Advertisement

Promo November

Pedagang Pasar di Bantul Mengeluhkan Mahalnya Harga Beras

Hadid Husaini
Kamis, 31 Agustus 2023 - 21:17 WIB
Maya Herawati
Pedagang Pasar di Bantul Mengeluhkan Mahalnya Harga Beras Ilustrasi beras impor - ist - Bisnis Indonesia

Advertisement

Harianjogja.com, Bantul–Pedagang pasar di Bantul mengeluhkan tingginya harga beras. Katinem, salah satu pedagang Pasar Bantul mengungkapkan kesulitan menjual beras karena harga yang dipatok terlalu tinggi. “Sekarang itu harga beras naik. Padahal cari uang susah. Tetapi sudah sejak lama penjualan beras menurun,” katanya, Kamis (31/8).

Katinem menambahkan ia menjual beras premium dengan merk raja dijual dengan harga Rp13.000 per kilogram (kg). Sementara untuk beras dengan jenis Mentik Wangi dijual dengan harga Rp15.000  per kg dan Mentik Susu Rp16.000 per kg.

Advertisement

Kepala Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, Perindustrian dan Perdagangan (DKUKMPP) Bantul, Agus Sulistyana menyampaikan bahwa kenaikan harga secara drastis tersebut akan dikoordinasikan dengan dengan Kementerian Perdagangan (Kemendag).

“Untuk stok di Bantul masih aman. Terkait dengan harga yang naik secara drastis kami akan membuat laporan ke Pemerintah Pusat atau ke pemerintah provinsi, setelah itu baru kami ambil keputusan,” katanya.  

BACA JUGA: Harga Beras Meroket, Mendag Zulhas Tetap Saja Klaim Stok Melimpah

Sub Koordinator Kelompok Substansi Pengendalian Barang Pokok dan Penting DKUKMPP, Zuhriyatun Nur Handayani, menyebut berdasarkan pantauan di beberapa pasar, harga beras rata-rata naik, kendati begitu tidak terlalu signifikan.

“Agustus ini mulai ada kenaikan sedikit Rp100-Rp200 per pekan. Saat ini harga beras yang kami pantau harga beras rata-rata premium Rp12.285, medium Rp11.585, kalau dari harga ini medium sudah di atas harga eceran tertinggi dari Badan Pangan Nasional [Bapanas],” jelasnya Kamis (31/8).

Ia menyebut berdasarkan rekap mingguan survei  DKUKMPP Bantul per Sabtu (25/8) naiknya harga beras karena mahalnya biaya produksi yang tinggi yang mengakibatkan penggilingan dengan skala kecil beberapa tidak lagi beroperasi. “Penggilingan padi khususnya yang skalanya tidak besar  tidak lagi beroperasi karena harga produksinya sudah cukup tinggi sehingga sampai di pedagang dijualnya dengan harganya yang juga tinggi,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Pilkada Jakarta, Pramono-Rano Unggul 50,02% Versi Quick Count LSI

News
| Rabu, 27 November 2024, 15:27 WIB

Advertisement

alt

Merasakan Lumernya Cokelat dari Jogja

Wisata
| Senin, 25 November 2024, 08:17 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement