Advertisement
Mahfud MD Beberkan Kenapa Cita-Cita Reformasi Melenceng

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA- Agenda demokratisasi yang diusung semenjak Reformasi 1998 telah melenceng jauh dari yang dicita-citakan. Korupsi merajalela, hukum dikendalikan oleh para pemilik modal dan ketimpangan masih nyata terjadi. Semua ini disebabkan karena demokrasi sudah berbelok jadi oligarki. Untuk memperbaikinya dibutuhkan pemimpin yang berani dan bersih.
Hal tersebut diungkapkan oleh Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD terkait 20 tahun Reformasi. Menurutnya, korupsi yang masif adalah salah satu contoh dari kegagalan Reformasi yang perlu segera diperbaiki.
Advertisement
Semakin demokratis sebuah negara, kata Mahfud, maka korupsinya pun akan semakin sedikit. Argumen ini tidak berlaku di Indonesia, sebab setelah demokrasi berumur 20 tahun, korupsi masih tetap banyak. Hal ini disebabkan karena, dalam praktiknya, demokrasi sudah berubah jadi oligarki.
"Demokrasi seharusnya bisa menghapus korupsi, tapi di sini tidak. Itu ada hasil penelitiannya. Jadi itu kan ada yang salah. [Penyebabnya adalah] setelah lima tahun Reformasi, demokrasi sudah berubah jadi oligarki. Pemimpin partai jadi otoriter. Demokrasi yang muncul adalah demokrasi transaksional, sehingga yang menentukan adalah mereka yang bisa bertransaksi," jelas Mahfud, Selasa (22/5/2018).
Agenda Reformasi selanjutnya yang belum sesuai harapan, imbuh Mahfud, adalah penegakan hukum yang masih lemah. Para pemilik modal bisa dengan mudah memperjual belikan hukum semaunya. Hukum kemudian tak berfungsi sebagaimana mestinya.
"Tugas kita adalah mereformasi demokrasi dan hukum agar bisa berjalan beriringan. Kalau demokrasi dijalankan tanpa hukum itu akan liar, tapi kalau hukum dijalankan tanpa demokrasi akan sewenang-wenang. Dua-dua harus diseimbangkan," kata Ketua Parampara Praja DIY ini.
Mahfud melanjutkan, setelah Reformasi berumur 20 tahun, keadilan sosial belum begitu diperhatikan. Akses terhadap pendidikan belum merata. Kemudian gini rasio masih tinggi, yakni 0,391 (September 2017).
Demi mengembalikan demokrasi ke jalan yang benar dan mewujudkan tujuan Reformasi, kata Mahfud, Indonesia perlu pemimpin yang tangguh. Pemimpin Indonesia haruslah mewakili simbol dari warna bendera Nasional, yakni berani dan bersih. "Sulit ada perubahan tanpa ada pemimpin tangguh."
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Kerugian Negara Akibat Kasus yang Menjerat Tom Lembong Rp194 Miliar
Advertisement

Taman Kyai Langgeng Magelang Kini Sediakan Wisata Jeep untuk Berpetualang
Advertisement
Berita Populer
- Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting di Gunungkidul, Warga Diberikan Bantuan Indukan Ayam Petelur
- Jalur dan Titik Keberangkatan Trans Jogja Melewati Kampus, Sekolah, Rumah Sakit, dan Malioboro
- Ubur-ubur Sudah Bermunculan di Sejumlah Pantai Kulonprogo, Wisatawan Diminta Waspada
- Disnakertrans Bantul Alokasikan Anggaran JKK dan JKM untuk Masyarakat Miskin Esktrem
- Sekolah Rakyat di DIY Masih Kekurangan Guru, DPRD Nilai Terlalu Terburu-Buru
Advertisement
Advertisement