Advertisement
Literasi Desa Tumbuh Jadi Tempat Belajar Perlindungan Anak dari Terorisme
Kepedulian terhadap isu perlindungan anak membawa Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Klaten dan UNICEF Indonesia berkunjung ke Yayasan Literasi Desa Tumbuh di Moyudan, Sleman. Kegiatan bertema Penguatan Sistem Perlindungan Anak untuk Reintegrasi dan Rehabilitasi Anak dalam Jaringan Terorisme ini menjadi ruang belajar lintas sektor untuk memahami dan merespons isu terkait terorisme. - Istimewa.
Advertisement
Harianjogjacom, JOGJA—Kepedulian terhadap isu perlindungan anak membawa Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Klaten dan UNICEF Indonesia berkunjung ke Yayasan Literasi Desa Tumbuh di Moyudan, Sleman. Kegiatan bertema Penguatan Sistem Perlindungan Anak untuk Reintegrasi dan Rehabilitasi Anak dalam Jaringan Terorisme ini menjadi ruang belajar lintas sektor untuk memahami dan merespons isu terkait terorisme.
Kegiatan dibuka dengan pemaparan dari Noor Huda Ismail, pendiri Yayasan Literasi Desa Tumbuh sekaligus akademisi dan praktisi yang dikenal dalam isu pencegahan ekstremisme kekerasan. Ia menjelaskan sejarah dan dinamika kelompok radikal di Indonesia dengan pendekatan yang membumi dan reflektif.
Advertisement
BACA JUGA: Densus 88 Tangkap 2 ASN Terlibat Terorisme
Ia mengajak untuk memahami isu-isu global yang kemudian terhubung dengan isu lokal, kemudian memicu munculnya isu ekstremisme kekerasan. "Pemahaman ini penting untuk menyesuaikan hal apa yang sesuai untuk pencegahan ekstremisme kekerasan di level praktis” katanya.
Peserta kemudian diajak menyaksikan film Road to Resilience, karya dari Kreasi Prasasti Perdamaian, yang mengangkat kisah nyata perjalanan anak muda Indonesia ke Suriah. Film ini memicu refleksi mendalam.
"Film ini mengubah cara pandang saya tentang siapa yang pergi ke Suriah. Saya dulu membayangkan mereka selalu berjenggot, berjidat hitam, dan bergamis. Tapi setelah melihat mas Febri, ternyata sangat berbeda,” ujar Hidayatus Sholihah, pengurus LPA Klaten.
Tim dari Literasi Desa Tumbuh dan Kreasi Prasasti Perdamaian berbagi pengalaman tentang membangun narasi damai di media daring maupun luring, serta peran kolaborasi antar pemangku kepentingan (pentahelix).
“Selama di Literasi Desa Tumbuh ini, kami menemukan contoh ideal bagaimana membentuk ruang bersama dan menarasikan isu sensitif secara humanis sehingga bisa diterima masyarakat,” ungkap Naning Julianingsih, Child Protection Specialist dari UNICEF.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Turki Catat 4.460 Kasus Mengakhiri Hidup, Tertinggi Sepanjang Sejarah
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Kekeringan di Kulonprogo Mulai Mereda, Dropping Air Dihentikan
- Mobil Pikap Terguling di Jalan Jogja-Wates, Sopir Luka Kepala
- Pasangan Mahasiswa Pembuang Bayi di Ngemplak Ditangkap Polisi
- Harga Kebutuhan Pokok di Gunungkidul Mulai Naik
- Korupsi, Lurah dan Carik di Gunungkidul Ditahan di Lapas Wirogunan
Advertisement
Advertisement




