Advertisement

Melihat Tradisi Ritual 1 Sura di Gunungkidul, dari Kirab Pusaka hingga Larung Sesaji

Jalu Rahman Dewantara
Rabu, 12 September 2018 - 10:37 WIB
Nina Atmasari
Melihat Tradisi Ritual 1 Sura di Gunungkidul, dari Kirab Pusaka hingga Larung Sesaji Prosesi sedekah laut dalam menyambut Tahun Baru Islam 1440 Hijriah di Pantai Baron, Desa Kemadang, Kecamatan Tanjungsari, Gunungkidul, Senin (10/9). - Harian Jogja/Jalu Rahman Dewantara

Advertisement

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL- Masyarakat Gunungkidul memiliki tradisi sendiri dalam merayakan tahun baru Islam 1 Muharram 1440 Hijriah. Mulai dari ritual larung di pesisir selatan, hingga kirab pusaka di perbukitan bagian utara Bumi Handayani.

Senin (10/9/2018) sekira pukul 14.00 WIB, ribuan masyarakat dari dalam dan luar Gunungkidul telah berkumpul di Pantai Baron, Desa Kemadang, Kecamatan Tanjungsari. Mereka datang untuk menyaksikan dan mengikuti kesakralan upacara ritual sedekah laut atau labuhan dalam rangka menyambut Tahun Baru Islam 1 Muharram 1440 Hijriah, yang juga bertepatan dengan Tahun Baru Kalender Jawa.

Sejumlah sesaji untuk ritual ini meliputi empat gunungan berisikan hasil bumi, dua ekor ayam dan kepala kambing. Nantinya sesaji itu akan dilarung ke tengah laut. Namun sebelumnya, terlebih dulu didoakan melalui kenduri di aula Pantai Baron.

Dalam kenduri itu, diikuti oleh seluruh warga khususnya yang mengais rezeki di sekitar pantai. Para warga yang mengenakan pakaian tradisional Jawa ini tampak khidmat merapal doa.

Beberapa menit kemudian, kenduri selesai. Sesajian lantas dibawa ke tepi pantai untuk kembali didoakan. Dalam doa, warga memohon kelancaran rezeki dan keberkahan. Sesajian itu kemudian dinaikan ke atas perahu nelayan untuk selanjutnya dibawa menuju tengah laut.

"Sedekah laut merupakan tradisi turun temurun yang selalu dilakukan oleh masyarakat di pesisir selatan. Sesajian yang disiapkan merupakan hasil bumi dari masyarakat sebagai wujud syukur atas limpahan rezeki yang diterima," ucap Sesepuh Desa Kemadang, Ngatno usai ritual.

Dua sesaji yakni kepala kambing dan ayam memiliki makna sebagai sarana tolak bala. Selain itu dua hal tersebut juga merupakan simbol dari sifat buruk manusia yang harus dibuang jauh-jauh.

"Ayam itu kan sukanya terbang nggak jelas, tidak punya arah yang jelas. Itu harus kita buang agar kita madep manteb terhadap apa yang kita kerjakan," tutur Ngatno.

Sementara untuk kepala kambing merupakan simbol dari pikiran manusia yang penuh kebodohan, kelicikan dan kemalasan. Sehingga harus turut  dibuang, agar manusia dalam berfikir bisa lebih positif, jernih dan terhindar dari hal-hal kotor.

Sehari kemudian, bertepat di Desa Pengkol, Kecamatan Nglipar, sebuah tradisi memperingati tahun baru Islam juga dilaksanakan. Tradisi ini yakni kirab pusaka dan kuras gentong.

Beberapa pusaka peninggalan leluhur seperti Payung Agung, Tombak Korowelang, Cemethi Pamuk dan pusaka masyarakat yang berbeda – beda jumlahnya di arak mulai dari rumah budaya Desa Pengkol menuju Desa Kedungpoh. Selanjutnya kembali diusung ke pesarean Ki Ageng Damarjati atau biasa dipanggil Kanjeng Sunan Tremboyo di Desa Pengkol, Nglipar.

Di pesarean Ki Ageng Damarjati ini pusaka didoakan. Selain itu para peserta kirab juga menyanyikan puji-pujian dengan harapan mendapat berkah atas ijin dan ridha Sang Kuasa.

Setelah itu peserta kirab lantas kembali  ke lokasi awal untuk meletakkan pusaka di tempat semula. Barulah prosesi berlanjut dengan tradisi Nguras Gentong.

Pada momen ini, masyarakat yang sedari awal menyaksikan prosesi mulai antre berjejal untuk mendapat air dari dalam gentong. Gentong itu diletakan dalam pendapa kecil berselimutkan kain putih.

"Warga percaya bahwa dengan membilas air itu akan memperoleh berkah,” kata ketua Panitia Kirab Pusaka dan Nguras Gentong, Purwanto.

Didukung Pemerintah

Tradisi merayakan Tahun Baru Islam dengan ritual adat istiadat di Bumi Handayani mendapat dukungan langsung dari Pemerintah Kabupaten Gunungkidul. Sebab, selain sebagai upaya mempertahankan nilai budaya, juga berdampak pada meningkatnya kunjungan wisatawan.

"Digelarnya ritual seperti di Pantai Baron memang dapat meningkatkan kunjungan wisatawan yang ada, sehingga kesejahteraan masyarakat dapat meningkat," ucap Bupati Gunungkidul, Badingah.

Hal itu diamini Koordinator SAR Satlinmas Wilayah II,  Marjono. Dari pantauannga di Pantai Baron jumlah kunjungan wisatawan mengalami peningkatan yang cukup signifikan, sekira 5.000 lebih untuk satu hari.  Bahkan lebih tinggi dibanding dengan hari Minggu atau hari libur sebelumnya sekitar 2.000-3.000 kunjungan.

"Itu saja yang  masuk di Pantai Baron,  belum kalau diakumulasikan yang ada di Pantai Kukup soalnya di sana juga ada sedekah laut," ucapnya.

Dari keterangan Marjono, wisatawan yang datang tidak hanya lokal, bahkan dari mancanegara meski jumlahnya jauh lebih sedikit. Dia mencatat ada lima wisatawan yang datang dari Australia. Wisman ini sengaja datang untuk melihat tradisi larung.

Sementara itu bagi Wakil Bupati Gunungkidul, Immawan Wahyudi, adanya ritual memperingati Tahun Baru Islam adalah upaya untuk nguri-uri kebudayaan, menyebarkan energi positif dan menghalau energi negatif.

Selain makna religius, gelaran ritual seperti larung, kirab pusaka dan lain sebagianya juga terselip tujuan luhur, yaitu untuk menjalin hubungan yang baik antara sesama manusia melalui sikap kekeluargaan dan kegotong royongan dalam karya bersama.

"Mari bangun desa dengan semangat kebersamaan dengan prinsip dan semangat guyup rukun, sangkul sinangkul ing bot repot serta saiyeg saeka kapti dalam karya dan usaha," ucap Immawan.

Bentuk dukungan Pemerintah Kabupaten Gunungkidul terhadap tradisi seperti ini juga tampak jelas dalam alokasi Dana Keistimewaan. Untuk Gunungkidul dari total Rp 37,4 miliar, hampir 90% digunakan untuk kepentingan kebudayaan.

Penggunaan danais ini seperti dikatakan Kepala Bappeda Gunungkidul, Sri Suhartanta beberapa waktu lalu sudah direalisasi dengan adanya kegiatan kebudayaan. Sehingga event kebudayaan meliputi pementasan budaya dan kegiatan adat istiadat telah mendapat bantuan dan fasilitas sepenuhnya dari pemerintah melalui Danais.

Advertisement

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Kuta Selatan Bali Diguncang Gempa Berkekuatan Magnitudo 5,0

News
| Jum'at, 26 April 2024, 21:17 WIB

Advertisement

alt

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement