Advertisement
Warga Prambanan Meninggal Dunia Akibat Leptospirosis
Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN—Dinas Kesehatan Sleman mencatat ada satu kasus kematian akibat penyakit leptospirosis. Masyarakat pun diminta mewaspadai potensi penyebaaran penyakit, yang salah satunya disebabkan oleh air kencing tikus ini.
Kepala Dinas Kesehatan Sleman, Cahya Purnama mengatakan, hingga pertengahan Maret ini sudah ada delapan warga yang terjangkit leptospirosis. Dari jumlah tersebut, satu orang warga dinyatakan meninggal dunia.
Advertisement
“Untuk yang suspek ada tiga. Kematian akibat leptospirosis terjadi pada Bulan Februari,” kata Cahya kepada wartawan, Minggu (24/3/2024).
BACA JUGA : Dinkes Jogja: Tumpukan Sampah Bisa Picu Penyakit Leptospirosis
Dia menjelaskan, temuan kasus leptospirosis tersebar di beberapa kapanewon. Sebagai contoh, di Kapanewon Prambanan dan Cangkringan masing-masing dua kasus dan di Kapanewon Moyudan, Gamping, Tempel dan Pakem masing-masing satu kasus. “Kasus kematian terjadi di Kapanewon Prambanan,” katanya.
Cahya mengungkapkan, penyakit leptospirosis masuk kategori zoonosis karena bisa menular ke manusia melalui perantara hewan. Biasanya, penyakit ini disebabkan air kecing tikus yang mengandung bakteri leptospirosa.
Oleh karena itu, ia meminta kepada Masyarakat yang berada di Kawasan pertanian maupun perikanan untuk lebih berhati-hati. Guna mengurangi risiko penyebaran, bisa menggunakan alat pelindung diri seperti sarung tangan, Sepatu booth saat beraktivitas.
“Ini juga masuk penyakit musiman, khususnya saat musim hujan karena acamanan penularan semakin tinggi.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan Sleman, Khamidah Yuliati meminta kepada Masyarakat untuk mewaspadai ancaman penyebaran leptospirosis. Pasalnya, jumlah temuan kasus masih bisa bertambah, terlebih lagi saat musim hujan acaman penularan juga semakin tinggi. “Temuan kasus bisa muncul setiap saat,” katanya.
Yuli menuturkan, di 2023 lalu ada 60 warga Sleman yang dinyatakan positif terjangkit leptospirosis. Dari jumlah ini, enam orang dinyatakan meninggal dunia. “Jadi harus tetap diwaspadai ancaman dari penyakit leptospirosis,” katanya.
Yuli menjelaskan, ancaman penyakit leptospirosis erat kaitannya dengan kebersihan lingkungan. Salah satu penyebab terjadinya penyebaran dikarenakan air kecing tikus yang mengandung bakteri leptospira.
BACA JUGA : Musim Hujan, Kasus Leptospirosis Ditemukan di Jogja, Ini Lokasinya
Oleh karenanya, sambung dia, Masyarakat tetap diminta menjaga kebersihan lingkungan di sekitar rumah. Di sisi lain, kampanye Gerakan Kesehatan di Masyarakat (Germas) juga akan terus digalakkan.
“Pola hidup bersih dan sehat merupakan hal yang wajib dijalankan. Makan minum yang bergizi seimbang agar imunitas tubuh baik sehingga tidak mudah tereserang penyakit,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Program Makan Siang Gratis Diharapkan Tidak Semua Dibiayai APBN
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Kemenag Jogja Berangkatkan 393 Calon Jamaah Haji, Usia Tertua 89 Tahun Termuda 20 Tahun
- Cuaca Jogja Panas Terik, Dinkes Ingatkan Masyarakat Antisipasi Heat Stroke
- Long Weekend, Saatnya Liburan! Ini Dia Rekomendasi Tempat-Tempat Wisata Seru di Jogja
- Liburan Usai, Berikut Jadwal KRL Jogja Solo Per Senin 13 Mei 2024, dari Stasiun Tugu
- Jadwal KRL Solo Jogja Awal Pekan Ini 13 Mei 2024, Berangkat dari Stasiun Palur
Advertisement
Advertisement