Advertisement
BPKSF Mulai Rancang Program Pemberdayaan di Kawasan Sumbu Filosofi

Advertisement
JOGJA—Balai Pengelola Kawasan Sumbu Filosofi (BPKSF) Jogja tengah merancang program pemberdayaan di kawasan Sumbu Filosofi yang berbasis pada tiga poin utama yakni sufi (Sumbu Filosofi) kendali, budaya dan ekonomi. Masyarakat yang berada di kawasan inti, penyangga dan pengembangan nantinya akan dilibatkan dalam program itu.
Sebagai langkah awal penyusunan program BPKSF pun menggelar sarasehan selama empat hari yang nantinya diakhiri dengan workshop selama dua hari untuk mempertajam hasil sarasehan. Sebanyak 40 peserta dihadirkan untuk berpartisipasi yang terdiri dari perwakilan karang taruna dan LPMK di kawasan Sumbu Filosofi.
Advertisement
Kepala BPKSF Jogja Hendro Suprantoro menyatakan penetapan Sumbu Filosofi sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO tentu harus dijadikan momentum oleh masyarakat dan pemerintah terkait dengan kelanjutan pelestarian, pengembangkan dan pemanfaatannya. "Maka sarasehan ini kami gelar untuk mencoba memulai bagaimana unsur masyarakat berperan langsung," katanya, Kamis (4/7/2024).
Dalam sarasehan itu, masyarakat dibekali soal apa itu Sumbu Filosofi, bagaimana sejarah dan seluk beluknya serta bagaimana merancang program pemberdayaan untuk pemanfaatannya.
Dalam program kerja itu nantinya masyarakat sekitar Sumbu Filosofi akan dilibatkan sebagai ujung tombak yang mengambil peran secara langsung. "Masyarakat tidak boleh diabaikan dan mereka harus jadi aktor dalam pelestarian, pemanfaatan dan pengembangan Sumbu Filosofi," ucap dia.
Menurut Hendro, tiga poin yang akan dijadikan acuan dalam program kerja pemanfaatan Sumbu Filosofi sudah disesuaikan dengan karakteristik masyarakat sekitar. Sufi kendali berbicara soal melestarikan dan menjaga supaya atribut yang ada tetap lestari sesuai dengan fungsi dan maknanya.
Sufi budaya fokus agar masyarakat bisa mengembangkan potensi budaya tidak hanya yang berwujud tak benda tapi juga berwujud benda untuk menjadi modal bersama dalam membentuk masyarakat dan terutama kemudian dimanfaatkan lebih luas. Sementara sufi ekonomi masyarakat bisa memanfaatkan warisan budaya dunia itu untuk kesejahteraan mereka.
BACA JUGA: Sumbu Filosofi Jadi Warisan Budaya Dunia, Apa Manfaatnya bagi Rakyat?
Tim Ahli Cagar Budaya DIY Yuwono Sri Suwito yang hadir sebagai narasumber dalam sarasehan hari pertama menjelaskan soal konsep dan filosofi Kraton Yogyakarta yang menjadi bagian dari Sumbu Filosofi Jogja.
Menurutnya, Krraton Yogyakarta terletak di tanah datar yang diapit oleh enam sungai simetris yakni Code, Gajahwong, Opak, Winongo, Bedhog dan Progo. "Sebelah utaranya terletak Gunung Merapi dan Samudra Hindia di sisi selatan. Posisi dan kedudukan yang demikian menunjukkan bahwa Kraton Yogyakarta berada pada daerah yang disucikan," katanya.
Sementara arkeolog UGM, Jujun Kurniawan yang juga menjadi narasumber dalam sarasehan tersebut menjelaskan soal atribut Sumbu Filosofi. Dia menyebutkan ada beberapa atribut penting di kawasan tersebut yakni konsep kosmologi yang menyatakan soal hubungan antara alam dan manusia yang saling terkait.
Kemudian juga tentang bentuk tata ruang Keraton Yogyakarta dan Kota Jogja dengan inti berupa jalan lurus Tugu-Kraton-Panggung Krapyak serta toponimi. "Pusat peradaban bangsa yang terbentuk melalui suatu proses evolusi budaya dalam jangka waktu cukup panjang," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Penerima Bansos Terlibat Judol, Wakil Ketua MPR: Layak Diganti
Advertisement
Tren Baru Libur Sekolah ke Jogja Mengarah ke Quality Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Sempat Tertahan di Taiwan, Jasad PMI Asal Paliyan Akhirnya Bisa Dipulangkan ke Gunungkidul
- TPS3R Potorono Resmi Beroperasi, Bupati Bantul: Kita Harus Selesaikan Masalah Sampah!
- Ratusan Ribu Penerima Bansos Terindikasi Terlibat Judi Online, Ini Komentar Sosiolog UGM
- Udara di DIY Bikin Menggigil, Angin Monsun Jadi Penyebabnya
- 23 Kambing Mati di Turi Sleman Akibat Keracunan Pakan
Advertisement
Advertisement