Advertisement

Dinilai Ilegal dan Ancam Sumber Air, Penambangan di Sumberan Ngawen Ditolak Warga

Andreas Yuda Pramono
Senin, 24 Juni 2024 - 21:07 WIB
Arief Junianto
Dinilai Ilegal dan Ancam Sumber Air, Penambangan di Sumberan Ngawen Ditolak Warga Ilustrasi penambangan batu. - JIBI/Solopos

Advertisement

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Warga Padukuhan Sumberan, Kalurahan Tancep, Ngawen, Gunungkidul menolak aktivitas penambangan yang diduga ilegal oleh salah satu PT.

Aktivitas ini dikhawatirkan dapat menghilangkan sumber air di sana. Padahal, padukuhan itu menjadi lokasi rawan kekeringan dan menjadi langganan dropping air.

Advertisement

Salah satu penduduk yang juga mewakili warga Sumberan, Antok mengatakan daerahnya memang setiap tahun kesulitan air. Air ini bukan hanya semata untuk konsumsi namun juga pengairan lahan pertanian. “Dulu, lahan bisa dipakai untuk palawija, sekarang tidak bisa. Lahannya rusak. Tinggal batuan padas saja,” kata Antok ditemui di Balai Kalurahan Tancep, Senin (24/6/2024).

Aktivitas penambangan mulai sejak Senin (13/5/2024). Tanah yang ditambang direncanakan untuk urug tol Jogja-Solo. Namun, penelusuran Antok dan warga lain justru menunjukkan tanah tersebut dijual untuk umum.

Tanah itu berstatus sertifikat hak milik (SHM). Ada tiga warga yang memiliki. Menurut Antok, warga pemilik tanah akan mendapat Rp10.000 per rit. “Dua hari yang lalu, pohon-pohon sudah ditebang juga. Kami dari warga masih berusaha menolak itu,” katanya.

Antok bersama warga Padukuhan Sumberan lain juga telah melapor aktivitas penambangan tersebut kepada Lurah Tancep dan Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan, dan Energi Sumber Daya Mineral (DPUP-ESDM) DIY.

Lurah Tancep, Yudianto mengaku baru mengetahui ada aktivitas penambangan setelah 21 warga Padukuhan Sumberan mendatangi kalurahan pada Kamis (16/5/2024). Mereka menolak aktivitas penambangan.

Sehari setelahnya, Pemerintah Kalurahan (Pemkal) Tancep bersama Bhabinkamtibmas memberikan imbauan kepada penambang agar penambang melengkapi dokumen persyaratan penambangan.

Sepekan setelahnya, penambang mengumpulkan warga dan pihak terkait. Dalam pertemuan itu, warga sepakak menolak aktivitas penambangan. Pekan lalu, Juni, aktivitas tambang ternyata masih berlangsung. “Menurut PT, ketika mereka menggelar pertemuan di Padukuhan Sumberan bersama warga, mereka telah memiliki izin. Tapi kami tidak diberi dokumen izin itu juga,” kata Yudianto.

Pemkal pun tidak berwenang untuk memberi izin aktivitas penambangan. Sebab itu, Yudianto juga berkoordinasi dengan DPUP-ESDM DIY.

BACA JUGA: Jaringan Gusdurian Tolak Izin Tambang untuk Ormas Keagamaan

Kepala DPUP-ESDM DIY, Anna Rina Herbranti mengaku bahwa aktivitas penambangan yang dilakukan oleh PT. KLA memang tidak memiliki dokumen lingkungan hidup. Jawatannya pun telah mengirim surat ke PT tersebut.

Dalam surat bernomor 500.10.2.3/20 tertanggal 7 Juni 2024, Anna meminta PT. KLA untuk menghentikan kegiatan penambangan sebelum kelengkapan izin dipenuhi. Pelanggaraan terhadap surat imbauan itu berakibat pemberian sanksi.

Dalam surat diterangkan bahwa luas lahan yang menjadi area pertambangan sekitar 8,7 hektare (ha) dengan komoditas tanah urug. Meski tidak ada dokumen lingkungan, namun PT itu telah memiliki surat penambangan batuan (SIPB).

“Benar itu belum ada dokling [dokumen lingkungan]. Tahu-tahu kok sudah ada penambangan. Dulu sempat berhenti setelah kena teguran. Penindakan jadi kewenangan APH [aparat penegak hukum], karena itu ilegal. Kami kan dari sisi pengawasan,” kata Anna.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Kemiskinan di Jateng Turun 0,30 Persen, Pj Gubernur Jateng Minta Semua Pihak Tetap Bekerja Keras

News
| Senin, 01 Juli 2024, 23:37 WIB

Advertisement

alt

Harga Tiket Masuk Museum Benteng Vredeburg dan Jam Buka

Wisata
| Sabtu, 29 Juni 2024, 16:37 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement