Advertisement

Kisah Mie Ayam Legendaris Om Kendi di Bantul, Harga Rp4 Ribu

Yosef Leon
Kamis, 25 September 2025 - 11:27 WIB
Sunartono
Kisah Mie Ayam Legendaris Om Kendi di Bantul, Harga Rp4 Ribu Siti Maesaroh, pedagang mie ayam Om Kendi tengah melayani pelanggan di kedainya yang berlokasi di Jalan Samas kilometer 21, tepat di seberang SLB Mardi Mulyo Padukuhan Karen, Tirtomulyo, Kretek Selasa (23/9/2025). - Harian Jogja/Yosef Leon.

Advertisement

Harianjogja.com, BANTUL—Sudah hampir dua dekade kedai Mie Ayam Om Kendi bertahan. Harga jual yang sangat murah tidak membuat usaha yang berjalan sejak awal tahun 2000-an ini gulung tikar, tapi malah diburu kalangan tertentu seperti pemancing dan warga setempat.

Di tepi Jalan Samas kilometer 21, tepat di seberang SLB Mardi Mulyo Padukuhan Karen, Tirtomulyo, Kretek aroma kaldu ayam kerap menggoda para pengguna jalan menjelang senja. Dari balik gerobak sederhana, Siti Maesaroh, 46, dan suami sudah kurang lebih 19 tahun menghidupi keluarganya lewat dagangan mie ayam yang akrab disebut Mie Ayam Om Kendi.

Advertisement

Kedainya hanya berupa bangunan bersekat triplek dan papan seluas kurang lebih 4x4 meter persegi yang menempel di sebelah rumah saudaranya. Hanya ada dua bangku dan dua meja panjang di situ. Gerobak kecil kayu terpampang di depan. Kesan pertama melihat warung mie ayam itu sangat kontras dengan warung serupa yang berdiri tak sampai 50 meter di sebelah selatannya, tapi untuk urusan rasa mungkin bisa dicoba. 

“Awal jualan itu awal tahun 2000-an, harga semangkuk cuma seribu rupiah. Minumannya 500 perak," kata Siti, Selasa (23/9/2025).

BACA JUGA: Jalan Wukirsari Imogiri Bantul Masuk Prioritas Perbaikan di 2026

Tahun berganti, harga mie ayamnya perlahan juga ikut naik tapi tak sampai membuat kantong jebol. Sekarang seporsi mie ayam biasa mangkok kecil dihargai Rp4.000 sementara mie ayam jumbo Rp5.000. Untuk minuman pun demikian, sangat murah. Es teh dan es jeruk tawar Rp1.000 sementara yang manis Rp2.000. 

Meski harga bahan pokok terus merangkak naik, ia berusaha menjaga agar mangkok mie ayamnya tetap ramah di kantong pelanggan. Prinsipnya sederhana, jualan bukan sekadar mencari untung, tapi juga memberi kesempatan semua kalangan untuk bisa menikmati seporsi mie hangat.

"Saya mie buat sendiri es juga buat sendiri makanya bisa jual murah," ungkapnya. 

Resep Sederhana

Mie ayam racikan Siti tidak rumit. Semangkuk mie berisi suwiran ayam, daun selada, daun bawang, dan kuah kaldu gurih yang diracik dari bumbu buatan sendiri. “Saya tidak pakai obat-obatan aneh, bumbu bikinan sendiri biar aman dan enak,” katanya.

Uniknya, Siti melayani dua pilihan, mie basah buatan sendiri dan mie kering yang ia beli dari warung. Konsumen bebas memilih sesuai selera. “Ada yang suka mie kering model ada yang lebih suka mie basah bikinan saya. Rasanya beda, tapi sama-sama bikin ketagihan,” tambahnya.

Pelanggan datang dari berbagai tempat, bahkan dari luar Bantul. Ada yang dari Wonosari, ada pula yang jauh-jauh mampir usai memancing atau setelah menghadiri acara di sekitar Parangtritis. “Pernah ada orang Kalimantan yang bilang mie saya ini manis dan segar, beda dari yang biasa mereka makan,” katanya.

Gerobak dan Es Batu

Bagi Siti, berjualan mie ayam bukan hanya soal menanak mie dan meracik kuah. Aktivitas ini adalah cara untuk tetap produktif dan bertahan hidup di sela pekerjaan rumah tangganya. Usaha mie ayamnya itu awalnya hanya sampingan saja untuk mengisi waktu luang di sore hari. Pekerjaan utamanya memang juga masih berhubungan dengan masak memasak, tapi kiwari kebutuhan hidup memang tak pernah cukup jika hanya menjalani satu pekerjaan.

“Kalau di rumah saya buat emping dan jualan es batu, kadang juga memasak untuk katering, usaha ini sampingan saja. Namanya juga sambilan biar ada pemasukan tambahan da ternyata lumayan sehari omzet bisa Rp200.000,” ceritanya.

Ia mengaku tak pernah menghitung detail berapa mangkok yang laku setiap hari. Namun rata-rata bisa habis 30-an mangkok sebelum jam sembilan malam. Dengan konsumsi ayam sekitar dua kilogram per hari, ia sudah cukup untuk menutup biaya rumah tangga dan membesarkan dua anaknya hingga lulus sekolah. “Nyatanya bisa kok, meski untungnya tipis,” ujarnya.

Konsisten

Gerobak mie ayam Siti buka setiap sore mulai pukul 16.30 WIB hingga stok habis. Ia memang tidak selalu buka tiap hari, sebab sering membantu tetangga saat ada hajatan atau kebutuhan mendadak. Namun para pelanggan sudah maklum, dan justru merasa lebih dekat karena ia bukan sekadar pedagang, melainkan bagian dari komunitas setempat.

BACA JUGA: Dinas Kebudayaan DIY-DKI Jakarta Jalin Kerja Sama Pemajuan Kebudayaan

Selama 19 tahun, Siti telah melihat banyak penjual lain yang berhenti atau pindah. Namun ia tetap bertahan. “Banyak teman-teman sudah lengser, saya masih di sini. Jualan ini ya jalan hidup saya,” tuturnya.

Salah satu pelanggan, Garid, 32, warga Mantrijeron, mengaku rela menempuh perjalanan belasan kilometer untuk bisa menikmati seporsi mie ayam murah itu. “Kalau soal rasa, sepertinya tidak kalah sama mie ayam yang lain. Kuahnya gurih, ayamnya manis pas, porsinya memang sederhana tapi cukup bikin kenyang,” katanya. 

"Rasanya enak, khas banget. Harga juga ramah di kantong, apalagi buat anak sekolah atau pekerja harian. Di tempat lain sudah jarang ada harga segini,” ujarnya.

Meski sederhana, warung mie ayam ini tetap ramai pembeli. Beberapa pelanggan menilai, justru keaslian rasa tradisionalnya yang membuat mereka terus kembali. Selain menawarkan kelezatan, mie ayam Om Kendi juga menjadi simbol perlawanan terhadap mahalnya harga makanan di pasaran. Pelanggan berharap usaha ini bisa terus bertahan tanpa mengurangi kualitas rasa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

KPK Periksa Bendum Amphuri Terkait Korupsi Kuota Haji

KPK Periksa Bendum Amphuri Terkait Korupsi Kuota Haji

News
| Kamis, 25 September 2025, 12:57 WIB

Advertisement

Kemenpar Promosikan Wisata Bahari Raja Ampat ke Amerika dan Eropa

Kemenpar Promosikan Wisata Bahari Raja Ampat ke Amerika dan Eropa

Wisata
| Selasa, 23 September 2025, 18:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement