Advertisement
Atasi Sampah DIY, Bantul Siapkan PSEL 1.000 Ton per Hari di Piyungan
Foto ilustrasi insinerator sampah. / Freepik
Advertisement
Harianjogja.com, BANTUL— Pemerintah Kabupaten Bantul menyampaikan bahwa proyek Pembangkit Sampah menjadi Energi Listrik (PSEL) yang digadang-gadang menjadi solusi jangka panjang persoalan sampah di DIY akan dibangun di kawasan Piyungan dengan luas lahan sekitar 5,7 hektare. Saat ini, proyek tersebut telah masuk tahap lelang dan ditargetkan mulai beroperasi pada 2028.
Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih, mengatakan lokasi pembangunan diputuskan setelah dilakukan koordinasi antara Pemkab Bantul, pemerintah pusat, dan Danantara. Fasilitas ini nantinya menjadi pusat pengolahan sampah dari tiga daerah utama, yakni Sleman, Kota Jogja, dan Bantul, dengan kapasitas mencapai 1.000 ton sampah per hari.
Advertisement
“Tempatnya sudah ditetapkan di Piyungan dengan lahan sekitar 5,7 hektare,” katanya, Jumat (21/11/2025).
Halim menjelaskan bahwa PSEL merupakan fasilitas baru dan terpisah dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan. Seluruh sampah nantinya langsung diproses melalui sistem pembakaran untuk menghasilkan uap yang akan menggerakkan turbin hingga menghasilkan listrik. Listrik tersebut kemudian diserap oleh PLN sebagai bentuk pemanfaatan energi ramah lingkungan.
BACA JUGA
“Mesin-mesin dipasang di sana, sampah disetorkan ke sana, diolah, dibakar, kemudian pembakaran menghasilkan uap, uap menggerakkan turbin, turbin menghasilkan listrik,” ujarnya.
Proyek ini didukung Danantara dengan skema pendanaan non-APBN, meski besaran anggarannya belum diumumkan. Seluruh daerah terkait telah menandatangani komitmen bersama untuk menjalankan program tersebut. Halim berharap PSEL menjadi solusi strategis penanganan sampah di DIY.
“Program PSEL ini dipandang sebagai salah satu cara terbaik bagi DIY untuk menyelesaikan sampah,” tegasnya.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Bantul, Bambang Purwadi Nugroho, menyebut proyek PSEL akan menjadi penguat penanganan sampah secara ramah lingkungan dan berkelanjutan. Teknologi dengan kapasitas besar tersebut diharapkan dapat menjadi tulang punggung pengolahan sampah dalam jangka panjang.
Bambang menuturkan bahwa listrik yang dihasilkan dari PSEL nantinya dijual ke PLN dengan nilai sekitar 20 sen per kWh. Pengoperasian seluruh mesin akan dikelola pihak ketiga yang ditunjuk Danantara.
Ia menambahkan bahwa PSEL akan menjadi bagian dari proyeksi penanganan sampah jangka panjang, bersanding dengan penguatan TPS3R di tingkat desa. Namun untuk saat ini, DLH masih memprioritaskan penanganan jangka pendek sambil menunggu proyek rampung.
“Proyeksi kami ke depan seperti itu, tapi ini masih berproses. Kami fokus dulu ke jangka pendeknya. Dua sampai tiga tahun ke depan baru terlihat maksimal,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
Advertisement
Advertisement





