Advertisement
AKTIVITAS GUNUNG MERAPI : Merapi Kian Sulit Diprediksi

Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN – Merapi kian sulit untuk diprediksi. Karakteristik gunung yang berada di perbatasan DIY dan Jawa Tengah itu sudah berubah.
Siklus empat tahunan dan tanda-tanda terjadinya letusan pun saat ini tidak bisa lagi dijadikan patokan akan terjadinya erupsi Merapi. Merapi kini tak lagi punya janji untuk periode empat tahunan.
Advertisement
Sebagai contohnya, kejadian terakhir pada Minggu (20/4/2014) lalu. Tanpa adanya peringatan, Merapi mengeluarkan embusan sehingga menyebabkan hujan pasir di sekitar Merapi dan hujan abu hingga ke Kebumen.
Sejumlah peralatan canggih yang dipasang di Merapi pun belum bisa memberikan peringatan kepada warga di sekitar lereng, sesaat sebelum kejadian. Akibatnya, warga panik dan harus mengungsi untuk beberapa saat.
Ketua Harian SAR DIY Fery Ardianto menuturkan pascaerupsi 2010, kini karakteristik Gunung Merapi berbeda. Hal ini membuat lembaganya tidak bisa memastikan mengenai kondisi Merapi lantaran perubahan yang kerap terjadi.
“Alhasil, kami berharap warga di lereng Merapi untuk lebih tanggap. Bagaimana pun mereka yang paham betul dengan kondisi di sana, ” ujarnya kepada Harian Jogja, pekan lalu.
Meski demikian, lanjut dia, saat ini 600 relawan dan tim SAR DIY siap untuk membantu warga jika memang dibutuhkan. Mereka akan bergerak ke lokasi bencana jika memang dibutuhkan.
Dia menerangkan, berdasarkan data yang dimilikinya jumlah relawan tersebut cukup besar dibandingkan tahun sebelumnya. Hal itu dikarenakan sudah mulai timbulnya kesadaran dari warga untuk saling membantu dalam penanganan bencana.
“Soal berapa besar jumlahnya pada tahun sebelumnya, saya lupa angka persisnya,” jelasnya.
Ferry mengungkapkan untuk mengatasi kemungkinan bahaya yang mengancam menyusul perubahan karakter Merapi, SAR terus memantau. Sejumlah relawan SAR biasanya melaporkan perubahan kondisi Merapi secara simultan melalui radio disamping mempertimbangkan laporan dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian Geologi (BPPTKG).
“Lewat situ kami bisa mengetahui dan menentukan langkah selanjutnya,” imbuhnya.
Menurut dia, persoalan Merapi tidak bisa dilihat dari masyarakat, namun secara keseluruhan. Peran BPPTKG dan pemerintah dinilai penting terutama dalam mitigasi bencana. Keterbukaan informasi mengenai kondisi Merapi oleh BPPTKG dan pemerintah sangat penting dalam meminimalisasi korban saat bencana terjadi.
Di samping itu informasi dari lembaga tersebut juga diperlukan terkait dengan upaya penanganan bencana.
“Jika mereka tidak bisa menjelaskan tentu gagal. Untuk itu peran mereka juga penting,” tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Hasil Kunjungan Presiden Prabowo: Indonesia dan Arab Saudi Sepakati Investasi Senilai Rp437 Triliun
Advertisement

Kampung Wisata Bisa Jadi Referensi Kunjungan Saat Liburan Sekolah
Advertisement
Berita Populer
- Jemaah Haji 2025 Asal Sleman: Kloter 65 SOC Pertama Datang di Bumi Sembada
- Pemulangan Jenazah Mahasiswa KKN-PPM UGM Korban Kapal Tenggelam Menunggu Pihak Keluarga
- Program Rumat Sampah dari Rumah Mampu Atasi Masalah Sampah di Purwokinanti Jogja
- Tabrakan Mobilio vs Fortuner di Jalan Nasional di Gunungkidul, Seluruh Penumpang Dilarikan ke Rumah Sakit
- Pelatih PSIM Jogja Van Gastel Soroti Perbedaan Sepak Bola Indonesia dan Belanda, Singgung Pembinaan Usia Dini
Advertisement
Advertisement