Advertisement

Makna Tradisi Syawalan, Ini Penjelasan Para Tokoh Lintas Agama

Sunartono
Rabu, 17 April 2024 - 13:47 WIB
Sunartono
Makna Tradisi Syawalan, Ini Penjelasan Para Tokoh Lintas Agama Foto ilustrasi tradisi syawalan bersalam-salaman di Hari Raya Idulfitri. - Istimewa.

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Guru Besar Sosiologi Agama UIN Sunan Kalijaga Jogja Profesor Al Makin menyatakan istilah halal bihalal atau syawalan merupakan tradisi nusantara yang layak untuk dilestarikan sebagai salah satu media silaturahmi lintas agama.

Menurutnya halal bihalal atau syawalan merupakan sejenis penemuan, bid'ah, inovasi atau heretik tradisi asli Indonesia. Berbeda dengan Timur Tengah, pesta justru lebih digelar saat Idul adha dengan menyembelih hewan kurban dan saat Idulfitri tidak ada pesta.

Advertisement

"Sementara di Nusantara ada bid’ah yang menyenangkan, Idulfitri dengan syawalan atau halal bihalal. Bid’ah ini semacam heresy, heretik. Sesuatu yang tidak ada di kitab suci, sola scriptura. Tidak ada dalam ibadah liturgi. Tetapi kita adakan," kata Makin saat pelaksanaan tradisi syawalan yang dihadiri tokoh lintas agama sebagaimana rilis UIN Sunan Kalijaga, Rabu (17/4/2024).

BACA JUGA : Laku Keras untuk Syawalan, Harga Bawang di Sleman Melambung hingga Rp65 Ribu per Kg

Pria yang menjabat Rektor UIN Sunan Kalijaga ini mengatakan ada kekhasan tradisi minta maaf lahir batin pada momen Idulfitri di nusantara, hingga terlahir istilah minta maaf lahir batin dalam barbagai bahasa daerah. Dalam bahasa Sunda dengan istilah wilujeng wengi kasadayana dina Idulfitri atau Anjeunna sareng kalaur sareng wilujeng deui ngaranna.

"Dalam bahasa Batak dengan istilah Asa lam denggan ngolu madongan pasu-pasu Na. Ni natahon ma maaf lahir batin tu hita sudena. Lalu bahasa Bugis ada istilah Warangparang kaminang makessing iyanaritu assabarakeng. Pakkasuiyyang paling matane’e ri jama iyanaritu millaudampeng dan bahasa-bahasa lainnya," ujarnya.

Profesor Al Makin menambahkan meminta maaf menunjukkan kekuatan, bukan kelamahan karena meminta maaf butuh keberanian. Adapun memaafkan adalah tanda kebahagiaan. Orang yang kuat adalah yang minta maaf, orang bahagia adalah yang memaafkan.

Rektor Universitas Sanata Dharma (USD) Jogja Romo Albertus Bagus Laksana dalam kesempatan itu mengatakan halal bihalal lintas iman dapat mensyukuri kebersamaan, saling menghormati, sehingga dapat menata hati untuk care pada sesama.

"Menerima orang lain dengan lapang adalah cara untuk mendapatkan nikmat kebersamaan dan perdamaian. Seperti yang dilakukan UIN Sunan Kalijaga kali ini," ucapnya.

BACA JUGA : Tak Cuma Okupansi Hotel, Fasilitas MICE untuk Syawalan dan Reuni di Jogja pun Sepi

Tokoh Budha Sulaiman menyampaikan halal bihalal merupakan refleksi untuk mendapatkan pencerahan memerlukan kesabaran. Semakin orang tidak sabar untuk mendapatkan pencerahan, maka akan semakin lama orang mendapatkan pencerahan.

"Muslim berpuasa ramadan dengan kesabaran-itulah pencerahan yang didapat umat Muslim. Kami bersyukur dapat menghadiri hari kemenangan umat Muslim di kampus UIN Sunan Kalijaga. Tak ada kebahagiaan tertinggi yang sebanding dengan kedamaian dalam kebersamaan kali ini," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Bos Microsoft Satya Nadella Kunjungi Indonesia Bawa Investasi Rp28 Triliun, Ini Peruntukannya

News
| Selasa, 30 April 2024, 13:47 WIB

Advertisement

alt

Komitmen Bersama Menjaga dan Merawat Warisan Budaya Dunia

Wisata
| Kamis, 25 April 2024, 22:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement