Advertisement
Keluhkan Bau Tak Sedap, Warga Sekitar TPS3R Nitikan: Tak Sesuai dengan yang Dijanjikan
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Warga Nitikan, Kemantren Umbulharjo, Jogja mengeluhkan dampak beroperasinya dua TPS3R di wilayah tersebut. Mereka mengeluhkan bau yang tidak sedap. Hal ini ternyata tidak sama seperti yang disosialisasikan pemerintah sebelum pembangunan.
Salah satu warga Kranon, Nitikan, Lukman Hasan, menjelaskan Lokasi TPS3R yang sudah mulai beroperasi pada pertengahan Mei lalu tersebut berada di lingkungan padat penduduk. “Efeknya bau sampai di warga sekitar. Bahkan di sini ada ibu-ibu yang punya sakit jantung sampai sesak nafasnya,” ujarnya, Selasa (4/6/2024).
Advertisement
Dia juga mengeluhkan akibat TPS3R tersebut, anaknya yang masih balita tidak bisa leluasa bermain di depan rumah. “Biasanya buka pintu, main di luar, sekarang setiap hari tutupan terus. Bahkan malam pun baunya sangat menyengat,” katanya.
Dari pihak Pemkot Jogja menurutnya tidak pernah melakukan survei terhadap warga terkait dampak keberadaan TPS3R tersebut. “Sampai tempat ini beroperasi tidak ada pejabat pemerintah yang survey ke warga sekitar, sehingga warga yang kena dampak bingung mau bagaimana,” ungkapnya.
Sebelum pembangunan, dia mengakui memang sudah ada sosialisasi dari Pemkot Jogja kepada warga. Namun realisasi operasional TPS3R tersebut ternyata tidak sama dengan yang disosialisasikan.
Contohnya, saat sosialisasi, dari Pemkot Jogja menjamin tidak menimbulkan bau. “Pada saat sosialisasi sebelum pembangunan, perjanjuannya hanya untuk sampah kering. Ternyata sekarang digunakan untuk sampah perumahan dan basah. Terus dulu katanya jsampah disemprot biar tidak bau, tetapi nyatanya baunya enggak karuan,” ujar dia.
Warga lainnya, Ranny Aditya, rumahnya berjarak sekitar 100 meter dari TPS3R Nitikan. Ia juga mengeluhkan hal yang sama yakni bau sampah siang dan malam hari. Bau tersebut baru muncul setelah pelaksanaan desentralisasi pengelolaan sampah.
“Di sini kawasan padat penduduk, banyak anak-anak, di lingkungan sekitar banyak sekolah, banyak kos dan kontrakan mahasiswa. Anak-anak belajarnya jadi terganggu, tidak nyaman dengan baunya. Bagaimana efek kesehatan yang ditimbulkan kemudian hari, apakah ada yang bertanggung jawab?” ujarnya.
Dia pribadi mendukung adanya pengelolaan sampah yang baik. Namun ia berharap Pemkot Jogja bisa memberikan solusi perihal dampak lingkungan yang ditimbulkan. “Mohon DLH [Dinas Lingkungan Hidup] dapat mengkaji ulang efek AMDAL-nya, terutama memberikan solusi pada masalah bau yang ditimbulkan,” katanya.
Menanggapi hal ini, Kepala DLH Kota Jogja, Sugeng Darmanto, mengatakan apa yang dikeluhkan warga menjadi masukan untuk selanjutnya diperbaiki. “Itu menjadi masukan untuk perbaikan-perbaikan ke depan,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
- Warisan Budaya Kabupaten Blora Jadi Kekayaan Intelektual Komunal, Ini Daftarnya
- Angkat Seni dan Budaya, Festival Candi Kembar Klaten Dimeriahkan Kirab Gunungan
- Diduga Korsleting, Mobil Sarat Penumpang Hangus Terbakar di Tol Boyolali
- Seru Banget! Bupati Blora Arief Rohman Menari Tayub Bareng 3.000 Penari
Berita Pilihan
Advertisement
Harga Avtur di Indonesia Tertinggi se Asean, Bos AirAsia: 28 Persen Lebih Mahal dari Malaysia
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Peringatan Gempa Megatrust Tidak Berdampak ke Bantul
- Keluyuran Bawa Pistol Mainan, Tiga Remaja Asal Sleman Ditangkap di Bantul
- Polres Bantul Ajak Warga Berantas Peredaran dan Penyalahgunaan Narkoba
- Sleman Belum Punya Warisan Budaya di Bidang Kuliner
- Buka Acara Puncak Lomba Batik Sawit Nasional 2024, PJ Wali Kota Yogyakarta: Batik Sawit Luar Biasa dan Siap Mendunia
Advertisement
Advertisement