Advertisement

Pengasuhan Anak ala Ki Hadjar Dewantara dan Ki Ageng Suryomentaram Bakal Digali Lewat Seminar

Kusnul Isti Qomah
Selasa, 07 Agustus 2018 - 17:37 WIB
Kusnul Isti Qomah
Pengasuhan Anak ala Ki Hadjar Dewantara dan Ki Ageng Suryomentaram Bakal Digali Lewat Seminar Perwakilan dari Yayasan Satu Nama dan UST ketika berkunjung ke Griya Harian Jogja dan diterima oleh Redaktur Pelaksana Harian Jogja Nugroho Nurcahyo (tiga kiri), Selasa (7/8/2018). - Harian Jogja/Kusnul Isti Qomah

Advertisement

 
Harianjogja.com, JOGJA-Yayasan Satunama bekerja sama dengan Fakultas Psikologi Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST) Yogyakarta menggelar seminar nasional Pengasuhan Anak dalam Keluarga dan Masyarakat Berbasis Kearifan Lokal. Seminar ini akan digelar di Sasana Krida, Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora), Sabtu (11/8/2018).
 
Dosen Fakultas Psikologi UST Ryan Sugiharto mengatakan, seminar ini digelar untuk mengelaborasi gagasan mengenai pola asuh yang digaungkan dua tokoh besar yakni Ki Hadjar Dewantara dan Ki Ageng Suryomentaram. "Kedua tokoh tersebut sebenarnya memiliki napas pengajaran yang mirip. Hanya saya seperti ada pembagian layer [lapisan] usia di mana Ki Hadjar Dewantara lebih ke pendidikan usia muda, sedangkan Ki Ageng Suryomentaram lebih ke usia dewasa," ujar dia ketika berkunjung ke Griya Harian Jogja, Selasa (7/8/2018).
 
Ryan mengatakan, Ki Hadjar Dewantara memiliki keyakinan pendidikan anak sangatlah penting untuk mengoptimalkan proses tumbuh kembang anak. Ia menjelaskan bahwa anak lahir dengan kodrat atau pembawaannya masing-masing. Kekuatan kodrati yang ada pada anak ini tiada lain adalah segala kekuatan dalam kehidupan batin dan lahir anak yang ada karena kekuasaan kodrat (karena faktor pembawaan atau keturunan yang ditakdirkan secara ajali). Kodrat anak bisa baik dan bisa pula sebaliknya. Dengan kodrat itulah yang akan memberikan dasar bagi pertumbuhan dan perkembangan anak yang sesuai dengan kemampuannya.
 
Ki Hadjar Dewantara menjelaskan arti pentingnya pola asuh dalam membantu perkembangan anak karena anak masih belum memiliki budi pekerti tertentu, belum memiliki bentuk jiwa yang tepat, dan masih bersifat global. Anak masih mudah menerima pengaruh dari lingkungan yang akan membentuk dasar perkembangan mereka. Perkembangan anak secara utuh mencakup dimensi sosial, emosional, bahasa dan kognitif, fisik, dan kreativitas. Pola asuh anak memiliki dua tugas pokok yaitu mengembangkan karakter dan kompentensi anak.
 
Pola asuh dari Ki Hadjar Dewantara yang memegang prisip dan mengandung unsur menyenangkan serta membebaskan dalam proses pembelajarannya yang sangat layak untuk dikaji lebih luas dan mendalam dalam upaya membentuk generasi anak bangsa yang cerdas, beriman, bertakwa, dan berbudi luhur. Dengan demikian pengembangan seluruh potensi anak harus dimulai sejak dini agar dapat tumbuh secara optimal, sedangkan proses pendidikan anak dapat dilihat dari pola asuh yang dilakukan oleh pendidinya kepada peserta didik. Sebagai orang tua dalam keluarga, pendidik dan pengasuhnya dalam lingkungan sekolahnya sangat berperan dalam meletakan dasar-dasar perilaku bagi anak-anaknya.
 
Dalam tradisi pemikira Ki Ageng Suryomentaram, hubungan antara orangtua dan anak dipaparkan dalam kawruh pamomong. Kawruh pamomong atau pendidikan berikut ini berfungsi untuk mendidik anak (nggulawenthah lare) dengan tujuan agar anak mampu mencapai kebahagiaannya. Kebahagiaan seseorang adalah merasa nyaman dalam pergaulannya dengan orang lain dan pandai dalam penghidupannya. Dan yang mampu menciptakan nyaman dalam pergaulan tersebut adalah rasa cinta: Raos Sih. Sebaliknya yang menghalangi rasa nyaman dalam pergaulan adalah congkrah, dengki. Oleh sebab congkrah menyebabkan diri selalu merasa benar, dan orang lain selalu salah. Anak-anak belajar dan diajari kebahagiaan, jalan kebahagiaan tersebut adalah rasa cinta, sih. Sebaliknya yang menyebabkan tidak bahagia adalah congkrah (Suryomentaram, 1993).
 
Kawruh Pamomong merupakan usaha orang tua agar anak berkembang raganya, hingga ia menganjak dewasa. Raos pamomong dengan demikian adalah memelihara raga sesuai dengan aturan alam, bukan hasil pikiran, bukan larangan-larangan dan bukan diperintah.
 
"Dalam seminar ini akan dielaborasikan semua. Kita juga mau mencari apakah kita memiliki budaya yang cocok untuk pola asuh kita sendiri karena selama ini masih berkaca pada pola asuh luar negeri," kata dia.
 
Sementara itu, Koordinator Program Anak Satunama Dyah A Roessusita mengatakan, kekerasan terhadap anak masih sering terjadi. Banyak orang tua berpikir bahwa memukul dan menghardik salah satu bentuk mendisiplinkan anak. "Padahal sudah banyak penelitian memaparkan bahwa ada banyak efek buruk perlakuan kasar orang tua terhadap buah hati mereka. Pertanyaannya mengapa kekerasan terhadap anak seolah sulit disudahi?" kata dia.
 
Berdasarkan studi yang dilakukan kelompok peneliti di Departemen Perkembangan Sosial Universitas Washington, Amerika Serikat, kekerasan merupakan kebiasaan yang bisa diwariskan turun-temurun. Orang tua yang semasa kecil mengalami kekerasan fisik maupun emosional cenderung mengulang pola perilaku yang sama terhadap anak-anak mereka. Penelitian itu juga mengungkap, pola asuh yang buruk, meliputi kekerasan fisik dan emosional, sering diturunkan setidaknya ke tiga generasi berikutnya. Efeknya dalam keluarga akan terus terjadi selama puluhan tahun.
 
Ia menyebutkan, di Satunama ada program untuk anak dan mendukung kearifan lokal serta program pemerintah yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan anak. "Melalui seminar ini kami juga ingin melihat perkembangan sekarang. Siapa tahu lebih maju."
 
Seminar tersebut akan dikemas dalam bentuk talkshow agar lebih santai dan interaktif. Seminar itu rencananya akan diisi Arist Merdekat Sirait dari Komnas Perlindungan Anak. Ia akan membawakan materi Pengasuhan Anak Peran Keluarga, Masyarakat, dan Sekolah dalam Upaya Perlindungan Anak dari Tindak Kekerasan. Pengisi materi lainnya yakni Budi Andayani (Dosen Psikologi UGM) dengan materi Kawruh Pamomong: Posisi Pengasuhan Anak dalam Keluarga Menurut Ki Ageng Suryomentaram, serta Titik Muti’ah (Dosen psikologi UST) dengan materi Pola Asuh Aman: Parenting Berbasis Asah, Asih, Asuh. Adapun moderator seminar Den Baguse Ngarso. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Kuta Selatan Bali Diguncang Gempa Berkekuatan Magnitudo 5,0

News
| Jum'at, 26 April 2024, 21:17 WIB

Advertisement

alt

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement