Advertisement

Siaga Cuaca Ekstrem, BPBD Bantul Andalkan Dana Darurat

Yosef Leon
Jum'at, 24 Oktober 2025 - 08:57 WIB
Abdul Hamied Razak
Siaga Cuaca Ekstrem, BPBD Bantul Andalkan Dana Darurat Tim Reaksi Cepat Badan Penanggulangan Bencana Daerah Sleman sedang memotong pohon tumbang di salah satu ruas jalan di Kalurahan Donoharjo, Kapanewon Ngaglik, Sleman, Kamis (10/4/2025). - ist - BPBD Sleman

Advertisement

Harianjogja.com, BANTUL– Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bantul mulai siaga menghadapi potensi cuaca ekstrem jelang puncak musim hujan pada Januari–Februari 2026 mendatang. Intensitas curah hujan diketahui sudah mulai meninggi sejak akhir Oktober ini dan diprediksi berlangsung sampai awal tahun depan. 

Kepala Bidang Kedaruratan Logistik dan Peralatan BPBD Bantul, Antoni Hutagaol mengungkapkan, pihaknya telah menyiapkan dana darurat jika sewaktu-waktu cuaca ekstrem berdampak pada kerugian yang dialami warga dan kerusakan pada fasilitas umum.

Advertisement

Hanya saja, bentuknya tidak khusus seperti Belanja Tidak Terduga (BTT), tapi tetap bisa digunakan untuk menghadapi potensi banjir, longsor, maupun angin kencang. “Kami hanya menggunakan dana rutin dan dana perubahan. Tahun ini juga sepertinya pola itu masih sama,” ujar Antoni, Kamis (23/10/2025).

Menurutnya, saat ini BPBD hanya mengandalkan dana rutin untuk operasional siaga, sementara jika terjadi bencana besar, koordinasi akan dilakukan lintas instansi untuk proses penanganan dan perbaikannya.

“Kalau misalnya ada kerusakan rumah atau butuh logistik darurat seperti terpal dan makanan, kami siap. Hanya kalau untuk penanganan infrastruktur besar, itu biasanya langsung dikerjakan oleh instansi lain,” tambahnya.

Antoni menyebut, Bantul saat ini sedang menunggu hasil rapat koordinasi (rakor) penetapan status siaga bencana. “Sekarang masih masa peralihan menuju musim hujan. Kami menunggu hasil rakor untuk menetapkan status siaga banjir, longsor, dan angin kencang,” jelasnya.

Ia menyebut, BPBD telah menyiagakan personel Pusdalops dan Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) di lapangan untuk memantau dan menindaklanjuti peringatan potensi cuaca ekstrem. "Kami targetkan nol insiden, sehingga semua sudah kami persiapkan matang seperti tahun-tahun sebelumnya," kata dia. 

Analis Mitigasi Bencana BPBD Bantul, Malichah Kurnia Pratiwi menjelaskan, pola kerawanan bencana di Bantul cukup beragam dan tergantung pada kondisi geografis wilayah seiring dengan munculnya potensi bencana hidrometeorologi.

Kawasan perkotaan di Kapanewon Bantul disebutnya cukup rawan banjir genangan, sementara daerah seperti Imogiri kerap terdampak luapan sungai saat curah hujan tinggi.

“Untuk longsor, wilayah timur seperti Dlingo masuk zona merah. Sementara kawasan Sewon juga sering tergenang karena drainase yang tidak mampu menampung air hujan lebat,” ujar Malichah.

Sebagai langkah mitigasi, BPBD telah melakukan sosialisasi penggunaan early warning system (EWS) banjir dan longsor di sejumlah titik rawan. Sistem ini diharapkan dapat meningkatkan kewaspadaan warga agar bisa bereaksi cepat tanpa panik saat alarm peringatan berbunyi.

“Kami rasa masyarakat sudah lebih sigap menghadapi perubahan cuaca ekstrem dan selalu waspada dengan kondisi lingkungan masing-masing,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

Dugaan Korupsi, Ketua Bawaslu RI Dilaporkan ke KPK

Dugaan Korupsi, Ketua Bawaslu RI Dilaporkan ke KPK

News
| Jum'at, 24 Oktober 2025, 12:17 WIB

Advertisement

Desa Wisata Adat Osing Kemiren Banyuwangi Masuk Jaringan Terbaik Dunia

Desa Wisata Adat Osing Kemiren Banyuwangi Masuk Jaringan Terbaik Dunia

Wisata
| Minggu, 19 Oktober 2025, 23:37 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement