Antisipasi Dampak Kemarau di Sektor Peternakan dan Perikanan, Ini Langkah DP3 Sleman

Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN—Berbagai cara dilakukan oleh Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan (DP3) Sleman untuk mengatasi dampak musim kemarau pada sektor peternakan dan perikanan.
Kepala DP3 Sleman, Suparmono mengatakan, dampak musim kemarau pada sektor peternakan adalah penurunan produktivitas ternak, yang disebabkan oleh kelangkaan ketersediaan dan kualitas hijauan pakan yang semakin menurun. Selain itu, dampak musim kemarau juga menimbulkan stres terhadap hewan peternakan, sebagai akibat panas dan kelembaban yang dapat mengubah fisiologi ternak. Hal ini pula yang membuat hewan ternak lebih rentan terhadap penyakit dan stress.
Advertisement
"Untuk ternak besar penyakit yang sering muncul adalah Bovine Epheral Fever (BEF) atau demam 3 hari dan penyakit ini menular pada ternak sapi dan kerbau. Sedangkan pada unggas penyakit yang biasa muncul pada musim kemarau adalah Chronic Respiratory Disease (CRD) atau penyakit pernafasan kronis," kata Suparmono, Minggu (10/9/2023).
Oleh karena itu, lanjut Suparmono, upaya yang dilakukan oleh DP3 Sleman adalah melakukan pelatihan pembuatan pakan seperti silase untuk persediaan atau cadangan pakan pada musim kemarau.
"Kami juga melakukan pembuatan sumur dangkal di wilayah yang terindikasi kekurangan air serta rutin melaksanakan pelayanan kesehatan hewan terpadu di setiap kelompok ternak," lanjut Suparmono.
BACA JUGA: Pemkab Bantul Upayakan Ada Sumber Air Permanen di Wilayah Terdampak Kekeringan
Terkait dengan dampak musim kemarau pada sektor perikanan, Suparmono mengungkapkan, untuk mengantisipasi penurunan produksi ikan di Sleman, pihaknya telah melakukan berbagai upaya. DP3 Sleman berupaya mengurangi padat tebar ikan yang dibudidayakan. Sebab, pengurangan padat tebar ikan yang dibudidayakan bisa menghindari stress dan menjaga kualitas air.
"Ada juga pemanfaatan teknologi budidaya nila dengan sistem bioflok. Teknologi ini mampu menghemat pemakaian air karena menggunakan water close system yang memungkinkan tidak melakukan penggantian air paling tidak selama 2 siklus budidaya," katanya.
Tak hanya itu, DP3 Sleman juga berupaya melakukan pergantian pola tebar ikan dari ikan bersisik ke budidaya ikan non sisik (seperti lele dan patin). Hal ini disebabkan karena karakteristik ikan non sisik cenderung tidak memerlukan air yang cukup banyak sebagai media hidupnya
"Selain itu, penggunaan multivitamin dan probiotik pada sistem budidaya untuk meningkatkan kekebalan tubuh terhadap potensi serangan penyakit ikan," papar Suparmono.
Menurut Suparmono, pihaknya terus berupaya agar kebijakan antisipasi kekurangan air yang diterapkan tersebut tidak hanya bersifat insidental, namun bersifat jangka panjang, berkesinambungan dan terencana. Dengan langkah ini diharapkan dapat mengurangi jumlah wilayah yang terdampak kekeringan di musim kemarau setiap tahunnya.
Pada tahun 2023 ini, terang Suparmono, pihaknya telah membagikan 53 unit pompa air kepada petani. Selain itu telah dipersiapkan bantuan melalui DAK Fisik Pertanian berupa pembangunan Irigasi Air Tanah Dangkal (IATD) sebanyak 5 unit, sumur dangkal 35 unit serta Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier sebanyak 34 unit dengan total alokasi anggaran mencapai Rp8,7 miliar.
"Untuk wilayah tadah hujan seperti wilayah Prambanan, diharapkan petani mampu melakukan upaya penyimpanan air atau panen air," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Investor Dapat HGU 190 Tahun di IKN? Simak Keterangan Kepala Bappenas
Advertisement

Danau Toba Dikartu Kuning UNESCO, Sandiaga: Ini Jadi Alarm
Advertisement
Berita Populer
- Koleksi Atribut dan Peraga WJNC Sejak 2016 Dipamerkan di PDIN Jogja
- Terkuak! Kokam DIY Dibekukan karena Tak Hadiri Apel di Solo Bareng Jokowi
- Simak Jadwal KA Bandara YIA Hari Ini, 3 Oktober 2023
- Berikut Jadwal Keberangkatan Bus Damri Tujuan YIA dan Tarifnya
- Pelajar SMA Muha Gelar Aksi Tanam Bakau di Hutan Mangrove Baros
Advertisement
Advertisement