Advertisement

Perubahan Iklim Sudah Terjadi, Perkuat Prespektif Keadilan Iklim Bagi Jurnalis

Lugas Subarkah
Senin, 10 Februari 2025 - 06:17 WIB
Sunartono
Perubahan Iklim Sudah Terjadi, Perkuat Prespektif Keadilan Iklim Bagi Jurnalis Koordinator Data dan Informasi Stasium Klimatologi Yogyakarta, Etik Setyaningrum, memberikan paparan dalam diskusi Perspektif Keadilan Iklim, di kantor Yayasan LKiS, Minggu (9/2/2025). - Harian Jogja/Lugas Subarkah

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Yayasan Lembaga Kajian Islam dan Sosial (LKiS) bersama Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Yogyakarta menggelar diskusi Perspektif Keadilan Iklim, di Aula Kantor Yayasan LKiS pada hari Minggu, (9/2/2025). Kegiatan ini mempertemukan jurnalis media mainstream, lembaga pers mahasiswa, serta komunitas dan aktivis pegiat lingkungan yang ada di Jogja.

Program Officer Yayasan LKiS, Moh. Ali Rohman, menyampaikan krisis iklim menjadi ancaman serius bagi penghuni bumi. Sayangnya masih banyak warga yang acuh terhadap situasi tersebut. “Diskusi yang diselenggarakan bersama jurnalis pada hari ini merupakan langkah dalam menarasikan krisis iklim ini ke ruang publik dan sekaligus menjadi sebuah edukasi yang massif,” ujarnya.

Advertisement

BACA JUGA : Suhu DIY Naik Signifikan, Perubahan Iklim Jadi Ancaman Serius

Jurnalis sebagai satu profesi yang memberikan informasi ke ruang publik perlu menyampaikan ancaman krisis iklim yang sedang terjadi. Hal ini semata-mata sebagai langkah edukasi yang dapat dilakukan untuk mengatasi krisis iklim.

Jaringan jurnalis memiliki kesempatan besar untuk mengintegrasikan pengetahuan masyarakat adat ke dalam liputan, menceritakan dengan menarik dan memanfaatkan pengalaman lapangan, lalu menyeimbangkan antara menyampaikan tingkat keparahan krisis dan tindakan yang menginspirasi masayarakat luas.

Anggota AJI Yogyakarta, Abd. Mughis, mengatakan walaupun jurnalis dekat dengan persoalan tersebut, nyatanya isu krisis iklim kurang menjadi perhatian. Salah satunya disebabkan algoritma media yang lebih menekankan views hingga viralitas.

Keadaan tersebut diperparah dengan tuntutan kuantitas pemberitaan yang menyebabkan kualitas pemberitaannya kurang mendalam. “Tak jarang jurnalis lebih menyukai menulis berita atau informasi yang tengah viral dan dianggap seksi di meja redaksi,” katanya.

Koordinator Data dan Informasi Stasium Klimatologi Yogyakarta, Etik Setyaningrum, menuturkan dari tahun ke tahun, cuaca ekstrim makin sering dirasakan. Hal ini diakibatkan oleh pemanasan global atau signal pemanasan yang sudah terjadi termasuk di Indonesia.

“Misalnya saja di 2016, suhu bumi mencapai 1.28°C di atas suhu rata-rata massa pra-industri. Di Indonesia, anomali maksimum tercatat di Stasiun Meteorologi Sentani - Jayapura [sebesar 0.8 °C] pada tahun 2022,” paparnya.

Perubahan iklim menyebabkan bencana hidrometrologi yang makin sering terjadi. Bencana hidrometrologi yakni bencana yang berhubungan dengan air dan atmosfer. “Kebanyakan air jadi banjir, kurang air kekeringan, atmosfer terlalu lembab bisa menyebabkan beberapa varietas tidak dapat panen dan lain sebagainya,” ujarnya.

BACA JUGA : Antisipasi Dampak Perubahan Iklim, Bupati Galakkan Program Gerakan Gunungkidul Menanam

Anggota Jaringan Masyarakat Peduli Iklim (Jampiklim), Heron, mengatakan faktor utama perubahan iklim adalah ulah manusia. Sektor terbesar perubahan iklim adalah sektor industri, energi fosil, gas bumi, batu bara dan lain-lain.

“Per tiga tahun terakhir, pemberian izin eksplorasi batu bara dari pemerintah meningkat. Itu seperti tidak dilihat. Indonesia di Kementerian punya Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim, tapi renstra mereka tidak cukup kuat juga memberi rekomendasi kepada pemerintah untuk meninjau izin yang sudah ada karena dampaknya sudah besar sekali. Izin pertambangan dan minyak tidak sesuai dengan komitmen Indonesia dalam mengurangi pemanasan global,” katanya.

Melalui diskusi ini, diharapkan adanya kesadaran dan peran aktif jurnalis bersama masyarakat sipil dalam upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, khususnya di DIY, melalui narasi dan edukasi perubahan iklim di ruang publik lebih masif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Komisi XI DPR RI Pastikan Pengetatan Anggaran Tak Ubah Besaran APBN

News
| Senin, 10 Februari 2025, 21:17 WIB

Advertisement

alt

Liburan ke Garut, Ini Lima Tempat Wisata Alam Tersembunyi yang Layak Dinikmati

Wisata
| Senin, 27 Januari 2025, 21:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement