Advertisement

Bedah Buku "Membaca Identitas" Magister Psikologi: Reinterpretasi dan Rekonstruksi Makna Identitas

Media Digital
Rabu, 05 Juni 2024 - 10:07 WIB
Ujang Hasanudin
Bedah Buku Acara Buku Membaca Identitas, Multirealitas, dan Reinterpretasi Identitas. Sebuah Tinjauan Filsafat dan Psikologi,Jumat, 31 Mei 2024 - Ist

Advertisement

JOGJA- Program Studi Magister Psikologi Universitas Sanata Dharma menyelenggarakan Bedah Buku “Membaca Identitas, Multirealitas, dan Reinterpretasi Identitas. Sebuah Tinjauan Filsafat dan Psikologi”, Jumat, 31 Mei 2024. Acara ini dihadiri oleh 61 peserta dari berbagai kalangan mulai dari mahasiswa, dosen dan partisipan umum yang antusias untuk memahami konsep identitas secara lebih mendalam dalam konteks dinamika sosial dan politik.

Bertempat di Ruang Drost (Lt. 4) Kampus III Universitas Sanata Dharma, acara dimulai pada pukul 15.00 WIB dan berjalan hingga pukul 17.30 WIB. Acara ini dibuka dengan sambutan dari Dr. YB Cahya Widiyanto, M.Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi USD dan Rm. Albertus Bagus Laksana, S.J., Ph.D selaku Rektor USD.

Advertisement

Dr. Edy Suhardono dan Audifax, S.Psi, kedua penulis buku “Membaca Identitas, Multirealitas, dan Reinterpretasi Identitas. Sebuah Tinjauan Filsafat dan Psikologi”, hadir memberikan paparan mendalam mengenai teori-teori yang melandasi buku ini, seperti psikoanalisis, post-strukturalisme dan realisme spekulatif untuk melihat problem-problem identitas baik mikro maupun makro. Mereka berhasil menyampaikan ide-ide kompleks dengan cara yang menarik dan mudah dipahami oleh semua peserta.

"Budaya berlaku seperti cermin. Ketika kita masuk ke dalam budaya, maka akan ada cermin-cermin yang memanggil kita dan mengatakan bahwa ‘itulah kamu’, yang dapat berupa agama, status sosial, gender, dan sebagainya, yang kemudian muncul sebagai identitas. Cermin hanya memenuhi hasrat kita saja, sama seperti identitas. Namun itu semua tidak nyata. Melalui buku ini, tersedia kesempatan bagi ilmu psikologi untuk melakukan eksplorasi” ungkap Audifax.

Sementara menurut Dr Edy Suhardono, perlu ada kajian lebih lanjut tentang hubungan antara identitas dan kesejahteraan psikologis.

BACA JUGA: 786 Mahasiswa USD Diwisuda, Lulusan Siap Berlaga Menghadapi Tantangan Zaman

BACA JUGA: Universitas Sanata Dharma Jogja Tegaskan Tak Jalin Kerja Sama Terkait Ferienjob

“Mainstream Psikologi yang kuantitatif telah mengabaikan aspek-aspek kualitatif dari identitas manusia yang terjadi di dalam unified science . Pendekatan psikologi yang lebih berfokus pada pengukuran intelektual dan kategorisasi kepribadian tak jarang mengabaikan aspek kesejahteraan psikologis. Perlu ada kajian lebih lanjut tentang hubungan antara identitas dan kesejahteraan psikologis, untuk menguak bagaimana identitas yang sehat dapat memberikan kontribusi pada kehidupan yang bermakna dan produktif,” tegasnya.

Proses bedah buku dipimpin oleh A. Harimurti, S. Psi., M.Hum selaku moderator. Diskusi buku ini menjadi semakin hidup dengan hadirnya empat penanggap yang berkompeten di bidangnya, yaitu Prof. Dr. Faturochman, M.A., Luluk D. Handayani, S.Psi., Dr. Tjipto Susana, dan Lestari Wulandari, S.Psi. Para penanggap memberikan kritik konstruktif, refleksi serta pandangan tambahan yang memperkaya pemahaman peserta terhadap berbagai aspek yang dibahas dalam buku "Membaca Identitas".

Selain untuk memperkenalkan Prodi Magister Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, melalui acara bedah buku ini, diharapkan dapat memberi pemahaman baru tentang konsep identitas dan mendorong eksplorasi dalam identitas manusia yang kompleks dengan menggabungkan berbagai disiplin dari filsafat eksistensialis, teori-teori kritis, sampai analisis sosio-kultural sehingga para pembaca dan partisipan selalu terbuka pada potensi rekonstruksi identitas manusia yang tidak pernah berhenti untuk berproses.

Salah satu momen penting dalam acara ini adalah sesi tanya jawab, dimana peserta aktif bertanya dan berdiskusi dengan para penulis serta penanggap. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan antara lain tentang krisis identitas yang dialami oleh seseorang yang sudah dilabel mempunyai gangguan mental, apa implikasi ketika identitas tercerabut, dan apa mungkin identitas tersebut kembali. Kedua penulis memberi jawaban secara jelas dan mendalam disertai dengan contoh-contoh faktual atas pertanyaan-pertanyaan tersebut. Interaksi ini tidak hanya memperdalam pemahaman mengenai materi yang dibahas tetapi juga menciptakan suasana akademis yang dinamis dan inklusif. (***)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Kunker di Dua Perusahaan, Pj Gubernur Jateng Cek Kondisi Ketenagakerjaan dan Perkembangan Usaha

News
| Kamis, 04 Juli 2024, 09:07 WIB

Advertisement

alt

Harga Tiket Masuk Museum Benteng Vredeburg dan Jam Buka

Wisata
| Sabtu, 29 Juni 2024, 16:37 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement