Tidak Terdampak El Nino, Produksi Beras di Bantul Surplus 673,22 Ton
Advertisement
Harianjogja.com, BANTUL–Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Bantul memastikan stok beras yang ada masih mencukupi hingga minggu kedua Oktober 2023. Meski begitu dampak dari terjadinya El Nino, DKPP Kabupaten Bantul memperkirakan terjadi penurunan produksi beras tahun ini.
Berdasarkan data DKPP Kabupaten Bantul ketersediaan beras pada Minggu kedua Oktober 2023 ada 2.248,36 ton sementara kebutuhan beras mencapai 1.575,14 ton, sehingga neraca mingguan beras tersebut masih surplus hingga 673,22 ton. Sementara rata-rata harga beras di Kabupaten Bantul mencapai Rp.13.165.
Advertisement
“Insyaallah di Kabupaten Bantul aman. Terdampak [El Nino] tetapi tidak begitu signifikan. Jadi mungkin nanti di akhir tahun 2023 terjadi penurunan produksi padi, tetapi tidak begitu signifikan,” katanya Kepala DKPP Kabupaten Bantul, Joko Waluyo, Senin (16/10/2023) melalui telepon.
Tahun 2022 dengan luas lahan pertanian padi sekitar 30,4 ribu hektar dapat menghasilkan sekitar 200 ribu ton gabah kering giling (GKG), sementara kebutuhan konsumsi sekitar 100 ribu ton, sehingga terjadi surplus sekitar 100 ribu ton.
Menurut Joko, tahun ini diperkirakan terjadi penurunan produksi padi hingga sekitar 10-15 ton GKG. Sehingga dengan perkiraan terjadi penurunan tersebut, maka menurut Joko produksi GKG tahun 2023 diperkirakan surplus hingga sekitar 85 ribu ton.
Menurut Joko pihaknya telah meminta agar petani menanam komoditas pangan yang tidak memerlukan banyak air seperti palawija. Meski begitu menurut Joko masih ada petani yang menanam padi di beberapa kapanewon antara lain Kapanewon Pandak, Sewon dan Bambanglipuro.
“Ini kita ada beberapa tanam padi, ada yang panen awal Desember, pertengahan Desember. Itu [El Nino] tidak berdampak di Kabupaten Bantul untuk pangan,” katanya.
BACA JUGA: Stok Beras di Sleman Diperkirakan Aman hingga Akhir Tahun
Dia pun menyampaikan bahwa para petani saat ini memang mengalami penurunan jumlah air yang mengaliri lahan persawahan sebagai dampak El Nino. Untuk menanganinya, menurut Joko, beberapa petani telah membuat sumur dangkal serta menggunakan bantuan pompa untuk dapat mengaliri lahan persawahan.
“Petani untuk tanaman padi butuh air banyak, [petani] beralih ke tanaman yang enggak butuh banyak air, ada petani yang membuat sumur, untuk memenuhi kebutuhannya. Yang dekat sungai menarik [air] dengan pompa. Karena air dari sungai itu kecil, karena tidak ada hujan,” katanya.
Sementara perwakilan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Patalan, Sumantri menyampaikan air yang mengaliri lahan pertaniannya mengalami penurunan volume. Hal itu menurutnya menyebabkan penurunan produksi gabah.
Sumantri menuturkan dari 7 ribu meter lahan persawahan yang dimilikinya dapat menghasilkan 9 ton beras per hektar tahun lalu, sementara tahun ini hanya menghasilkan 4-5 ton beras per hektar. Dia pun mengaku masih menanam padi meskipun mengalami penurunan hasil panen.
“Masih padi, ada pengurangan produksi karena airnya kurang. Ya ada panen, tetapi sedikit, sebagian yang kebagian air saja, yang enggak kebagian air ya palawija,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
KPK Tetapkan Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah Jadi Tersangka Pemerasan dan Gratifikasi
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Jadwal Terbaru Kereta Api Prameks Jurusan Jogja-Kutoarjo Minggu 24 November 2024
- Jadwal dan Tarif Tiket Bus Damri Titik Nol Malioboro Jogja ke Pantai Baron Gunungkidul Minggu 24 November 2024
- Catat! Ini Jadwal SIM Keliling Gunungkidul Pekan Terakhir November 2024
- Prakiraan Cuaca BMKG Minggu 24 November 2024: Hujan Ringan hingga Petir
- Jadwal Bus Damri Titik Nol Kilometer Malioboro Jogja ke Pantai Parangtritis Minggu 22 November 2024
Advertisement
Advertisement