Waspada! Kasus DBD di Gunungkidul Melonjak Hampir 4 Kali Lipat
Advertisement
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Gunungkidul menyampaikan bahwa kasus demam berdarah dengue (DBD) per Rabu (29/5/2024) mencapai 803 kasus.
Padahal, dari awal tahun hingga pertengahan Mei lalu, jumlah kasus masih 666 kasus. Hanya dalam rentang sekitar 15 hari saja, pertambahan kasus mencapai 137 kasus. Kasus DBD paling banyak di Kapanewon Wonosari dan Paliyan. Jumlah kematian juga bertambah menjadi empat orang.
Advertisement
BACA JUGA: Waspada! Tren Kasus DBD di Sleman Meningkat
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Gunungkidul, Sidig Hery Sukoco mengatakan kasus kematian terbaru akibat DBD menimpa bocah 6 tahun asal Kalurahan Kalitekuk, Kapanewon Semin.
Menurut dia, bocah tersebut sempat dirawat di Rumah Sakit (RS) Panti Rahayu sebelum dirujuk ke Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Sardjito Jogja. Di RSUP itu juga, bocah itu meninggal pada Jumat (17/5/2024).
Empat hari sebelum itu, seorang anak perempuan 15 tahun juga meninggal karena kasus yang sama di RS Swasta Jogja. Dia meninggal ketika masuk dalam fase dengue shock syndrome (DSS).
Dengan satu adanya kasus kematian di Kalurahan Kalitekuk, maka total ada empat kasus kematian akibat infeksi virus dengue melalui perantara nyamuk Aedes aegypti. Rincian kasus DBD tersebut yaitu dari awal tahun hingga Rabu (29/5/2024) mencapai 803 kasus.
Angka tersebut melonjak hampir empat kali lipat dibandingkan total kasus DBD sepanjang 2023 yang hanya menyentuh angka 260 kasus dengan satu kematian.
Jika melihat angka kasus dua bulan pertama 2024, maka ada total 220 kasus dengan dua dua kematian. Dua kematian tersebut adalah anak berumur 5 tahun dan 10 tahun. Sedangkan, dari Maret – 29 Mei, ada 583 kasus dengan dua kematian.
Adapun, total kasus DBD pada 2022 ada 457 kasus dengan tiga kematian dan pada 2021 ada 189 kasus dengan tiga kematian.
Ketika ditemui di Kompleks Pemkab Gunungkidul, Kepala Dinkes Gunungkidul, Ismono mengatakan pihaknya selesai membahas anggaran tambahan untuk melakukan fogging focus dengan tim anggaran Pemkab.
“Kalau disetujui, anggaran itu mudah-mudahan dapat kami pakai untuk penanganan DBD,” kata Ismono ditemui, Senin (27/5/2024).
Ismono menambahkan penambahan anggaran telah memperhitungkan upaya survailance kasus, upaya pengendalian vektor dan vektor pembawa penyakit termasuk di dalamnya pengadaan insektisida dan larvasida, lalu fogging fokus.
Disinggung perihal kemungkinan penetapan status kejadian luar biasa (KLB), Ismono mengatakan tidak ada penetapan. Pasalnya, menurut dia kasus DBD selalu ada setiap tahunnya. Selain itu, Gunungkidul adalah daerah endemis DBD.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Berani ke Italia, Benjamin Netanyahu dan Yoav Gallant Bisa Ditangkap
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Rutin Melakukan CSR, Kali Ini The Phoenix Hotel, Grand Mercure dan Ibis Yogyakarta Adisucipto Mengunjungi PAUD Stroberi
- Kronologi Truk Box Tabrak Motor di Jalan Turi-Tempel yang Tewaskan Satu Orang
- Stok Darah dan Jadwal Donor Darah di Wilayah DIY Hari Ini, Kamis 21 November 2024
- Pilkada Bantul: TPS Rawan Gangguan Saat Pemungutan Suara Mulai Dipetakan
- BPBD Bantul Sebut 2.000 KK Tinggal di Kawasan Rawan Bencana Longsor
Advertisement
Advertisement