Advertisement
Tim Fakultas Perternakan UGM Ubah Biji Nyamplung Jadi Pakan Ternak
![Tim Fakultas Perternakan UGM Ubah Biji Nyamplung Jadi Pakan Ternak](https://img.harianjogja.com/posts/2025/02/15/1204211/nyamplung.jpg)
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Biji nyamplung atau Calophyllum inophyllum ternyata bisa dimanfaatkan sebagai pakan alternatif untuk ternak ruminansia (ternak pemamahbiak). Hal ini menjadi bahan penelitian dari Tim Dosen Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada (Fapet UGM).
Riset tersebut merupakan bagian dari Program Riset dan Inovasi untuk Indonesia Maju (RIIM) 2023-2025, hasil kerja sama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Advertisement
"Penggunaan bungkil biji nyamplung sebagai pakan tunggal, terbukti mampu menghasilkan atau menurunkan konsentrasi produksi (gas) metan pada ternak ruminansia secara in vitro," kata Ketua Tim Riset Fapet UGM Dimas Hand Vidya Paradhipta dalam keterangannya di Jogja, Jumat (14/2/2025).
Dengan mereduksi produksi gas metan pada ternak ruminansia, pakan alternatif itu dapat membantu mengurangi emisi gas rumah kaca dari sektor peternakan.
Nyamplung merupakan salah satu jenis tanaman hutan asli Indonesia yang dapat hidup dan berkembang pada kondisi lingkungan ekstrem. Tanaman ini tersebar di banyak kepulauan di Indonesia mulai dari Sumatera hingga Papua.
Pohon nyamplung bukan merupakan tanaman pangan, namun menghasilkan buah nyamplung yang bijinya dapat dimanfaatkan sebagai sumber minyak nabati sangat baik.
Selama ini, kata dia, biji nyamplung telah dimanfaatkan sebagai minyak nabati atau biasa disebut sebagai Tamanu Crude Oil (TCO) yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar nabati/biofuel, produk kesehatan, dan kosmetik.
Padahal limbah dari industri minyak nyamplung, berupa bungkilnya, ternyata masih mengandung nutrisi yang cukup tinggi dan berpotensi menjadi bahan pakan ternak yang ekonomis serta ramah lingkungan.
Pada tahun pertama penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa bungkil biji nyamplung dapat digunakan sebagai pakan ternak, terutama ternak ruminansia.
Bungkil biji nyamplung memiliki kandungan protein kasar sekitar 20 persen, lemak kasar sebesar 15,3 persen, total phenol sebesar 6,47 persen, dan total flavonoid sebesar 1,70 persen.
Namun saat ini bungkil biji nyamplung belum direkomendasikan sebagai pakan unggas, karena kandungan serat kasarnya yang tinggi, hampir 18 persen.
Hal ini dapat terjadi karena model pengepresan minyak biji nyamplung masih menggunakan sistem hidrolik.
Ke depan apabila sudah menggunakan sistem pengepresan screw press expeller, kata dia, diharapkan bungkil biji nyamplung memiliki kandungan serat kasar yang lebih rendah.
"Riset tahun kedua kita berfokus pada penggunaannya dalam pakan campuran, sementara riset tahun ketiga aplikasinya pada domba," ujar dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Antara
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
![alt](https://img.harianjogja.com/posts/2025/02/15/1204283/prabowo.jpg)
Target Efisiensi Anggaran Pemerintah Tahun Pertama hingga Rp750 Triliun, Bakal Digunakan untuk Ini
Advertisement
![alt](https://img.harianjogja.com/posts/2025/02/12/1203973/andong-patalan-bantul.jpg)
Pemerintah Kalurahan Patalan Bantul Sediakan Wisata Naik Andong Keliling Perdesaan
Advertisement
Berita Populer
- 2 Sapi Mati karena Penyakit Mulut dan Kuku, Pasar Hewan Pengasih Kini Dibuka Lagi
- Anak Perempuan 14 Tahun di Bantul Jadi Korban Perdagangan Orang Bermodus Prostitusi Online
- Jelang Retreat, Hasto Wardoyo Rutin Olahraga Bulu Tangkis
- Valentines Walk in Jogja, Cara BKKBN DIY Rayakan Valentine's Day sambil Kenalkan Program GenRe
- Pengacara Firdaus Naik Meja saat Sidang, Ketua Forum Advokat Jogja: Kami Malu!
Advertisement
Advertisement