Advertisement
Pengelolaan Sampah Kota Jogja, Empat Kelurahan di Kemantren Tegalrejo Gunakan Transporter

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Empat kelurahan di Kemantren Tegalrejo, Kota Jogja, saat ini sudah menggunakan transporter atau penggerobak untuk pengangkutan sampah dari rumah tangga ke depo. Sebanyak 50 penggerobak dikerahkan untuk pengangkutan ini.
Mantri Pamong Praja Tegalrejo, Antariksa Agus Purnama, menjelaskan empat kelurahan di Kemantren Tegalrjo yakni Kelurahan Tegalrejo, Kricak, Bener dan Karangwaru, sudah mengacu kebijakan baru Wali Kota Jogja untuk menggunakan transporter.
Advertisement
“Lewat transporter dari sampah rumah tangga dipilah kemudian dibawa transporter ke depo. Mulai 1 April pembuangan sampah mandiri tidak diperkenankan di depo. Kami menggunakan Depo Tompeyan, untuk empat kelurahan plus satu Kelurahan Cokrodiningratan dari Jetis,” katanya, Sabtu (12/4/2025).
Untuk mengakomodasi empat kelurahan dengan jumlah 46 RW, di Kemantren Tegalrejo saat ini sudah ada sekitar 50 penggerobak yang semuanya sudah terdata. “Minimal satu RW satu penggerobak. Kami sudah melebihi, sehingga sudah cukup,” ungkapnya.
Pengangkutan sampah oleh penggerobak menggunakan sistem gotong royong. Penggerobak diberi honor oleh pengurus RW dari hasil iuran warga.
“Tapi sifatnya tidak sama, kalau yang mampu membayar lebih, kalau yang tidak mampu membayar lebih kecil atau bahkan dibebaskan,” katanya.
BACA JUGA: Pemkot Jogja Akan Melibatkan Ribuan Mahasiswa untuk Menangani Sampah
Sampah yang diangkut oleh transporter juga merupakan sampah yang sudah terpilah. Namun karena masih masa transisi, maka beberapa sampah belum dipilah. Pihaknya pun terus menggencarkan edukasi pemilahan sampah kepada warga.
Edukasi ini dilakukan lewat pertemuan-pertemuan warga baik di tingkat kelurahan hingga RW atau bank sampah.
“Warga terus diedukasi untuk melakukan pilah sampah. Dulu kami punya tagline Pilah Sampah Dari Rumah, Omahe Resik Wargane Becik, Malu Kalau Lingkungan Kotor. Itu terus kami sosialisasikan ke masyarakat untuk pemilahan sampah,” katanya.
Sampah yang diangkut juga sudah dikurangi dari total sampah yang dihasilkan. Untuk sampah anorganik, warga bisa bekerja sama dengan bank sampah untuk menjual sampah anorganik yang masih memiliki nilai jual.
“Kalau yang organik juga kiranya masih bisa dimanfaatkan terlebih dahulu seperti dengan metode biopori, lusida [lubang sisa dapur], magot dan metode-metode lainnya, bisa dioptimalkan dulu. Yang tidak bisa diolah baru diangkut ke depo,” kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

BPOM Klaim Latih 100 Ribu Orang untuk Perkuat Keamanan Pangan
Advertisement

Desa Wisata Adat Osing Kemiren Banyuwangi Masuk Jaringan Terbaik Dunia
Advertisement
Berita Populer
- Dinkes DIY Perkuat Pengawasan Higiene SPPG Pasca Kasus Keracunan
- Festival Lampion Terbang Jogja Siap Terangi Langit Goa Cemara
- Gelapkan Gaji 20 Karyawan, Staf HRD Ditangkap Polsek Pundong Bantul
- Pemkab Gunungkidul Luncurkan 10 Inovasi Layanan Sosial
- DPRD DIY Janji Teruskan Aspirasi Pengemudi Ojek Online ke Pusat
Advertisement
Advertisement