Advertisement

KURS RUPIAH : Dolar Meroket, Perajin Tahu Cemaskan Harga Kedelai

Holy Kartika Nurwigati
Sabtu, 14 Maret 2015 - 12:20 WIB
Nina Atmasari
KURS RUPIAH : Dolar Meroket, Perajin Tahu Cemaskan Harga Kedelai

Advertisement

Kurs rupiah terus melemah dan dolar semakin meroket. Perajin tahu di Kulonprogo mencemaskan harga kedelai

Harianjogja.com, KULONPROGO–Kenaikan nilai kurs dolar terhadap rupiah membuat perajin tahu di Desa Tuksono, Kecamatan Sentolo, mulai cemas. Pasalnya, bahan baku tahu yakni kedelai sebagian besar masih bergantung terhadap kedelai impor asal Amerika Serikat.

Advertisement

“Kalau saat ini memang harga kedelai belum naik. Namun, tidak menutup kemungkinan harga kedelai akan naik menyesuaikan kenaikan dolar,” ujar Sukomaryanto, 72, pemilik industri pembuatan tahu di Dusun Kaliwiru, Desa Tuksono, Jumat (13/3/2015).

Sukomaryanto mengatakan, harga kedelai impor baru saja turun. Sebelumnya harga kedelai impor mencapai Rp7.600 per kilogram, kini dipatok dengan harga Rp7.400 per kilogram.

“Sedangkan untuk harga kedelai lokal, saya beli seharga Rp7.100 per kilogram. Panenan dari Purwodadi, Grobogan, Jawa Tengah, kebetulan tahun ini sangat bagus,” kata Sukomaryanto.

Lebih lanjut perajin yang telah memulai usaha pembuatan tahu sejak 1970 itu mengatakan, saat ini dirinya tidak terlalu bergantung pada bahan baku kedelai impor. Pasalnya, kedelai lokal tengah mengalami panen, sehingga membuat perajin tahu diuntungkan.

Namun, dengan nilai dolar terhadap rupiah yang mencapai Rp13.230, Sukomaryanto mengaku cukup khawatir. Dia mengungkapkan, apabila harga kedelai naik hingga Rp9.000, maka perajin tahu dapat terancam gulung tikar.

“Kalau nanti kedelai harganya mahal, mungkin akan seperti dulu. Ukuran tahu setiap potongnya akan dikurangi. Terpaksa begitu, karena kami tidak bisa naikkan harga. Pedagang pasar tidak akan mau kalau harganya dinaikkan, karena nanti pasti tidak laku,” tandas Sukomaryanto.

Ngadiman Susanto, 56, perajin tahu lainnya di desa itu berharap, harga kedelai tidak naik. Pasalnya, ketika kedelai lokal langka di pasaran, maka terpaksa para perajin ini akan menggantungkan diri pada kedelai impor.

Dia mengatakan, salah satu upaya untuk mengantisipasi kerugian akibat naiknya harga bahan baku itu adalah dengan mencampur kedelai. Perbandingan satu banding dua, misalnya kedelai impor satu kuintal, sedangkan kedelai lokal dua kuintal.

“Solusinya dengan dicampur, lebih dominan kedelai lokalnya. Atau sebelum harga naik, kalau punya modal yang lebih sekarang beli untuk stok agar nanti saat mahal tidak rugi,” kata Ngadiman.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terkait

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Kuta Selatan Bali Diguncang Gempa Berkekuatan Magnitudo 5,0

News
| Jum'at, 26 April 2024, 21:17 WIB

Advertisement

alt

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement