Advertisement
Bantul Tetapkan Tanggap Darurat 14 Hari untuk Bencana di Imogiri
Sejumlah warga melihat kondisi akses jalan yang putus di Padukuhan Wunut, Kalurahan Sriharjo, Imogiri, Bantul, Sabtu (22/11 - 2025). Pemkab setempat memberlakukan masa tanggap darurat bencana selama 14 hari yang difokuskan pada upaya mitigasi dan pemenuhan kebutuhan dasar warga.
Advertisement
Harianjogja.com, BANTUL— Pemerintah Kabupaten Bantul menetapkan status tanggap darurat selama 14 hari pascabencana hidrometeorologi berupa jalan putus yang melanda Padukuhan Wunut, Kalurahan Sriharjo, Imogiri. Status ini berlaku mulai 21 November hingga 5 Desember 2025, dengan fokus pada mitigasi dan pemenuhan kebutuhan dasar warga terdampak.
Bupati Bantul Abdul Halim Muslih mengatakan prioritas utama Pemkab adalah memastikan keselamatan warga serta pemenuhan kebutuhan mendesak. Rekonstruksi jalan dan sarana prasarana yang rusak akan dibahas setelah masa tanggap darurat berakhir.
Advertisement
“Kami belum berpikir kapan melakukan rekonstruksi. Dalam masa tanggap darurat ini kami membangun dua posko, di Padukuhan Sompok dan Kedungjati,” ujarnya, Sabtu (22/11/2025).
Putusnya akses jalan Sompok–Wunut memaksa Pemkab membuka dua jalur suplai logistik. Dari Sompok, distribusi dilakukan melalui jalan kecil yang melewati area persawahan. Sementara posko Kedungjati di wilayah Selopamioro menjadi alternatif jika akses utama benar-benar tak bisa dilalui, bahkan oleh pejalan kaki.
BACA JUGA
“Suplai bantuan dari posko Kedungjati akan memanfaatkan jembatan gantung Wunut,” jelasnya.
Halim menambahkan, berdasarkan prakiraan BMKG, hujan intensitas sedang hingga deras diperkirakan masih berlangsung hingga Desember. Jika bencana belum mereda hingga masa 14 hari berakhir, Pemkab siap mempertimbangkan perpanjangan status tanggap darurat.
“Jika 14 hari tidak cukup, masa tanggap darurat akan kami perpanjang. Fokusnya keselamatan jiwa. Tidak boleh ada warga yang kelaparan atau kesulitan memenuhi kebutuhan minimal,” ujar Halim.
Ia juga menerangkan kompleksitas rekonstruksi jalan di kawasan Wunut–Sompok. Kajian akademisi menunjukkan karakter tanah setempat memiliki kondisi khusus. Abrasi dipengaruhi tidak hanya oleh arus Sungai Oya, tetapi juga aliran air tanah dari sisi daratan, sehingga longsor terjadi berulang meski talut sudah diperkuat.
“Penanganannya membutuhkan metode khusus. Kami harus berkonsultasi dengan ahli konstruksi, geologi, dan hidrologi agar desainnya tepat,” tambahnya.
BPBD Bantul mencatat sebanyak 450 jiwa terdampak, terdiri atas 300 warga Wunut dan 150 warga Sompok. Mereka menjadi prioritas penanganan, termasuk jika sewaktu-waktu dibutuhkan relokasi sementara.
Sekda Bantul, Agus Budi Raharja, menegaskan fokus Pemkab selama masa tanggap darurat adalah pemenuhan kebutuhan dasar warga, perlindungan, serta persiapan tempat pengungsian.
“Soal relokasi akan dibahas lebih lanjut. Upaya mitigasi juga terus kami gencarkan sambil mengoptimalkan pemulihan akses jalan yang putus total,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Muhammadiyah DIY Gelar OlympicAD 2025, Diikuti Ribuan Peserta
- Pasutri Tukang Rosok Tewas Tertimpa Pohon di Ring Road Utara Jogja
- DIY Perketat Distribusi, Pupuk Indonesia dan KP3 Lakukan Pengawasan
- Pekerja Trans Jogja Adukan Upah dan Denda ke DPRD DIY
- Guru di Kokap Kulonprogo Kehilangan Aerox saat Mengajar, Terekam CCTV
Advertisement
Advertisement





