Advertisement
Angka Tengkes Sleman 4,29 Persen, Paparan Rokok Faktor Risiko Utama

Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN—Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sleman mencatat prevalensi tengkes atau stunting di wilayah setempat sebesar 4,29% berdasarkan data Electronic Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (ePPGBM) tahun 2025. Angka tersebut turun tipis 0,2% dibandingkan tahun 2024, namun Dinkes mengingatkan potensi kenaikan masih ada jika sejumlah faktor risiko tidak segera diatasi. Salah satunya ialah paparan asap rokok di lingkungan keluarga.
Kepala Dinas Kesehatan Sleman, Cahya Purnama, menjelaskan bahwa tengkes tidak hanya disebabkan oleh kekurangan gizi, tetapi juga pola hidup tidak sehat, termasuk kebiasaan merokok di dalam rumah.
Advertisement
“Asupan gizi seimbang saja tidak cukup. Jika anak terus terpapar asap rokok, risiko tengkes bisa meningkat hingga 66,52%,” ujarnya, Selasa (21/10/2025).
Menurut Cahya, bahaya tidak hanya berasal dari asap rokok yang terhirup langsung, tetapi juga dari partikel sisa pembakaran rokok yang menempel pada pakaian atau perabot rumah tangga. “Partikel itu dapat mengganggu sistem pernapasan anak dan menyebabkan sesak napas,” imbuhnya.
BACA JUGA
Data Badan Pusat Statistik (BPS) DIY 2024 menunjukkan kebiasaan merokok di Sleman masih tinggi. Persentase penduduk yang merokok dalam sebulan terakhir pada kelompok umur 15–24 tahun mencapai 22,41%, 25–34 tahun sebesar 29,28%, dan 35–44 tahun 31,20%. Jika dirata-rata, sekitar 24,69% dari 832.931 penduduk usia 15 tahun ke atas di Sleman merupakan perokok—atau setara kurang lebih 205.000 orang.
Jika sebagian besar atau semua perokok tersebut merokok di dalam rumah, maka ada ratusan ribu anak yang berisiko tengkes akibat paparan asap. Padahal, sudah ada 2.050 balita tengkes di Sleman saat ini. Tiga kapanewon dengan balita tengkes terbanyak adalah Kalasan, Mlati, dan Ngaglik.
Sebagai upaya pencegahan, Dinkes mendorong kampanye Gerakan Keluarga Sehat Bebas Asap Rokok serta memperkuat edukasi tentang pentingnya pola asuh dan gizi seimbang.
“Tanggung jawab utama ada di orang tua. Anak tidak boleh hanya dititipkan kepada simbah atau asisten rumah tangga. Orang tua harus memastikan makanan bergizi dan kebiasaan sehat di rumah,” tegas Cahya.
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Sleman, Novita Krisnaeni, menyampaikan bahwa pihaknya turut berperan dalam percepatan penurunan angka tengkes melalui Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS).
“Kami menjadi sekretariat TPPS dan terus menggelar kegiatan diseminasi seperti hari ini untuk memperkuat komitmen lintas sektor,” ujarnya di sela kegiatan di PRIMA SR Hotel & Convention Yogyakarta.
Kegiatan tersebut diikuti oleh 120 anggota TPPS tingkat kalurahan dan kapanewon. Novita menegaskan, peningkatan partisipasi masyarakat, pengetahuan, dan kesadaran akan menjadi kunci menurunkan angka tengkes di Sleman. “Harapannya, upaya bersama ini dapat melahirkan generasi Sleman yang sehat, cerdas, dan berkualitas,” tuturnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement

Desa Wisata Adat Osing Kemiren Banyuwangi Masuk Jaringan Terbaik Dunia
Advertisement
Berita Populer
- Gerobak Burjo di Embung Giwangan Diduga Sengaja Dibakar
- DIY Waspada Lonjakan ISPA, Catat 11.000 Kasus di Puncak Musim
- Bantul Genjot Pendapatan Daerah 2026, Andalkan Sinergi Lintas Sektor
- Jadwal SIM Keliling Ditlantas Polda DIY Hari Ini, Rabu 22 Okt 2025
- Jadwal DAMRI Jogja, Kebumen dan Purworejo ke Bandara YIA Hari Ini
Advertisement
Advertisement