Advertisement
Puluhan Difabel Ikuti Ujian SIM D Kolektif di Polres Bantul, Begini Prosedur Ujiannya
Advertisement
Harianjogja.com, BANTUL—Sebanyak 30 difabel mengikuti ujian SIM D di Satlantas Polres Bantul, Kamis (21/9/2023). Menggunakan motor yang sudah dimodifikasi khusus sesuai kebutuhan masing-masing, mereka lancar mengikuti ujian praktik SIM.
Kasatlantas Polres Bantul, Iptu Fikri Kurniawan menjelaskan kegiatan ini merupakan program dari Polda DIY sebagai bentuk fasilitasi kepada para difabel untuk mendapatkan SIM D. “Pembuatan SIM baru 27 orang dan perpanjangan ada tiga orang,” ujarnya, Kamis.
Advertisement
Adapun prosedur yang dilalui para peserta yakni mulai dari tes kesehatan, tes psikologi, tes teori dan tes praktik. “Tesnya seperti mekanisme yang sudah ada. Alhamdulillah tes untuk disabilitas lancar semua tidak ada kendala, karena sirkuit yang baru sangat memudahkan, bukan hanya untuk SIM C, tetapi juga untuk disabilitas,” katanya.
BACA JUGA: Warga Difabel Ikut Uji SIM Ramai-Ramai di Satlantas Jogja
Dalam program ini, para peserta dibebaskan dari biaya pembuatan SIM, kecuali dalam tes kesehatan. Selain fasilitasi tes, Polres Bantul juga memastikan sarana-prasarana di Polres Bantul sudah cukup aksesible untuk para difabel. “Ada guiding block, parkir disabilitas, tempat duduk disabilitas, kendaraan khusus,” paparnya.
Salah satu difabel peserta ujian SIM D, Sulistiyo, menuturkan para peserta awalnya mendapat info dari Dinas Sosial Bantul yang menyebutkan fasilitas pembuatan SIM D secara kolektif bagi para difabel. “Itu sangat memudahkan kami, karena kalau mencari perorangan sendiri-sendiri kadang kesulitan,” ungkapnya.
Dia menceritakan para peserta berkumpul di Polres Bantul untuk selanjutnya bersama-sama naik bus menuju Rumah Sakit Bhayangkara cek kesehatan. “Alhamdulillah semua disuport dibantu dari pihak kepolisian,” kata dia.
Adapun jenis difabel yang mengikuti program ini didominasi oleh difabel daksa, yang masih bisa mengendarai motor dengan modifikasi khusus. “Ada daksa paraplegi, paraplase, amputasi. Ada pula tuna grahita dan low vision,” kata dia.
Program ini menurutnya sangat bermanfaat, karena para difabel ini biasa menggunakan motor untuk aktivitas sehari-hari. “Biasanya keseharian, kadang ada acara pengajian, sosialisasi dan sebagainya. Kalau saya untuk COD [cash on delivery], untuk kerja,” ungkapnya.
Dia berharap program ini dapat berkelanjutan dan dijalankan secara rutin, karena masih banyak difabel yang memerlukan SIM D untuk berkendara. “Kalau bikinnya bareng lebih enak dan PD. Kalau sendiri mungkin takut,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Penyelesaian Kasus Harun Masiku, Hardjuno Wiwoho: Kuncinya Transparansi dan Akuntabilitas
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- UNISA Mulai Uji Coba Makan Bergizi ke Siswa TK Aisyiyah dan SD Muhammadiyah
- Anggota DPRD DIY Agus Sumaryanto Meninggal Dunia
- Triwulan Pertama 2025, Akses Jalan Masuk TPST Dingkikan Bantul Ditargetkan Sudah Siap
- Ketersediaan Kebutuhan Pokok di Gunungkidul Dipastikan Aman
- Pusat Rehabilitasi YAKKUM Kuatkan Partisipasi Politik Difabel Melalui Sekolah Gradiasi
Advertisement
Advertisement