Advertisement

Tim Fakultas Perternakan UGM Ubah Biji Nyamplung Jadi Pakan Ternak

Newswire
Sabtu, 15 Februari 2025 - 07:57 WIB
Maya Herawati
Tim Fakultas Perternakan UGM Ubah Biji Nyamplung Jadi Pakan Ternak Buah nyamplung. ANTARA - Suriani Mappong

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Biji nyamplung atau Calophyllum inophyllum ternyata bisa dimanfaatkan sebagai pakan alternatif untuk ternak ruminansia (ternak pemamahbiak). Hal ini menjadi bahan penelitian dari  Tim Dosen Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada (Fapet UGM).

Riset tersebut merupakan bagian dari Program Riset dan Inovasi untuk Indonesia Maju (RIIM) 2023-2025, hasil kerja sama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Advertisement

"Penggunaan bungkil biji nyamplung sebagai pakan tunggal, terbukti mampu menghasilkan atau menurunkan konsentrasi produksi (gas) metan pada ternak ruminansia secara in vitro," kata Ketua Tim Riset Fapet UGM Dimas Hand Vidya Paradhipta dalam keterangannya di Jogja, Jumat (14/2/2025).

Dengan mereduksi produksi gas metan pada ternak ruminansia, pakan alternatif itu dapat membantu mengurangi emisi gas rumah kaca dari sektor peternakan.

Nyamplung merupakan salah satu jenis tanaman hutan asli Indonesia yang dapat hidup dan berkembang pada kondisi lingkungan ekstrem. Tanaman ini tersebar di banyak kepulauan di Indonesia mulai dari Sumatera hingga Papua.

Pohon nyamplung bukan merupakan tanaman pangan, namun menghasilkan buah nyamplung yang bijinya dapat dimanfaatkan sebagai sumber minyak nabati sangat baik.

Selama ini, kata dia, biji nyamplung telah dimanfaatkan sebagai minyak nabati atau biasa disebut sebagai Tamanu Crude Oil (TCO) yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar nabati/biofuel, produk kesehatan, dan kosmetik.

BACA JUGA: Anak Perempuan 14 Tahun di Bantul Jadi Korban Perdagangan Orang Bermodus Prostitusi Online

Padahal limbah dari industri minyak nyamplung, berupa bungkilnya, ternyata masih mengandung nutrisi yang cukup tinggi dan berpotensi menjadi bahan pakan ternak yang ekonomis serta ramah lingkungan.

Pada tahun pertama penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa bungkil biji nyamplung dapat digunakan sebagai pakan ternak, terutama ternak ruminansia.

Bungkil biji nyamplung memiliki kandungan protein kasar sekitar 20 persen, lemak kasar sebesar 15,3 persen, total phenol sebesar 6,47 persen, dan total flavonoid sebesar 1,70 persen.

Namun saat ini bungkil biji nyamplung belum direkomendasikan sebagai pakan unggas, karena kandungan serat kasarnya yang tinggi, hampir 18 persen.

Hal ini dapat terjadi karena model pengepresan minyak biji nyamplung masih menggunakan sistem hidrolik.

Ke depan apabila sudah menggunakan sistem pengepresan screw press expeller, kata dia, diharapkan bungkil biji nyamplung memiliki kandungan serat kasar yang lebih rendah.

"Riset tahun kedua kita berfokus pada penggunaannya dalam pakan campuran, sementara riset tahun ketiga aplikasinya pada domba," ujar dia.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Antara

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terkait

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Target Efisiensi Anggaran Pemerintah Tahun Pertama hingga Rp750 Triliun, Bakal Digunakan untuk Ini

News
| Sabtu, 15 Februari 2025, 17:57 WIB

Advertisement

alt

Pemerintah Kalurahan Patalan Bantul Sediakan Wisata Naik Andong Keliling Perdesaan

Wisata
| Rabu, 12 Februari 2025, 19:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement