Lewat Sarasehan Sastra dan Disabilitas, TBY Berkomitmen Wujudkan Ruang Inklusif
Advertisement
JOGJA—Taman Budaya Yogyakarta (TBY) menggelar sarasehan sastra bertajuk Sastra dan Disabilitas di Ruang Seminar TBY, Kamis (7/3/2024).
Kegiatan ini dihadiri oleh peserta disabilitas tuli dan tuna netra. Kepala TBY, Purwiati menuturkan gelaran ini menjadi bentuk komitmen TBY menciptakan ruang inklusif. TBY juga berupaya mewadahi disabilitas untuk dapat berkarya, utamanya dalam bidang sastra.
Advertisement
"Kami berikan ruang untuk teman-teman difabel, untuk bisa sama seperti seniman yang lainnya. Kami menempatkan teman-teman difabel dengan seniman lainnya dalam posisi yang sama," ujar Purwiati di TBY, Kamis.
Dia menambahkan, melalui keberadaan ruang-ruang inklusif semacam ini, disabilitas diharapkan dapat meningkatkan rasa percaya dirinya, sehingga dapat lebih leluasa dalam berkarya, sekaligus memberikan apresiasi kepada karya-karya disabilitas. "Kami berharap teman-teman disabilitas untuk menggunakan ruang-ruang yang ada di TBY," katanya.
Selain dalam bentuk sarasehan, penyediaan ruang bagi disabilitas oleh TBY diwujudkan dalam kegiatan pameran disabilitas. Pameran ini menjadi tempat bagi para disabilitas untuk memamerkan karya mereka. Masyarakat luas juga bisa turut memberikan apresiasi pada karya-karya mereka.
Tak hanya itu, TBY juga memfasilitasi disabilitas untuk mengadakan pertunjukan seni. "Ada gelar seni sepanjang tahun, tapi kali ini dijadikan satu dengan gelar seni yang ada di Pasar Kangen. Sudah kami agendakan agar karya mereka diapresiasi oleh masyarakat. Ketika dilihat dan diapresiasi orang banyak, maka kepercayaan diri mereka bisa terus tumbuh," katanya.
Kegiatan sarasehan ini menghadirkan tiga narasumber, salah satunya Irwan Dwi Kustanto, seorang penulis tunanetra. Menurutnya, sastra menjadi salah satu cara baginya untuk berekspresi. Senang, sedih, merasa ingin curhat, bahkan ketika dia ingin menyampaikan aspirasi kepada pemerintah biasanya dia tuangkan dalam bentuk tulisan buku atau puisi.
Di sisi lain, tak mudah baginya saat pertama kali mencoba berekspresi menggunakan sastra. Puisi, menurutnya, terdiri dari dua hal yakni diksi yang menarik dan makna yang dalam. "Di awal saya hanya sekadar membuat karya yang terdengar indah dan mendapat tepuk tangan. Saya tidak peduli [puisi] bermakna atau tidak, bahkan maknanya dangkal. Namun, saya terus mencoba sampai akhirnya bisa terwujud keduanya," kata Irwan.
Narasumber lainnya, yakni Broto Wijayanto. Alumnus S1 Penyutradaaran ISI Yogyakarta ini telah lama berkecimpung di dunia sastra, seni, dan disabilitas. Pada kesempatan ini Broto turut menampilkan satu puisi yang disampaikan secara langsung oleh dua orang tuli menggunakan bahasa isyarat.
Karya puisi ciptaannya itu diberi judul Aku Juga Anak-Anak Adam dan Hawa. Puisi ini mengandung makna kesetaraan antara disabilitas dan sesama manusia lainnya yang sama-sama lahir dari Adam dan Hawa. "Kira-kira puisi ini berisi disabilitas yang juga anak-anak Adam dan Hawa. Salah satu baitnya berbunyi, apa salah kami lahir di dunia ini, kami juga lahir dari buah cinta, sama sepertimu, kami masih bisa memiliki kemampuan yang sama sepertimu," katanya.
Salah satu peserta sarasehan, Ryan Ardyansyah menuturkan dia merupakan salah satu disabilitas yang punya ketertarikan dalam bidang sastra dan seni. Mengajar bahasa isyarat, belajar puisi pakai bahasa isyarat, dan latihan pantomim menjadi kegiatan yang rutin dilakukannya. Ryan mengaku senang dengan acara sarasehan dan dialog tentang sastra yang ditujukan bagi disabilitas.
Menurutnya, ruang-ruang inklusif semacam ini penting untuk diperbanyak lagi. Disabilitas tuli ini berharap lebih banyak lagi masyarakat yang bersedia mempelajari bahasa isyarat. "Saya berharap semua bisa belajar bahasa isyarat karena orang-orang bisa berkomunikasi dengan teman tuli. Jika tertarik untuk belajar bahasa isyarat, kami siap mengajar untuk semua," katanya menggunakan bahasa isyarat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Profil dan Harta Kekayaan Setyo Budiyanto, Jenderal Polisi yang Jadi Ketua KPK Periode 2024-2029
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Tok! Eks Dirut PT Tarumartani Divonis 8 Tahun Penjara atas Dugaan Korupsi Rp8,7 Miliar
- 500 Kiai dan Nyai Sebut Harda-Danang sebagai Pilihan Tepat untuk Sleman Baru
- Beranda Migran Nilai Pemindahan Penahanan Mary Jane ke Filipina Langkah Maju untuk Keadilan
- Kampanye Akbar di Pilkada Sleman, Paslon Boleh Berikan Hadiah Barang Maksimal Senilai Rp1 Juta
- Kunjungan Presiden Prabowo Subianto ke Inggris Diharap Jadi Pembuka Pengembalian Aset HB II
Advertisement
Advertisement