Advertisement

Durian Melimpah di Stasiun Wates

Kamis, 06 Februari 2014 - 18:27 WIB
Nina Atmasari
Durian Melimpah di Stasiun Wates

Advertisement

Matahari tepat di atas kepala, namun para pengendara sepeda motor tak peduli. Bahkan pengemudi roda empat tak segan memutar balik kendaraannya demi mendapatkan raja dari segala buah yang sudah sebulan ini tampak menggunung di depan Stasiun Wates. Durian memang selalu menggiurkan.

Pecinta buah yang dagingnya berwana kekuningan ini tergoda dengan aromanya yang menyengat. Sudah pasti, perhatian tua muda, laki-laki maupun perempuan, akan terfokus pada keberadaan buah mesti dijauhi para pengidap darah tinggi itu.

Advertisement

Hal ini tentu mendatangkan keuntungan bagi para penjual durian musiman. Terlebih tahun ini, untuk pertama kalinya mereka menempati areal depan stasiun. Salah satunya, Jinarko.

Bapak dari tiga anak ini mengaku sudah menjadi penjual durian musiman selama puluhan tahun. Dibilang puluhan tahun karena ia sejak kecil kerap membantu ibunya berdagang durian saat musimnya.

“Tapi baru tahun ini jualan di depan Stasiun Wates,” ujar laki-laki yang sebagian rambutnya sudah beruban ini, Rabu (5/2/2014).

Mersi, demikian sapaan akrab Jinarko, mengungkapkan, dalam satu hari ia bisa menjual 400 buah durian. Lapak sederhana di bawah terpal biru miliknya buka dari pukul 10.00 hingga 23.00 WIB.

Durian yang ditawarkannya berasal dari Desa Hargorejo, Kokap. Selain harga murah, rasanya lebih mantap karena matang di pohon dan jatuh sendiri ke tanah. Berbeda dengan durian Sumatra yang sengaja dipetik dari pohon saat masih mentah dan dimatangkan dengan karbit.

Satu buah durian dilego Rp15.000 hingga Rp50.000 tergantung ukuran. Tetapi, besar maupun kecil seolah tidak ada bedanya, sebab dagingnya tebal dan bijinya kecil. Pembeli tak segan memilih ukuran kecil karena kepuasan yang didapatkannya sama saja.

Setiap hari selalu ada petani yang menyetor durian ke lapak Mersi. Sementara, pada malam hari, durian yang tersisa berkisar 50 buah dan diambil pengecer lainnya untuk diolah menjadi campuran minuman atau bahan es campur.

“Harganya tentu lebih miring, yang penting setiap hari habis dan durian yang ditawarkan selalu baru,” katanya.

Tak heran jika dalam sehari ia bisa meraup penghasilan bersih minimal Rp200.000. Oleh karena itu, ia merasa musim yang hanya berlangsung selama tiga bulan ini menjadi saat menumpuk pundi-pundi rupiah yang digunakan untuk menyekolahkan buah hatinya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terkait

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Patahan Pemicu Gempa Membentang dari Jawa Tengah hingga Jawa Timur, BRIN: Di Dekat Kota-Kota Besar

News
| Kamis, 28 Maret 2024, 20:47 WIB

Advertisement

alt

Mengenal Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo, Kediaman Sultan Hamengku Buwono VII

Wisata
| Senin, 25 Maret 2024, 20:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement