Advertisement
Nelayan Gunungkidul Jadi Pemakai BBM Bersubsidi Terbanyak se-DIY

Advertisement
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Dinas Kelautan dan Perikanan Gunungkidul kebutuhan BBM di Pelabuhan Sadeng di Kapanewon Girisubo mencapai lebih dari satu juta liter per tahunnya. Pemakaian ini dinilai wajar karena hasil perikanan di Sadeng merupakan terbesar di wilayah DIY.
Kepala Bidang Perikanan Tangkap, Dinas Kelautan dan Perikanan Gunungkidul, Wahid Supriyadi mengatakan, kebutuhan BBM jenis pertalite untuk nelayan di Bumi Handayani sebanyak 1.838.400 liter. Sedangkan Solar sebanyak 691.200 liter selama kurun waktu 2024.
Advertisement
Ia tidak menampik, jumlah ini merupakan yang terbanyak se-DIY. Pasalnya, berdasarkan data yang ada, total kebutuhan selama setahun mencapai 3.671.200 liter. Adapun kebutuhan di nelayan Bantul sebesar 537.600 liter pertalite dan solar sebanyak 372.000 liter.
BACA JUGA: Tarif Pajak PBB Bantul Disederhanakan Lewat Revisi Perda
Sedangkan, bagi nelayan Kulonprogo tercatat kebutuhan di 2024 sebanyak 232.000 BBM jenis pertalite dan untuk solar nihil. “Dari total 3,6 juta liter BBM bersubsidi ini, paling banyak untuk mencukupi kebutuhan bagi nelayan di Gunungkidul. Kalau ditotal kebutuhannya mencapai 2,5 juta liter di 2024,” kata Wahid, Kamis (7/8/2025).
Hal yang sama juga terlihat dari kebutuhan BBM bersubsidi di tahun ini. Wahid mencatat, untuk pertalite yang diusulkan mencapai 1.998.000 liter dan solar sebanyak 748.000 liter. “Ini baru kuota yang diajukan, untuk realisasi pemakaian masih menunggu akhir tahun,” ungkapnya.
Menurut dia, konsumsi BBM bersubsi bagi nelayan Gunungkidul yang terbesar di DIY merupakan hal yang wajar. Hal itu dikarenakan pusat perikanan laut berada di kabupaten yang berbatasan dengan Wonogiri, Jawa Tengah ini.
Sebagai gambaran, di 2024, penangkapan ikan di perairan DIY mencapai lima ton dalam setahun. Sebanyak empat ton ikan ditangkap oleh nelayan di Gunungkidul, sedangkan sisanya yang satu ton merupakan tangkapan nelayan di Bantul dan Kulonprogo.
“Dari empat ton ikan ini, yang tiga ton merupakan tangkapan dari nelayan di Pelabuhan Sadeng. Jadi, wajar kalau nelayan Sadeng yang banyak menggunakan BBM bersubsidi untuk operasional di laut,” katanya.
Ketua Kelompok Nelayan di Pelabuhan Sadeng, Sarpan menambahkan, keberadaan SPBU khusus nelayan sangat dibutuhkan karena menjadi sarana yang vital bagi nelayan. Ia mencontohkan untuk kapal sekoci sekali melaut membutuhkan solar hingga mencapai 350 liter.
Adapun kapan inka mina yang ukurannya lebih besar dengan ukuran 90 GT, maka butuh sekitar 2.500 liter sekali melaut yang bisa memakan waktu selama sepuluh hari. “Solar menjadi kebutuhan mendasar bagi nelayan khususnya untuk kapal di atas sepuluh GT dan perahu kecil menggunakan pertalite,” kata Sarpan.
BACA JUGA: Pakar: Pemutaran Lagu Indonesia Raya Tak Langgar Hak Cipta
Menurut dia, nelayan berharap ada fasilitas SPBU khusus nelayan sehingga dapat memeroleh harga BBM seperti di pasaran pada umumnya. Sarpan tidak menampik keberadaan SPBU pernah ada di Pelabuhan Sadeng di era 1990an, tapi berhenti beroperasi di 2002 lalu.
“Mungkin dulu yang membutuhkan BBM tidak sebanyak sekarang, jadi operasinya berhenti. Tapi, sekarang para nelayan sangat membutuhkan adanya SPBU untuk mendapatkan pasokan BBM yang lebih murah,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement

Wisata Sejarah dan Budaya di Jogja, Kunjungi Jantung Tradisi Jawa
Advertisement
Berita Populer
- SEMINAR INTERNASIONAL JKPI: Kesederhanaan Masyarakat Jadi Kemegahan Warisan Budaya
- Link Live Streaming Jogja Cross Culture Nusantara Menari di Malioboro Malam Ini
- 8 Proyek Jalan Lingkungan di Gunungkidul Rampung, Total Anggaran Capai Rp1,4 M
- Tantangan Kerja Semakin Besar, Keluarga Alumni Mahasiswa Arsitektur UAJY Bakal Rapatkan Barisan
- Sultan HB X Sebut Pelestarian Pusaka Harus Terus Berkembang
Advertisement
Advertisement