Advertisement
WISATA GUNUNGKIDUL : Pengembangan Pariwisata Tidak Boleh Merusak Alam
Advertisement
Besarnya potensi pariwisata berbasis alam yang ada di Kabupaten Gunungkidul bak dua sisi mata uang
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Besarnya potensi pariwisata berbasis alam yang ada di Kabupaten Gunungkidul bak dua sisi mata uang. Di satu sisi pemanfaatannya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, namun disisi lain dapat membuat kerusakan alam jika tidak dikelola dengan baik.
Advertisement
Hal itu disampaikan Profesor Chafid Fadeli saat menjdi pembicara dalam talkshow bertajuk promosi bersama desa wisata berkelanjutan, di Desa Ekowisata Pampang, Kecamatan Paliyan, Kamis (18/5/2015).
Profesor dari Universitas Gadjah Mada (UGM) yang fokus pada kajian pariwisata itu mengatakan potensi pariwisata di Gunungkidul sangatlah melimpah.
Namun demikian pengelolaan wisata, khususnya wisata alam harus mengedepankan keberlanjutan alam itu sendiri. “Gunungkidul punya hadiah potensi alam yang luar biasa dari Tuhan, tapi apakah masyarakat dapat memanfatkanya dengan cara yang tidak merusak alam,” kata dia, Kamis kemarin.
Indikator pengembangan wisata alam tanpa merusak lingkungan salah satunya adalah pengelolaan berbasis konservasi, yakni melakukan perlindungan dan pelestarian alam. Menurutnya masyarakat punya tugas untuk mengelola alam tanpa harus mengeksploitasi secara berlebihan.
Dia menyontohkan seperti di Desa Ekowisata Pampang yang melarang memaku pohon. Masyarakat menyadari bahwa ketika pohon itu dipaku maka akan menganggu pertumbuhan pohon. Menurutnya dengan adanya aturan itu, masyarakat punya kesadaran yang tinggi terhadap kelestarian alam, menjaga ekosistem di sekitar agar tetap terjaga.
Hal-hal kecil semacam itu menurut dia memang harus dikedepankan oleh seluruh masyarakat Gunungkidul di tengah upaya pengembangan wisata alam. Pasalnya di Gunungkidul sendiri memiliki potensi wisata alam yang harus dikelola dengan bijaksana.
Terlebih lagi Gunungkidul memiliki hamparan http://m.harianjogja.com/?p=775985">Geopark Gunungsewu, yang menurut penelitian sudah terbentuk sejak 10 juta tahun yang lalu. Gunung dengan hamparan batu karst itu membujur dari timur Kabupaten Pacitan hingga perbatasan Kabupaten.
“Kalau dari prestspektif global, Unesco sudah membantu dengan menetapkan Gunungsewu sebagai warisan dunia. Tinggal sekarang bagaimana masyarakat bersama pemerintah mengelolanya,” kata dia.
Sementara itu, Sekretaris Dinas Pariwisata Kabbupaten Gunungkidul, Harry Sukmono mengatakan pihaknya kini sedang membuat kajian untuk menyusun rancangan peraturan daerah tentang pariwisata.
Hal itu kata dia akan mengatur lebih detail dan spesifik perihal pengelolaan wisata, termasuk pengelolaan wisata yang ramah lingkungan.
“Yang jelas dalam rancangan tersebut nanti kami akan bagi kawasan wisata menjadi enam sesuai tema dan peruntukanya,”ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
- Garuda Selangkah Lagi Menuju Paris, Ini Fakta tentang Olimpiade Melbourne 1956
- Satu Kemenangan Lagi menuju Olimpiade Paris, STY: Percayai Saya, Ikuti Saya!
- Koalisi Berkah Pecah, Hari Wuryanto Bakal Maju sebagai Calon Bupati Madiun 2024
- Garuda Muda Wajib Waspada, 3 Pemain Uzbekistan Bermain di Prancis dan Rusia
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali
Advertisement
Berita Populer
- Jadwal Lengkap KRL Jogja Solo dan KRL Solo Jogja Hari Ini, Jumat 26 April 2024
- Jadwal KA Prameks Jogja-Kutoarjo, Jumat 26 April 2024
- Rute, Tarif dan Jalur Bus Trans Jogja, Yuk Cek di Sini
- Jadwal Pemadaman Jaringan Listrik di Kota Jogja Hari Ini, Cek Lokasi Terdampak di Sini
- Jadwal Bus Damri Hari Ini, Cek Lokasi dan Tarifnya di Jogja
Advertisement
Advertisement