Advertisement

Berbagai Macam Limbah Ini Bisa Menjadi Bahan Bakar Alternatif

Sabtu, 25 Oktober 2014 - 02:15 WIB
Nina Atmasari
Berbagai Macam Limbah Ini Bisa Menjadi Bahan Bakar Alternatif

Advertisement

Harianjogja.com, BANTUL -- Warga Dusun Kalangan, Desa Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) kembangkan teknologi bahan bakar alternatif. Aneka limbah pabrik disulap jadi bahan bakar ramah lingkungan yang diberi nama biomass pellet.

Direktur Pemasaran PT Greeno Inovasi Energi pengembang energi alternatif ini Ayus Dodi Kirana mengatakan sejauh ini pihaknya memakai bahan dari limbah pabrik rokok berupa debu tembakau, serbuk kayu dari limbah penggergajian kayu, ampas tebu dari limbah pabrik gula dan limbah serbuk uang kertas yang sudah rusak dari Bank Indonesia.

Advertisement

"Limbah-limbah ini dengan komposisi tertentu, dicampur, kemudian dibentuk menjadi pellet atau lonjong kecil panjang 2cm. Campuran lain adalah gaplek sebagai perekat," tutur Ayus di Pabrik Biomass Pellet Kalangan, Bangunjiwo, Kasihan, Bantul DIY, Kamis (23/10/2014).

Selain memanfaatkan limbah pabrik, sisa pembakaran bio mass pellet ini, berupa asap dan abu juga lebih rendah. Bahkan jika ditaburkan dilahan bisa menjadi pupuk organik jadi sangat ramah terhadap lingkungan.

"Kalau bicara kalori dari olahannya memang tidak terlalu panas tapi sudah cukup jika untuk menggantikan arang. Tidak seperti batubara yang abunya banyak dan masih ada limbah berbahayanya juga," tambah Ayus yang mengaku baru mengembangkan energi alternatif ini lima tahun lalu.

Kapasitas produksi saat ini mencapai 5 ton tiap harinya. Hal ini karena bahan baku yang berlimpah jadi produksi bisa maksimal. Namun kami juga sedang menjajakan distribusi penjualan baru. Sebab permintaan sudah sangat banyak khususnya untuk ekspor.

"Kami produksi mencapai 150 ton per hari. Sedangkan untuk ekpor kami mencapai dua 2 kontener tiap kali pengiriman. Harganya untuk di Indonesia mencapai Rp2.5000 per kilogramnya, sedangkan untuk ekspor US$140 per ton," jelas Ayus.

Karena penggunaannya sedikit berbeda maka pihak produsen memang mengambangkan kompor khusus. Jadi penjualannya memang satu paket dengan kompornya.

Pembina dan Pemasaran PT Jogja Pastika Daya Monita Indrayanti mengatakan energi alternatif ini memang sangat murah. Jika dibandingkan dengan arang, harganya masih bisa diadu. Untuk biogass pellet Rp2.500 per kilogramnya sedangkan arang kayu mencapai Rp3.500 per kilogram.

"Jadi sangat murah. Dan yang penting penyimpanan juga sangat mudah tidak perlu takut lapuk atau basah. Sebab bisa disimpan dalam plastik dengan waktu yang lebih lama," jelas Monita.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terkait

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Seorang Polisi Berkendara dalam Kondisi Mabuk hingga Tabrak Pagar, Kompolnas: Memalukan!

News
| Sabtu, 20 April 2024, 00:37 WIB

Advertisement

alt

Pengunjung Kopi Klotok Membeludak Saat Libur Lebaran, Antrean Mengular sampai 20 Meter

Wisata
| Minggu, 14 April 2024, 18:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement