Advertisement
Pemkab Kulonprogo Diminta Kawal Masa Tanam Padi, Ini Alasannya

Advertisement
Harianjogja.com, KULONPROGO—Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kulonprogo meminta Pemkab setempat mengawal ketat musim tanam pertama padi pada 2023, karena banyak wilayah yang belum mengolah tanahnya untuk ditanami padi.
Wakil Ketua I DPRD Kulonprogo, Ponimin Budi Hartono mengharapkan petani mentaati pola tanam yang diberlakukan, yakni padi-padi-palawija. Dinas Pertanian dan Pangan juga diminta untuk mengawalnya.
Advertisement
"Saat ini, di Kulonprogo memasuki masa tanam pertama. Untuk itu, kami, petani menaati pola tanam, dan mengolah tanah dan menanam padi tepat waktu. Kami juga minta dinas mengawasi secara ketat pola tanam, sehingga tidak mengganggu ketahanan pangan di Kulon Progo," katanya, Rabu (22/11/2023) seperti dilansir Antara
Ia mengatakan perkumpulan petani pemakai air (P3A) dan gabungan kelompok tani (gapoktan) segera mengkondisikan anggotanya untuk segera mengolah tanah, seperti di Kecamatan/Kapanewon Nanggulan.
Saat ini, lahan pertanian di Kulonprogo ketergantungan pada air hujan, namun lahan pertanian yang mendapat air dari saluran irigasi Kalibawang juga terbatas, sehingga petani harus menggunakan air secara efektif dan efisien, supaya musim tanam segera terwujud.
"Ke depan, petani dapat merealisasikan masa tanam, sehingga hasil produksi padi bisa maksimal dan ketersediaan pangan tetap terjaga," katanya.
BACA JUGA: Debit Air Jadi Pertimbangan Utama, Rencana Tata Tanam di Kulonprogo 2024 Mulai Disusun
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kulonprogo Trenggono mengatakan mundurnya masa tanam yang terjadi di wilayah Kapanewon Kalibawang dan Kapanewon Nanggulan, terjadi akibat mundurnya tanam komoditas palawija pada masa tanam ketiga karena curah hujan yang masih tinggi.
Hal ini menyebabkan saat pengaliran air, petani masih mengharapkan panen komoditas yang diusahakan.
Di samping hal tersebut, akibat musim kering berdampak terhadap kondisi tanah sawah yang terlalu kering, sehingga menyebabkan pembasahan lahan sawah menjadi lebih lama, dan memerlukan air yang lebih banyak dibanding masa tanam pertama pada 2022.
"Lebih utamanya adalah yang disiplinnya petani dalam melaksanakan tata tanam, dan ini menjadi permasalahan yang serius dan harus segera mendapat titik temu agar petani tidak saling menunggu dalam pengerjaan lahan sawahnya," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Antara
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Pembangunan Sekolah Rakyat Ditargetkan Rampung Sebanyak 135 Lokasi pada 2026
Advertisement

Jembatan Kaca Seruni Point Perkuat Daya Tarik Wisata di Kawasan Bromo
Advertisement
Berita Populer
- Pembangunan Jalan Alternatif Sleman-Gunungkidul Segmen B Segera Dimulai, Pagu Rp73 Miliar
- Luncurkan SPPG di Tridadi Sleman, Menko Muhaimin Ungkap Efek Berantai Bagi Masyarakat
- Produk UMKM Kota Jogja Diminati Peserta Munas VII APEKSI 2025
- Investasi di Sektor Utara Gunungkidul Bakal Digenjot
- Polisi Menangkap Tiga Pelaku Penganiayaan Ojol Pengantar Makanan di Pintu Masuk UGM
Advertisement