Advertisement
BPKSF Mengajak Masyarakat di Seputaran Sumbu Filosofi Munculkan Program Pengendalian

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Balai Pengelola Kawasan Sumbu Filosofi (BPKSF) terus menyosialisasikan pentingnya upaya pelestarian dan pengembangan kawasan Sumbu Filosofi yang telah ditetapkan sebagai warisan budaya dunia beberapa waktu lalu.
Sosialisasi dengan tema SI sufi kendali diberikan kepada pengurus LPMK di sekitar kawasan Sumbu Filosofi berikut anggota Karang Taruna, Kamis (11/7/2024) di Museum Sonobudoyo. Mereka diajak lantaran sebagai ujung tombak dan berdekatan langsung dengan kawasan tersebut.
Advertisement
Kepala BPKSF Aryanto Hendro Suprantoro mengatakan, dalam tema SI sufi kendali pihaknya menghadirkan beberapa narasumber untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang pentingnya memunculkan program pelestarian dan pengembangan Sumbu Filosofi. "Maka masyarakat kami harapkan untuk turut serta menjaga kelestariannya baik properti maupun nilai-nilainya," kata Hendro.
Menurut Hendro ada beberapa hal yang bisa dilakukan masyarakat untuk menjaga kelestarian warisan budaya dunia itu. Misalnya menjaga kondisi lingkungan di seputaran Sumbu Filosofi berikut kebersihannya serta mengantisipasinya dari aksi vandalisme.
"Programnya tidak dalam bentuk proyek tapi lebih ke berkelanjutan yang terus menerus sehingga kemudian harapannya bisa menginternalisasikan nilai-nilai Sumbu Filosofi itu sendiri," jelasnya.
Abdi dalem Keraton Yogyakarta KRT Kintoko Sri Soedarmo yang menjadi narasumber mengatakan, ada banyak nilai dan filosofi yang terkandung dalam Sumbu Filosofi yang bisa dilestarikan dan dijaga masyarakat luas. Misalnya saja sawiji yang bermakna konsentrasi harus diarahkan ke tujuan yang satu, greget atau semangat harus diarahkan ke tujuan, sengguh atau percaya penuh pada kemampuan dan ora mingkuh atau tidak akan mundur setapakpun.
Narasumber lainnya, M Panji Kusumah menjelaskan, pada tema SI sufi kendali masyarakat diajak untuk menumbuhkan peran serta terhadap upaya pelestarian warisan dunia Sumbu Filosofi. Hal itu dapat terjadi bilamana dilakukan penguatan rasa handarbeni, rasa memiliki terhadap sejatining sumbu filosofi. Oleh karena itu, pengaturan dan pengendalian kawasan sumbu flosofi sebagai kawasan warisan dunia akan menjadi lebih efektif bila semua komponen masyarakat semakin berdaya.
Pemberdayaan, kata dia dapat dilandasi dengan pijakan berbagai metode penyadartahuan, yaitu pola edukasi yang idealnya dilakukan sejak usia dini dan tidak hanya menguatkan sisi pengetahuan (kognisi), tapi juga di ranah rasa atau kepedulian (afeksi), sehingga akan berdampak pada pembiasaan perilaku atau tindakan nyata (psiko motorik).
"Dengan demikian, kegiatan apapun yang akan dilakukan selalu mempertimbangkan dampak positif dan negatif yang akan dihasilkan," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Sidang Kasus Perundungan Dokter Aulia Risma, Dekan FK Undip Tak Ada Iuran di PPDS
Advertisement

Begini Cara Masuk Gratis ke Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko Khusus Bulan Juli 2025
Advertisement
Berita Populer
- Prestasi ORI DIY, Selesaikan 177 Laporan Selama Semester I 2025, Paling Banyak Soal Isu Pendidikan
- Libur Sekolah, Museum Sandi Ramai Dikunjungi Wisatawan Keluarga
- Leptospirosis di Jogja Meningkat Signifikan, Ada 18 Kasus dengan Lima Kematian
- Asrama Sekolah Rakyat BBPPKS Purwomartani Sleman Siap Ditempati, Begini Fasilitasnya
- Jadwal KRL Jogja Solo Terbaru, Naik dari Stasiun Tugu Turun di Palur, Rabu (9/7/2025)
Advertisement
Advertisement