Advertisement

Kampung "Surga" Tenun di Jogja

Bernadheta Dian Saraswati
Selasa, 13 Maret 2018 - 21:40 WIB
Bhekti Suryani
Kampung

Advertisement

Gamplong terkenal dengan hasil tenun serat alam.

Harianjogja.com, SLEMAN--Kabupaten Sleman dikenal memiliki banyak destinasi desa wisata. Salah satu desa wisata tersohor sekaligus berprestasi adalah Gamplong. Desa wisata ini terletak di Padukuhan Gamplong, Sumberrahayu, Moyudan, Sleman. Jika dilihat di peta, lokasinya berada di paling ujung barat dan selatan kabupaten Sleman atau berbatasan dengan wilayah Bantul dan Kulonprogo.

Advertisement

Akses menuju destinasi wisata ini cukup mudah. Dari arah Kota Jogja, dapat melalui Jalan Raya Wates. Sampai Km 15 atau pertigaan Gamplong, belok ke utara sejauh dua kilometer sampai ketemu jembatan rel kereta api. Di situ pula wisatawan akan menemukan sebuah tulisan Gamplong di barat jalan. Selanjutnya tinggal belok ke kiri sejauh 1 km dan akan sampai tujuan.

Kendati berada di pinggiran Sleman, desa wisata ini mampu menunjukkan prestasinya dengan menjuarai lomba desa wisata tingkat kabupaten. Gamplong, berhasil meraih juara I dan akan mewakili ke tingkat DIY pada April 2018 mendatang.

Desa Wisata Gamplong terkenal dengan hasil tenun serat alam dan kesenian cokekan (karawitan). Setidaknya sampai saat ini ada 15 toko tenun yang masih aktif dan sering menjadi jujugan wisatawan untuk berbelanja maupun belajar menenun dan merajut. Para pedagang itu tergabung dalam Paguyuban Pengusaha Kerajian “Tegar”. Bagi rombongan wisatawan yang ingin berkeliling menikmati keindahan alam di Gamplong serta berkunjung Paguyuban Tegar, pengelola sudah menyediakan transportasi berupa kereta mini dengan biaya sebesar Rp100.000.

Desa Wisata Gamplong dapat memproduksi beragam kerajinan tenun, seperti taplak tenun, tas, dan yang paling terkenal adalah produk stagennya. Gamplong pernah berjaya sebelum era 2000. “Dulu di sini seperti kampung Belanda. Orang-orang Belanda dan luar negeri lainnya berbaur dengan masyarakat. Namun sejak bom Bali satu dan dua, Gamplong sepi,” tutur Bagor, salah satu pengelola Desa Wisata Gamplong, Kamis (8/3/2018) lalu.

Kegiatan tenun sempat redup. Anak cucu banyak yang merantau sehingga sumbangsih untuk Gamplong kurang. Bagor dan perangkat desa Sumberrahayu memiliki keinginan besar menghidupkan Gamplong kembali seperti sedia kala.

Namun, anggarannya susah serta ada keterbatasan untuk mendirikan bangunan. “Di Moyudan unggulannya pertanian jadi sangat susah untuk bisa melakukan pengembangan dengan pembangunan fisik, jadi memang larinya hanya bisa ke wisata alam,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terkait

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

TWC Targetkan Wisatawan Candi Borobudur & Prambanan Naik 37% Saat Libur Lebaran

News
| Jum'at, 29 Maret 2024, 19:37 WIB

Advertisement

alt

Mengenal Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo, Kediaman Sultan Hamengku Buwono VII

Wisata
| Senin, 25 Maret 2024, 20:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement