Advertisement

Upayakan Modernisasi Alat Pertanian, Bantul Masih Minim Mesin Combine Harvester

Stefani Yulindriani Ria S. R
Jum'at, 08 Maret 2024 - 20:07 WIB
Arief Junianto
Upayakan Modernisasi Alat Pertanian, Bantul Masih Minim Mesin Combine Harvester Ilustrasi mesin combine harvester. - Harian Jogja

Advertisement

Harianjogja.com, BANTUL—Pemkab terus berupaya mendorong modernisasi alat pertanian untuk meningkatkan produktivitas pertanian di Bumi Projotamansari. Hanya saja, upaya itu kini sedikit terganjal dengan minimnya combine harvester.

Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih menyampaikan kebutuhan combine harvester memang masih tinggi. Diakuinya, saat ini hanya ada 17 mesin combine harvester di Bantul. "Alat mesin pertanian [mesin pertanian modern, [combine harvester] kita rencanakan akan dimiliki oleh seluruh Gabungan Kelompok Tani [Gapoktan], tetapi tetap bertahap, karena mahal dan jumlah Gapoktan kami ada 75 [kelompok]," katanya di Kelurahan Sriharjo, Imogiri, Jumat (8/3/2024).

Advertisement

Diketahui, combine harvester adalah mesin panen yang dapat memotong, memegang, merontokan dan membersihkan dalam satu waktu.

Dia menyampaikan kendala yang dialami dalam merealisasikan rencana tersebut lantaran harga mesin pertanian modern dinilai cukup mahal. Misalnya, untuk satu unit combine harvester harganya lebih dari Rp500 juta. "Belum nanti [harga] traktor, rice transplanter, kultivator," ujar dia.

Halim mendorong setiap petani mulai menggunakan mesin pertanian modern karena tenaga pertanian saat ini semakin sulit ditemukan. "Mencari buruh tandur, buruh panen itu tidak mudah saat ini. Maka kelangkaan tenaga kerja harus diganti dengan mesin-mesin," katanya.

Menurut Halim, pemanfaatan teknologi dalam pertanian terbukti cukup efisien. Selain itu, menurut Halim, Pemkab Bantul juga terus menerapkan teknologi sistem pertanian tanaman pangan dan hortikultura.  "Di antaranya kami sudah berhasil menerapkan teknologi pertanian pangan hortikultura di lahan pasir seluas 1.200 hektare yang sebelumnya belum pernah ada," katanya. 

Menurutnya pertanian bawang merah, cabai merah di lahan pasir menggunakan elektrifikasi menghasilkan komoditas pangan yang baik. "Dalam pertanian Bantul kita lakukan intensifikasi, [karena] tidak mungkin lagi ekstensifikasi. Kami kunci di 14.000 hektare," katanya. 

Menurutnya Pemkab Bantul berusaha agar apabila ada pengurangan lahan disatu tetap dicari lahan pengganti agar tetap lahan pertanian berada di angka 14 ribu hektare. "Dengan upaya intensifikasi ini yang menggerakkan atau memobilisasi mesin pertanian, menerapkan teknologi, nyatanya produksi kita naik, meski luas lahan menyempit. Karena produksi padi kita per hektar yang dulu hanya 4 ton per hektare, sekarang sudah mencapai 8 ton [per hektare], bahkan ada yang 10 ton [per hektare]. Itu jelas terjadi karena peran teknologi yang masuk sistem pertanian pangan kita, baik tanaman pangan padi maupun hortikultura," katanya.

BACA JUGA: Mesin Pemanen dari Korea Diperkenalkan ke Petani Bantul

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Bantul, Joko Waluyo membenarkan bahwa kebutuhan mesin combine harvester di Bantul masih tinggi. Tahun 2024 ada pengadaan 6 unit mesin combine harvester, sementara tahun lalu hanya ada 11 unit. 

Dia berharap adanya combine harvester dapat mempercepat pekerjaan petani.

Lurah Sriharjo, Titik Istiyawatun menyampaikan di wilayahnya ada lahan pertanian padi di bagian barat, dan lahan pertanian hortikultura di bagian timur.  "Mesin combine harvester ini insyaallah bermanfaat bagi kami, karena tanamannya banyak padi. Disana tiga kali, padi-pari-pantun [padi-padi-padi], tidak ada palawija karena airnya bagus. Sehingga ini [mekanisasi] bagus, sehingga ini bisa mengaktifkan produksi yang dilakukan petani," katanya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Kabar Susunan Kabinet Prabowo, Gerindra: Belum Ada yang Resmi

News
| Minggu, 28 April 2024, 21:37 WIB

Advertisement

alt

Komitmen Bersama Menjaga dan Merawat Warisan Budaya Dunia

Wisata
| Kamis, 25 April 2024, 22:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement