Advertisement
Ini Dampak Dibukanya Tol Jogja-Solo Terhadap Peningkatan Pergerakan Orang dan Barang di DIY

Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN—Pusat Studi Transportasi dan Logistik (Pustral) UGM menilai keberadaan Tol Jogja-Solo berpotensi meningkatkan keberadaan orang maupun barang ke DIY. Instansi yang berwenang dinilai perlu menyiapkan manajemen lalu lintas di area DIY.
Kepala Pustral UGM, Ikaputra menyatakan ada dua objek yang akan bergerak seiring tersambungnya konektivitas. Dua objek itu terdiri dari orang dan barang. Keberadaan Tol Jogja-Solo yang sudah memasuki DIY setidaknya akan menggerakkan keduanya.
Advertisement
"Akses atau konektivitas itu menggerakkan orang membawa barang dan sebagainya dari Jogja maupun ke Jogja, sehingga pasti ini memudahkan orang," kata Ikaputra pada Senin (28/8/2025).
Pada tataran yang paling sederhana, adanya jalan Tol Jogja-Solo mempermudah mobilitas orang dari Jogja ke Semarang maupun ke Jakarta, dan dari Jogja ke arah Surabaya. Hal ini tak terlepas dari terintegrasi Tol Jogja-Solo dengan Tol Solo-Semarang maupun Tol Solo-Ngawi ke arah Surabaya.
Kemudahan akses ini akan mendorong orang untuk melakukan pergerakan. "Ini tentu menyebabkan motivasi untuk melakukan pergerakan jauh lebih tinggi dibanding sebelumnya," ucapnya.
BACA JUGA: Kadin DIY Dorong Standar Kemiskinan Indonesia Ikut Versi Bank Dunia
Terlebih akses yang dirasakan orang dengan keberadaan Tol Jogja-Solo ini cukup signifikan. Waktu tempuh, dari Jogja ke Solo terpangkas dengan keberadaan tol. Keberadaan jalan bebas hambatan ini akan mendorong orang untuk melakukan pergerakan.
Pergerakan orang ke Jogja bisa didasari kepentingan komoditas atau distribusi barang komoditas dan nonkomoditas. Pada aspek nonkomoditas ini, pergerakan orang dijelaskan Ikaputra punya tujuan yang beragam.
"Di dalam pergerakan itu mesti ada tujuan. Tujuan pertama kalau orang ke Jogja non-komoditas berarti akan ada kemungkinan satu mungkin bisnis, yang kedua juga mungkin pariwisata. Nah yang terakhir tentu dengan keluarga," ungkapnya.
Terkait tujuan keluarga, pergerakan orang dengan maksud silaturahmi mengunjungi keluarga atau sanak famili. Kunjungan keluarga ini lanjut dia mungkin saja tidak memberikan keuntungan langsung.
Adapun pergerakan orang dengan tujuan bisnis mungkin tak sebanyak dengan pergerakan orang yang dengan tujuan berwisata. Akan tetapi pergerakan uang yang dibawa atau yang didiskusikan oleh pergerakan orang dengan tujuan bisnis punya potensi dampak ekonomi yang jauh lebih tinggi.
"Misalnya hanya 10 persen sampai 15 persen [pergerakan] yang melakukan pelaku bisnis, tetapi dia spending-nya atau belanjanya itu bisa jadi miliaran atau triliun. Dibanding yang mungkin pariwisatanya banyak tetapi spending-nya lebih sedikit. Sehingga ini dari orang saja mungkin sudah bisa dilakukan seperti itu," ungkapnya.
Adapun pergerakan komoditas, Ikaputra mengatakan DIY yang memproduksi berbagai komoditas pertanian seperti ubi jalar, ketela dan jagung, produksinya bisa terdistribusikan lewat keberadaan Tol Jogja-Solo. Selain komoditas pertanian, keberadaan jalan bebas hambatan ini kata Ikaputra juga akan berdampak kepada komoditas kerajian di DIY yang bentuknya beragam. Pangsa pasar komoditas kerajinan di DIY berpotensi makin luas dengam adanya infrastruktur tol.
"Ketika ika berbicara mengenai perak, interior lanskap, yang mungkin sudah banyak diekspor ke Eropa maupun Australia. Maka berarti kan akan ada penggunaan jalun tol itu kalau yang murah kan pasti lewat laut. Pelabuhan terdekat ada di Semarang dan di Surabaya. Jadi ini sudah semakin kompetitif harganya," ujarnya.
Jika keberadaan jalan tol juga akan membawa barang dari luar masuk ke Jogja. Hal ini lah yang menjadi pertanyaan Ikaputra, sejauh mana porsi barang yang masuk dan keluar dari DIY nanti. "Menjadi pertanyaan besar apakah balance antara kita [DIY] dibanjiri oleh komoditas hingga menjadi konsumer atau kita [DIY] menjadi produsen. Nah ini kan yang perlu dibikin alih ekonomi tapi fasilitasnya, prasarananya sangat memadai," ujarnya.
DIY memiliki PR agar paling tidak dapat barang yang masuk sama dengan barang yang keluar dari daerah DIY. Bahasa Ikaputra, DIY seimbang antara menjadi konsumen dan menjadi pengekspor atau produsen. Dengan adanya konektivitas yang mudah dan cepat via tol, investasi di DIY juga berpotensi meningkat.
"Dengan adanya konektivitas yang makin baik berarti akan terjadi peningkatan komoditas keluar masuk ke Jogja. Kemudian juga penumpang juga atau orang gitu ya," ucapnya.
Dalam konteks di atas, instansi terkait kata Ikaputra harus menyiapkan manajemen lalu lintas. Misalnya ketika makin banyak bus pariwisata yang menuju DIY, aturan bus tidak masuk ke pusat kota bisa diberlakukan. Karena banyaknya bus akan mempengaruhi kenyamanan orang untuk berwisata.
Sektor Bisnis
Tapi di sisi lain, bila bus tidak masuk ke kota, wisatawan tidak akan banyak memberikan keuntungan bagi pelaku wisata. Solusinya, bus bisa berhenti di pinggir-pinggir perkotaan ungkap Ikaputra. Misalnya berhenti di terminal atau tempat lapang lainnya. Selanjutnya wisatawan menggunakan transportasi feeder seperti shuttle dan sebagainya yang tekah disiapkan.
"Artinya agar masuk kotanya nyaman harus ada koneksinya. Ketika koneksi itu dilakukan berarti akan ada peningkatan dari transportasi feeder yang masuk kota Jogjakarta setelah bus-bus itu," ucapnya.
Sementara di sektor bisnis, dengan potensi distribusi barang dan penanaman investasi yang meningkat, Ikaputra menyebut Jogja harus memiliki gudang-gudang besar untuk menampung barang. Apalagi nanti ketika tol sudah terhubung dengan YIA.
BACA JUGA: Modus Penipuan Gadai Barang Lewat Facebook, Pelaku Bawa Kabur Motor
"Kalau itu bisnis ya berarti dipersiapkan mengenai lokasi gudang-gudang mungkin terkait dengan akses ini. Juga bagaimana orang bisa mengembangkan lebih jauh mengenai pengepulan komoditas dan sebagainya," kata Ikaputra
Menurut Ikaputra harus disiapkan mekanisme lalu lintas untuk harian nonliburan dan juga mekanisme pada waktu liburan. "Salah satu dampak dari akses jalan tol itu adalah mobil pribadi dan mungkin truk dan kemudian bus. Ini yang harus diantisipasi. Harus diantisipasi sejauh mana bisa mengelola itu," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Ingat! Kekurangan Zat Besi dapat Mengancam Kemampuan Belajar Anak Saat Kembali ke Sekolah
Advertisement

Agenda Wisata di Jogja Pekan Ini, 26-31 Juli 2025, Bantul Creative Expo, Jogja International Kite Festival hingga Tour de Merapi 2025
Advertisement
Berita Populer
- Jadwal SIM Keliling Gunungkidul Akhir Juli 2025
- Jadwal Kereta Bandara Xpress Hari Ini Senin 28 Juli 2025, Berangkat dari Stasiun Tugu, Wates dan YIA
- Jadwal Terakhir Bulan Juli 2025 SIM Keliling Bantul
- Prakiraan Cuaca Hari Ini Senin 28 Juli 2025: Sleman dan Kota Jogja Hujan Ringan
- Jadwal SIM Keliling Kota Jogja Senin 28 Juli 2025
Advertisement
Advertisement