Duh! 6 Bulan, Dinkes Kulonprogo Temukan Ada 131 Kasus Tuberkulosis
Advertisement
Harianjogja.com, KULONPROGO—Sepanjang Januari-Juni tahun ini, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kulonprogo menemukan 131 kasus tuberkulosis (TB) di Bumi Binangun.
Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kulonprogo, Rina Nuryati mengatakan bahwa Kementerian Kesehatan telah memberikan target tracing kasus TB untuk setiap kabupaten termasuk Kulonprogo. Untuk Kulonprogo, target yang ditetapkan adalah 900 kasus.
Advertisement
“Tahun lalu [2022] sama, kami mendapat target 900-an kasus yang harus ditemukan. Tetapi hanya tercapai 32,64 persen atau sekitar 294 kasus. Harusnya lebih banyak yang bisa ditemukan. Dengan begitu kan lebih banyak yang dapat diobati,” kata Rina, Selasa (11/7/2023).
Apabila banyak kasus ditemukan, maka pengobatan bisa segera diberikan sehingga penderita TB tidak akan menularkan penyakit ke orang lain. Rantai penularan pun dapat diputus. “Sebenarnya alat untuk mendiagnosis dan pemeriksaan lain sudah difasilitasi. Cuma untuk menemukan orangnya itu yang sulit,” katanya.
Rina menjelaskan deteksi kasus dilakukan dengan dua cara yaitu melalui fasilitas kesehatan dan pencarian kasus indeks atau tracing di masyarakat. Pengecekan di masyarakat hanya menyasar orang dengan batuk berdahak.
“Sebenarnya harus dirontgen juga, tetapi kalau rontgen itu kan tidak dijamin BPJS. Kalau bayar juga kasihan, sementara gejalanya juga belum ditemukan. Susahnya ya di situ untuk menemukan kasusnya,” ucapnya.
Lebih jauh, Rina mengatakan bahwa pengobatan penderita TB telah ditanggung oleh BPJS kesehatan. Karena itu, masyarakat tidak perlu khawatir memeriksakan dirinya. Pada kenyataannya tidak sedikit masyarakat yang masih enggan memeriksakan dirinya ke layanan kesehatan. “Masih ada stigma atau yang berpikiran kalau terkena TB itu malah menulari. Akhirnya takut memeriksakan diri,” lanjutnya.
BACA JUGA: Ada 1.323 Kasus TBC di Jogja, 62 Orang Meninggal Dunia
Rina menegaskan penyakit TB yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis tersebut mudah diobati dengan syarat seorang penderita rutin atau patuh meminum obat yang diberikan. “TB ini mudah diobati. Obatnya tersedia. Tapi penderita harus rutin atau patuh minum obat, soalnya lama, paling tidak enam bulan minum obat,” lanjutnya.
Kelompok rentan yang mudah terkena TB antara lain lansia, anak-anak, dan orang yang tinggal bersama-sama di ruangan tertutup seperti di lapas dan pondok pesentren. Tegas dia, bakteri Mycobacterium tuberculosis mudah berkembang di ruangan tertutup dan lembab. Namun, bakteri tersebut akan mudah mati apabila terkena sinar matahari.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Terkait Pemulangan Mary Jane, Filipina Sebut Indonesia Tidak Minta Imbalan
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Bencana Hidrometeorologi, Pemkab Gunungkidul Segera Tetapkan Status Siaga
- Prediksi Cuaca BMKG, Seluruh Wilayah DIY Diguyur Hujan Lebat 3 Hari ke Depan
- Liga 1 Besok, PSS Jamu PSBS Biak, Ini Head to Head Kedua Tim
- KPU Bantul Mulai Mendistribusikan Undangan Nyoblos di Pilkada
- KPU Bantul Pastikan Pemilih Tidak Memenuhi Syarat Telah Dicoret dari DPT
Advertisement
Advertisement