Advertisement

Festival Ketoprak, Ajang Penguat Identitas & Karakteristik Ketoprak

Media Digital
Jum'at, 25 Oktober 2024 - 23:37 WIB
Arief Junianto
Festival Ketoprak, Ajang Penguat Identitas & Karakteristik Ketoprak Kontingen Bantul membuka Festival Ketoprak DIY 2024, di gedung Spcietet Militair TBY, Jumat (25/10/2024). - Lugas Subarkah

Advertisement

JOGJA—Dinas Kebudayaan DIY kembali menggelar Festival Ketoprak antarkabupaten/ kota se-DIY tahun ini. Mengangkat tema besar Panji, lima kontingen kabupaten/kota menyuguhkan penampilan ketoprak yang memukau.

Bertempat di gedung Societeit Militaire Taman Budaya Yogyakarta (TBY), Jumat (25/10/2024) malam, Festival Ketoprak 2024 disambut antusias penonton yang begitu besar. Hal ini terlihat dari penuhnya seluruh kursi penonton gedung Societeit Militaire TBY malam itu.

Advertisement

Tak hanya di kursi, para penonton juga rela berdesakdesakan duduk lesehan di sepanjang lorong atau celah barisan kursi di kedua sisi area penonton. Dengan khidmat para penonton yang terdiri dari dewasa hingga anakanak menyaksikan aksi para penampil.

Penampilan pertama disuguhkan oleh kontingen dari Bantul dengan judul Kencana Rupa Wineca. Lakon ini menceritakan Sang Prabu Lembu Amisena di Kraton Daha yang tengah pusing karena hendak menikahkan putra dan putri Galuh Candra Kirana dengan putra Kraton Jenggala Raden Panji Inu Kertapati.

Sementara Paduka Liku bersama istri selir, Nyi Dinuka Sura membuat rencana untuk menikahkan Raden Panji Inu Kertapati dengan putrinya Galuh Ajeng, karena Galuh Candra Kirana telah meninggalkan Istana Daha.

Sejumlah pertarungan sengit terjadi menambah keseruan pertunjukan. Penampilan kontingen Bantul juga didukung permainan kostum dan properti yang cerdas. Misalnya dalam salah satu adegan, nenek tukang sihir tiba-tiba berubah menjadi seekor serigala. Bumbu percintaan juga tetap menjadi daya tarik lakon Kencana Rupa Wineca.

Penampilan pertama ini berjalan sekitar 45 menit yang langsung disambut tepuk tangan meriah dari penonton saat berakhir.

Setelah kontingen Bantul, pertunjukan dilanjutkan dengan aksi dari kontingen Gunungkidul dengan lakon Glugut dan Sleman dengan lakon Kembang Kesimpar. Sementara penampilan dari kontingen Kulonprogo dan Kota Jogja menyusul pada hari kedua, Sabtu (26/10/2024). Kedua kontingen ini masing-masing membawakan lakon Singlon dan Candani.

Candani mengisahkan sisi lain peristiwa yang terjadi di masa kerajaan Kediri Jenggala, pada saat pergolakan antara Kediri dan Jenggala terselip cerita hubungan Panji Asmarabangun dan Dewi Sekartaji.

Takdir menginginkan mereka bersatu tetapi alam berkehendak lain. Cobaan demi cobaan mereka hadapi, mereka berdua sadar bahwa cinta mereka menjadi bagian strategi politik kerajaannya, peristiwa politis, trik dan intrik, politisasi kekuasaan hingga drama-drama asmara selalu mereka hadapi.

Festival Rutin

Kabid Pengembangan dan Pemeliharaan Adat, Tradisi, Lembaga Budaya dan Seni Dinas Kebudayaan DIY, Eni Lestari, menjelaskan Festival Ketoprak 2024 adalah salah satu festival rutin yang bertujuan menjadi sarana penguatan identitas seni ketoprak dan karakteristik ketoprak.

“Peserta adalah kontingen perwakilan kabupaten/kota se-DIY. Diawali festival berjenjang antar kapanewon atau kemantren. Jumlah pelaku seni setiap kontingen antara 30 sampai 35 orang, durasi penampilan 35- 45 menit dengan iringan gamelan langsung,” ujarnya.

Festival yang didukung dengan Dana Keistimewaan DIY ini memperebutkan piala bergilir dan sejumlah hadiah bagi kelompok dan individu.

Pada kategori kelompok, lima kontingen terbaik mendapatkan Rp15 juta untuk juara pertama, Rp14 juta juara kedua, Rp13 juta juara ketiga, Rp12 juta juara keempat dan Rp11 juta juara kelima.

Penilaian dilakukan oleh dewan juri yang terdiri dari Stefanus Prigel Siswanto, RM Altiyanto Henryawan, Okie Surya Ikawati, Suminto A Sayuti dan Ki Murjana. “Dengan kriteria penilaian naskah dan pertunjukan, keaktoran, harmoni, dramatik, kreativitas dan iringan,” kata dia. Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Dian Lakshmi Pratiwi, menuturkan Festival Ketoprak DIY sudah melegenda, dengan usia yang hampir mendekati 50 tahun.

“Membuktikan komitmen Dinas Kebudayaan selalu mengiringi langkah perkembangan ketoprak di DIY melalui pembinaan di Dinas Kebudayaan kabupaten/kota,” katanya.

Tema Panji yang diangkat sudah ditetapkan sebagai Memory of the World oleh UNESCO.  “Ini tantangan yang luar biasa untuk menerjemahkan lakon Panji menjadi bagian yang kita saksikan malam ini. Proses pembinaan bisa kita saksikan melalui tema Panji,” ujarnya. Melalui kegiatan ini ia berharap semakin berkembang baik kualitas maupun kuantitas pelaku seni yang mengembangkan ketoprak di Jogja. “Semoga tidak saja sebagai kompetisi, tapi juga silaturahmi budaya, memunculkan kreativitas dan ide baru,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Kejagung Sita Uang Hampir Rp1 Triliun dari Eks Pejabat MA dalam Kasus Suap Kasasi Ronald Tannur

News
| Sabtu, 26 Oktober 2024, 01:47 WIB

Advertisement

alt

Menengok Lagi Kisah Ribuan Prajurit Terakota Penjaga Makam Raja di Xian China

Wisata
| Kamis, 17 Oktober 2024, 22:07 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement