Advertisement
Kasus DBD Turun Saat Kemarau, Warga Diminta Waspada Saat Musim Penghujan
Ilustrasi - Pixabay
Advertisement
Kepala Bidang Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit (P2P) Dinkes Sleman, Khamidah Yuliati menerangkan angka kasus DBD cenderung menurun pada saat musim kemarau. Hal ini tak lepas dari minimnya genangan sebagai salah satu tempat berkembangnya sektor DBD.
"Biasanya pada saat musim kemaraunya itu sendiri memang turun kasusnya," terang Yuli pada Rabu (4/10/2023).
Advertisement
Selama musim kemarau belum terdapat hujan, Yuli mengungkapkan kasus DBD biasanya akab menurun. Pasalnya nyamuk akan mulai bertelur pada saat awal musim hujan.
Kasus DBD patut diwaspadai di sejumlah wilayah Sleman saat nanti musim hujan tiba. "Kalau masuk musim penghujan mungkin juga kita harus waspada dengan DB atau penyakit penyakit yang vektor nyamuk," ujarnya.
"Karena terus muncul genangan-genangan air, terus ada nyamuk bertelur di sana. Nanti ada siklus hidupnya nyamuk, dari telur sampai jadi nyamuk itu kan butuh waktu juga," tegasnya.
BACA JUGA: Wolbachia Sukses, Kasus Demam Berdarah di Bantul Turun Drastis
Mengenai penelitian penyebaran DBD di dataran tinggi, sejauh ini Yuli mencatat pernah ada kasus DBD di Turi. Namun dari hasil penelusuran, diduga kuat pasien tersebut terpapar DBD di daerah lain, bukan di Kapanewon Turi yang berada di ketinggian.
"Di Turi pernah waktu itu ada [kasus DB] tapi kayanya itu impor, artinya orang dengan mobilitas tinggi dan dia bukan berasal kampung halamannya. Artinya dia dapat mungkin dari kantornya kalau dia kerja di kota misalnya," ungkapnya.
Sampai saat ini, Yuli belum menemui adanya wabah atau penyebaran kasus DBD di suatu wilayah dataran tinggi di Sleman. Kasus yang ditemukan diduga besar impor saat pasien mobilitas ke wilayah lainnya. "Jadi impor bukan dari habitatnya di situnya," tandasnya.
"Kalau di daerah atas karena memang ketinggiannya ya dengan suhu udara yang memang tidak mendukung kehidupan nyamuk, ya jadi memang jarang [kasusnya]. Kalaupun ada satu dua itu biasanya kasusnya kasus impor karena memang mereka mobilitasya ke kota atau bekerja atau atau kuliah atau apapun itu," ungkapnya. (Catur Dwi Janati)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
Advertisement
Advertisement





