Advertisement
Begini Cara Kemen PUPR Sulap Kawasan Kumuh Mrican Sleman Jadi Sehat dan Layak Huni
Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN—Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mengubah kawasan kumuh di Mrican, Sleman, menjadi permukiman sehat, aman, dan layak huni.
Direktur Jenderal Cipta Karya Kementerian PUPR Diana Kusumastuti mengatakan bahwa permasalahan aspek lingkungan seperti ketidakteraturan bangunan, sistem drainase yang tidak baik, sanitasi yang tidak memadai, rentan terhadap kebakaran hingga risiko banjir. "Hal ini membuat kami mempunyai tugas untuk berkolaborasi penuntasan kumuh,” ujar Diana, Selasa (2/7/2024).
Advertisement
Penanganan permukiman kumuh di Indonesia merupakan mandat dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 serta Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2020 mengenai Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) 2020-2024. Salah satu target utama dari Visium Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) 2030 adalah menyelesaikan target 10.000 hektare permukiman kumuh.
Kawasan Mrican, Caturtunggal, Depok, Sleman menjadi salah satu prioritas penanganan kumuh oleh Kementerian PUPR. Direktorat Jenderal Cipta Karya pada 2023 melakukan penanganan kumuh seluas 21,16 hektare di Mrican yang awalnya merupakan deretan permukiman padat dengan gang sempit di tepi Sungai Gajahwong.
Kementerian PUPR melalui Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman dan Balai Prasarana Permukiman Wilayah (BPPW) DIY, berhasil mengubah wajah kumuh Mrican menjadi permukiman yang sehat, aman, dan layak huni melalui Program Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Kawasan Mrican Sleman dengan anggaran sebesar Rp29,29 miliar.
Kolaborasi dilakukan bersama Pemerintah Kabupaten Sleman melalui penataan bangunan menjadi lebih teratur, sementara Kementerian PUPR meningkatkan infrastruktur dengan membangun talud sungai, jalan inspeksi dan lingkungan, drainase dan jembatan.
Ada juga Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Komunal, Tempat Pengolahan Sampah dengan Konsep 3R atau Reduce, Reuse, Recycle (TPS3R), proteksi kebakaran, street furniture, urban farming, micro library, pos pantau banjir, dan ruang terbuka publik.
Direktur Pengembangan Kawasan Permukiman Direktorat Jenderal Cipta Karya Wahyu Kusumosusanto mengatakan salah satu nilai baik dari penataan ini yaitu prinsip 3M (Mundur, Munggah, Madhep Kali) yang menjadikan bangunan di bantaran sungai menghadap ke sungai (waterfront), dan mengedepankan pendekatan tradisional kontemporer, yang menggabungkan elemen-elemen modern dengan sentuhan kearifan lokal.
Harapannya, perubahan ini tidak hanya meningkatkan kualitas hidup masyarakat Mrican, tetapi juga menjadi inspirasi dan model bagi daerah-daerah lain dalam upaya revitalisasi permukiman kumuh di seluruh Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Antara
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Buntut PDNS 2 Dibobol Hacker, Dirjen Aptika Kominfo Mengundurkan Diri
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Sampah Olahan Kompos dari DLH Kota Jogja di Lahan Pasir Sanden Bantul Akan Diuruk
- Diberi Kuota 28 Ribu Liter Solar Per Bulan, Nelayan Sadeng Hanya Menghabiskan 7 Ribu Liter
- Pengakuan Pelaku Pelecehan Seksual, Beraksi di Tridadi Sleman Karena Frustasi
- Antisipasi Judi Online, Lanal Jogja Periksa Ponsel Prajurit TNI dan ASN
- 1,5 Juta Wisatawan ke Gunungkidul di Semester 1 2024, Pendapatan Capai Rp16,9 Miliar
Advertisement
Advertisement