunia memprediksi pada 2050 terjadi kerentanan pangan dan berdampak pada 500 juta petani se Dunia yang menyediakan 80 persen sumber daya pangan dunia," katanya.
Indonesia, lanjt Dwikorita, status kekeringannya berwarna cokelat atau kerawananannya menengah. Oleh karenanya, lanjutnya, masih ada waktu 30 tahun bagi Indonesia untuk menyiapkan sedini mungkin ketahanan pangan dan mengantisipasi terjadinya kerawanan pangan.
"Selain beradaptasi juga memitigasi sejak dini untuk mencegah itu. Contohnya lereng Merapi suhu udara sudah mencapai 0,67 dibandingkan 30 tahun lalu," katanya.
Staf Ahli Bupati Sleman Bidang Ekonomi Pembangunan Heru Saptono mengatakan Sleman sudah mengantisipasi perubahan iklim ini dengan sejumlah kebijakan. Misalnya Sleman dengan luas wilayah 18% se DIY, mampu menghasilan 76.000 ton beras.
"Kalau tidak memanfaatkan teknologi BMKG, tentu akan berdampak pada sektor pertanian," katanya.
BACA JUGA: BMKG: Waspadai Potensi Hujan Lebat di Sebagian Wilayah Indonesia
Kegiatan SLI tersebut, kata Heru, sangat bermanfaat bagi sektor pertanian di Sleman untuk menjaga musim tanam dengan baik. Dari hasil pendampingan tersebut diharapkan menghasilkan peningkatan pengetahuan dan pemahaman petani terhadap iklim dan cuaca yang berpengaruh dalam usaha tani.
"Kapan petani bisa bercocok tanam polowijo dan padi sehingga siklus panennya bisa tepat. Kami juga menetapkan lahan pertanian berkelanjutan untuk menjaga keberlanjutan hasil pangan di DIY karena Sleman menjadi salah satu lumbung padi di DIY," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement

Tiket Gratis Masuk Ancol, Berlaku Bagi Pengunjung Tak Bawa Kendaraan Bermotor
Advertisement
Berita Populer
- Jadwal Pemadaman Listrik di Bantul dan Sleman Selasa 26 September 2023
- Rute Lengkap Trans Jogja! Jalur ke Prambanan, Bandara Adisutjipto Terminal Giwangan dan UGM
- Top 7 News Harianjogja.com Selasa 26September 2023
- Pengerjaan Konstruksi Tol Jogja-Solo Seksi 2 di Ringroad: Kendaraan dari Jombor dan Demak Ijo Dialihkan
- Digelar di JEC dan Datangkan Artis Nasional, MJE 2023 Bakal Lebih Meriah
Advertisement
Advertisement