Advertisement

Perkembangan Neurorehabilitasi Dibahas Dokter se-Asia-Oseania di Sleman

Catur Dwi Janati
Sabtu, 06 September 2025 - 20:57 WIB
Maya Herawati
Perkembangan Neurorehabilitasi Dibahas Dokter se-Asia-Oseania di Sleman Gubernur DIY, Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X yang hadir dalam Opening Ceremony The 6th AOCNR 2025 di The Alana Yogyakarta Hotel & Convention Center, Sleman, Kamis (4/9/2025). - Harian Jogja // Catur Dwi Janati 

Advertisement

Harianjogja.com, SLEMAN—Pertemuan Ilmiah Tahunan Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Indonesia XXIV (PIT PERDOSRI XXIV) menyelenggarakan The 6th Asia Oceanian Congress of NeuroRehabilitation (AOCNR) 2025, Kamis (4/9/2025). 

AOCNR digelar selama lima hari pada 3-7 September 2025. Kegiatan ini menjadi forum ilmiah internasional yang mempertemukan para pakar kedokteran fisik dan neurorehabilitasi negara-negara Asia-Oseania untuk berbagi pengetahuan, pengalaman dan inovasi di bidang neurorehabilitasi.

Advertisement

Ketua Panitia AOCNR 2025 yang juga Ketua PP PERDOSRI, Rumaisah Hasan menerangkan tahun ini AOCNR mengangkat tema "Neurorehabilitation: Future Trends from Hospital to Community." Tema ini menunjukkan kesungguhan AOCNR bahwa pengetahuan tentang neurorehabilitasi ini tidak hanya berguna bagi profesi, tetapi juga untuk masyarakat luas dan komunitas.

Rumaisah bilang bahwa di antara negara Asia, jumlah dokter spesialis rehabilitasi Indonesia secara jumlah telah menunjukkan perkembangan yang sangat baik. Menurut catatan Rumaisah, saat ini Indonesia telah memiliki tujuh pusat pendidikan dengan jumlah dokter spesialis rehabilitasi mencapai 1.300 orang.

Meski menunjukkan perkembangan yang pesat, neurorehabilitasi tak lepas dari tantangan. Salah satunya belum adanya pusat rehabilitasi terpadu di Indonesia. 

"Di Asia perkembangan kita ini termasuk yang sangat mengesankan. Cuma memang masih banyak keterbatasan, seperti kita hanya mengenal perawatan rawat jalan, belum mempunyai senter rehabilitasi yang terpadu. Belum ada unit sub-akut," tegasnya di The Alana Yogyakarta Hotel & Convention Center, Sleman. 

Padahal menurut pandangan Rumaisah keberadaan unit sub-akut ini merupakan komponen yang penting. Pasalnya pasien-pasien yang mengalami gangguan atau sakit, setelah selesai masanya biasanya akan dipulangkan. Misalnya pasien stroke setelah pengobatan strokenya aman akan dipulangkan padahal belum bisa jalan.

"Itu sebenarnya tugasnya rehabilitasi medis. Kami harus membuat pasien bisa kembali ke kehidupan semula, kembali bekerja, atau kembali melakukan hal-hal produktif," katanya. 

BACA JUGA: Demonstrasi Damai di DIY Berdampak Positif pada Kunjungan Wisatawan

Karenanya PERDOSRI pun berkomitmen untuk terus menjadi agen perbaikan untuk bidang function. Rumaisah mengatakan jika sehat berarti mampu secara fisik, mental, ekonomi dan partisipasi aktif. 

"Tidak hanya terbebas dari penyakit, tetapi harus bisa kembali berpartisipasi dan mempunyai manfaat di masyarakat. PERDOSRI hadir di situ," tegasnya 

Selain simposium dan workshop, AOCNR 2025 - PIT PERDOSRI XXIV ini juga menggelar seminar gratis untuk masyarakat awam hingga bakti sosial. AOCNR juga mengadakan lomba kreasi senam dan tarian berbasis budaya tradisional Indonesia sebagai bentuk pemanfaatan budaya untuk terapi. 

Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X yang hadir dalam Opening Ceremony The 6th AOCNR 2025 dalam sambutannya mengatakan dari sudut pandang filosofis, neurorehabilitasi adalah wujud nyata dari pepatah Jawa nguwongke atau memanusiakan manusia. Untuk itu, dibalik kemajuan ilmu kedokteran dan kecerdasan buatan, aspek teknokratis ini tidak boleh membuat dimensi kemanusiaan dilupakan.

Bagi Sultan, pasien bukan sekadar obyek terapi, melainkan subyek yang memiliki harapan, cerita dan semangat untuk kembali menjalani kehidupan yang bermakna. 

"Bagi saya, inilah esensi yang paling mulia dari kongres ini, mengingatkan kita semua, bahwa inovasi sejati bukan hanya soal menemukan terapi baru atau membangun fasilitas canggih, tetapi tentang memastikan bahwa setiap pasien dapat kembali menjalani hidup dengan harga diri dan harapan," tuturnya.

Sultan menambahkan jika menurut data WHO, penyakit neurologis merupakan penyebab utama disabilitas di seluruh dunia, dengan jumlah lebih dari satu miliar orang terdampak gangguan sistem saraf. Stroke sendiri menjadi penyebab kematian nomor dua global, dan lebih dari 50% penyintas stroke hidup dengan disabilitas jangka panjang.

"Fakta ini menegaskan bahwa rehabilitasi bukan sekadar tambahan layanan, tetapi bagian inti dari sistem kesehatan modern," ujarnya. 

Melihat proses rehabilitasi yang merupakan perjalanan spiritual dan sosial ini, Sultan menegaskan bahwa teknologi hanya menjadi jembatan, sedangkan empati dan solidaritas adalah fondasi utamanya. 

"Semoga diskusi workshop, dan pertemuan yang berlangsung selama beberapa hari ke depan akan memperkaya wawasan dan memperkuat tekad untuk menghadirkan rehabilitasi yang lebih manusiawi, inklusif dan berkelanjutan," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

Penyuluhan Hukum di DIY Kini Dipantau lewat Aplikasi Web

Penyuluhan Hukum di DIY Kini Dipantau lewat Aplikasi Web

News
| Sabtu, 06 September 2025, 21:07 WIB

Advertisement

Long Weekend Maulid Nabi Dongkrak Wisatawan Lereng Merapi

Long Weekend Maulid Nabi Dongkrak Wisatawan Lereng Merapi

Wisata
| Sabtu, 06 September 2025, 18:07 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement